Cassette Store Day Bali, Surganya Penikmat Musik Lawas
Rekor piringan hitam termahal pada pameran kali ini dipegang oleh album Mondo Gascaro bertajuk Rajakelana yang dijual seharga Rp 850.000.
DENPASAR, NusaBali.com
Generasi 80-90an pasti tak asing dengan kaset lagu, dan CD album. Bagi generasi sebelum itu, pasti mengenal yang namanya vinyl alias si piringan hitam. Namun di zaman yang penuh dengan perkembangan teknologi ini, pastinya akses lagu, baik yang baru ataupun lagu lawas juga sudah jauh lebih mudah untuk diakses. Tinggal cari di Spotify, ketemu. Mau nonton MV (Music Video), tinggal buka YouTube.
Seiring dengan perkembangan ini, eksistensi kaset dan CD, dan vinyl pun perlahan tergeser. Toko-toko kaset sekarang sudah jarang ditemui. Walkman dan mini CD player yang populer di awal tahun 2000-an pun sekarang terganti dengan smartphone tipis yang praktis dibawa ke mana-mana.
Jika ingin bernostalgia, ada satu hari dalam setahun di mana media musik lawas ini dipamerkan dan diperdagangkan kembali bagi para pecinta musik lawas. Tradisi ini dimulai pertama kali pada tahun 2013 oleh salah satu rumah produksi di Inggris yang terinspirasi oleh Record Store Day, festival serupa yang mengkhusus pada nostalgia vinyl sebagai media yang sudah jarang digunakan pada 2013. Hingga kini, tradisi ini sudah mendunia.
Di Bali sendiri, pelaksanaan Cassette Store Day 2019 berlangsung di Plaza Renon selama dua hari, yaitu 19-20 Oktober 2019. Pameran ini diikuti oleh 22 lapak penjual kaset dan vinyl lawas. Dalam pameran ini, tak hanya kaset, CD, dan vinyl saja, namun juga memamerkan media pemutarnya, seperti walkman dan gramophone.
Rata-rata, kaset dan CD dijual dengan harga yang berkisar antara Rp 20.000-Rp 30.000, sementara vinyl dijual dengan harga yang lebih mahal, dimulai dari harga Rp 150.000 ke atas. Rekor vinyl termahal pada pameran kali ini dipegang oleh album Mondo Gascaro bertajuk Rajakelana yang dijual seharga Rp 850.000.
“Mahal tidaknya vinyl bukan hanya dari seberapa lawasnya, tapi juga tingkat kepopuleran album tersebut pada jamannya dan banyaknya permintaan. Kalau sekarang permintaannya besar tapi stok albumnya sedikit, otomatis albumnya jadi langka dan harganya naik. Khusus untuk Mondo Gascaro itu harganya jadi benar-benar naik karena ada tanda tangan dari Mondo-nya,” jelas pemilik lapak Millers Record Bali, pemilik album Mondo Gascaro ini pada Minggu (20/10/2019).
Soal koleksi kaset, rata-rata lapak yang mengikuti acara Cassette Store day ini kebanyakan mengoleksi kaset dari tahun 1980 hingga 1990-an. Sementara itu, koleksi vinyl dimulai dari koleksi album tahun 1950-an. Di beberapa lapak, bisa ditemui album asli The Beatles ‘Abbey Road’ senilai Rp 475.000.
Pemilik lapak lainnya, Rino Ega Vebrian mengatakan, ada suatu kebanggaan tersendiri saat memiliki bentuk fisik langsung dari sebuah album. Pria yang baru mulai mengoleksi album musik lawas pada awal 2019 ini tidak menyangka akan menekuni hobi koleksi album ini. “Kesannya seperti kita terbawa kembali ke era itu, rasanya seolah kita menyaksikan penyanyinya langsung,” ujarnya.
Dalam perkembangannya dengan teknologi, media musik semacam kaset, CD, vinyl, radio, dan Walkman memang kini sudah tergeser. Namun dengan adanya perkembangan tersebut, justru membuat album fisik lagu lawas lebih bernilai, tak seperti memutar lagu di internet yang gampang tergantikan oleh lagu terbaru lainnya.
“Kita tidak bisa menyalahkan teknologi yang berkembang, karena teknologi pasti diciptakan untuk mempermudah. Tapi rasanya berbeda antara saat kita hanya tinggal streaming lagu di internet dan memiliki musik dalam bentukan fisiknya seperti ini. Meskipun media pemutarnya juga sudah jarang, memajang kasetnya saja seperti sudah terbawa nostalgia,” tutur pemilik lapak Kaset Bali dan Vinyl Bali ini.*yl
Komentar