4 Sulinggih Muput Matatah Massal
Matatah (potong gigi) massal digelar di GOR Gunung Agung, Jalan Untung Surapati, Amlapura, Redite Pon Prangbakat, Minggu (20/10) pukul 10.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Upacara yang dipuput empat sulinggih ini diselenggarakan Yayasan Angel Heart Bali Foundation Denpasar. Metatah diikuti 94 warga, dirangkai dengan 12 warga upacara tiga bulan, 43 warga otonan dan 47 warga petik rambut. Ketua Yayasan Angel Hearts Bali Foundation Eddy Marta Mulia didampingi Ketua Panitia Putu Septiana mengatakan, upacara matatah massal dilaksanakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya tahun 2017 di Denpasar dan tahun 2018 di Singaraja.
Empat sulinggih yang muput prosesi upacara matatah massal itu: Ida Pandita Mpu Agni Siwa Giri Natha Baskara dari Geria Agung Mandara Giri, Banjar Batan Ancak, Desa Tonja, Denpasar Timur, Ida Pandita Agni Candra Kirana dari Pasraman Muning Candra, Banjar/Desa Antap, Kecamatan Selemadeg Tengah, Tabanan, Ida Pandita Mpu Agni Sri baskara dari Geria Taru Petak, Banjar/Desa Penatih, Denpasar dan Ida Pedanda Istri Ketut Sebali Tianyar Arimbawa dari Geria Tegeh, Lingkungan Ampel, Kelurahan/Kecamatan Karangasem.
Hadir pada acara itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Kepala Kantor Kementerian Agama Dr Ni Nengah Rustini MAg, Kadis Kebudayaan Karangasem I Putu Arnawa dan undangan lainnya. Bupati Mas Sumatri mengapresiasi kegiatan dilakukan Yayasan Anggel Hearts, membantu masyarakat kurang mampu hingga bisa ikut di upacara matatah, tiba bulan, dan potong rambut. Apalagi, warga tidak dikenai biaya sama sekali, semuanya gratis, mulai dari banten, hingga perlengkapan upacara lainnya.
Prosesi matatah diawali dengan menghadirkan beberapa sangging, selanjutnya sungkeman seluruh peserta matatah massal kepada masing-masing orangtuanya, selanjutnya muspa bersama, dan ngayah banten, terakhir diperciki tirta empat sulinggih.
Bupati Mas Sumatri mengingatkan, matatah tersebut merupakan ritual penting sekali dalam hidup, yang bertujuan untuk melenyapkan enam musuh dalam diri yang lebih lazim disebut sad ripu: kama (nafsu), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati).
Itulah sebabnya, setiap matatah ditandai memotong enam gigi bagian atas, agar sifat-sifat ripu (musuh) dalam diri lenyap. Sebelum gigi dipotong, peserta mohon restu orangtua, disusul maka satu persatu naik ke bale sekaha enam untuk giginya dipotong dilakukan sang sangging (tukang tatah).
"Sesuai keyakinan Hindu, matatah ditandai memotong enam gigi bagian atas, yang bertujuan untuk melenyapkan unsur sad ripu (enam musuh) dalam diri. Sehingga ke depan diharapkan mampu mengendalikan diri, terutama nafsu kemarahan, kebingungan, iri hati, mabuk dan yang lain-lainnya," harapnya.
Ketua Yayasan Angel Hearts Eddy Marta Mulia merasa termotivasi untuk menggelar acara itu berkelanjutan. "Memang tujuannya membantu warga kurang mampu, sehingga semua biaya digratiskan," katanya.*k16
Empat sulinggih yang muput prosesi upacara matatah massal itu: Ida Pandita Mpu Agni Siwa Giri Natha Baskara dari Geria Agung Mandara Giri, Banjar Batan Ancak, Desa Tonja, Denpasar Timur, Ida Pandita Agni Candra Kirana dari Pasraman Muning Candra, Banjar/Desa Antap, Kecamatan Selemadeg Tengah, Tabanan, Ida Pandita Mpu Agni Sri baskara dari Geria Taru Petak, Banjar/Desa Penatih, Denpasar dan Ida Pedanda Istri Ketut Sebali Tianyar Arimbawa dari Geria Tegeh, Lingkungan Ampel, Kelurahan/Kecamatan Karangasem.
Hadir pada acara itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Kepala Kantor Kementerian Agama Dr Ni Nengah Rustini MAg, Kadis Kebudayaan Karangasem I Putu Arnawa dan undangan lainnya. Bupati Mas Sumatri mengapresiasi kegiatan dilakukan Yayasan Anggel Hearts, membantu masyarakat kurang mampu hingga bisa ikut di upacara matatah, tiba bulan, dan potong rambut. Apalagi, warga tidak dikenai biaya sama sekali, semuanya gratis, mulai dari banten, hingga perlengkapan upacara lainnya.
Prosesi matatah diawali dengan menghadirkan beberapa sangging, selanjutnya sungkeman seluruh peserta matatah massal kepada masing-masing orangtuanya, selanjutnya muspa bersama, dan ngayah banten, terakhir diperciki tirta empat sulinggih.
Bupati Mas Sumatri mengingatkan, matatah tersebut merupakan ritual penting sekali dalam hidup, yang bertujuan untuk melenyapkan enam musuh dalam diri yang lebih lazim disebut sad ripu: kama (nafsu), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati).
Itulah sebabnya, setiap matatah ditandai memotong enam gigi bagian atas, agar sifat-sifat ripu (musuh) dalam diri lenyap. Sebelum gigi dipotong, peserta mohon restu orangtua, disusul maka satu persatu naik ke bale sekaha enam untuk giginya dipotong dilakukan sang sangging (tukang tatah).
"Sesuai keyakinan Hindu, matatah ditandai memotong enam gigi bagian atas, yang bertujuan untuk melenyapkan unsur sad ripu (enam musuh) dalam diri. Sehingga ke depan diharapkan mampu mengendalikan diri, terutama nafsu kemarahan, kebingungan, iri hati, mabuk dan yang lain-lainnya," harapnya.
Ketua Yayasan Angel Hearts Eddy Marta Mulia merasa termotivasi untuk menggelar acara itu berkelanjutan. "Memang tujuannya membantu warga kurang mampu, sehingga semua biaya digratiskan," katanya.*k16
1
Komentar