Desa Munggu Kemas Tradisi Makotek Jadi Atraksi Wisata
Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, mengemas Tradisi Mekotek yang merupakan tradisi asli desa tersebut menjadi garapan fragmentari yang dapat menjadi atraksi wisata.
MANGUPURA, NusaBali
“Desa Munggu telah ditetapkan sebagai desa wisata sesuai dengan Peraturan Bupati Badung No 47 Tahun 2010. Untuk itu kami mencoba mengemas tradisi Makotek dalam bentuk fragmentari yang kami suguhkan selama wisatawan domestik maupun manca negara yang menginap di wilayah Desa Wisata Munggu,” ujar Ketua Pokdarwis Desa Munggu sekaligus ketua panitia launching traksi wisata berupa fragmentari Makotek, Putu Suarda, Senin (21/10).
Dia mengatakan, Makotek merupakan tradisi unik yang hanya ada di Desa Munggu yang dilaksanakan setiap enam bulan (berdasar kalender Bali, Red) sekali oleh para pemuda setempat, yakni setiap Hari Raya Kuningan.
Gagasan untuk mengemas garapan fragmentari Makotek diawali oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat sebagai sumber daya manusia penggerak Desa Wisata Munggu.
Suarda menjelaskan selain sebagai atraksi bagi wisatawan, garapan fragmentari tradisi Makotek diharapkan dapat melestarikan dan meningkatkan budaya yang ada di desa setempat.
“Kami ingin mengarahkan para pemuda untuk melakukan kegiatan positif yang juga dapat meningkatkan perekonomian di Desa Munggu,” katanya.
Dia menambahkan garapan fragmentari itu dipercayakan oleh Listibiya Desa Munggu kepada para seniman yang tergabung dalam Sanggar Seni Semeton Barong yang dipimpinan oleh Putu Eka Darmayasa dari Banjar Kerobokan, Munggu.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa yang menghadiri launching acara tersebut, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi pagelaran fragmentari Makotek tersebut.
Menurutnya, selain dalam upaya tetap melestarikan potensi seni dan budaya, garapan itu juga mampu menjadi atraksi wisata unggulan di Desa Munggu.
“Kami menyambut baik pagelaran fragmentari Makotek di Desa Munggu ini, namun kami harapkan kemasan atraksi wisata itu juga tetap menjaga kesakralan budaya Makotek,” ujar Wabup Suiasa.
Kepala Dinas Pariwisata Badung I Made Badra menyatakan Pokdarwis Desa Munggu didukung oleh desa ingin membuat fragmentari Makotek dipentaskan rutin, tanpa menunggu saat Hari Raya Kuningan. Sehingga fragmentari ini bisa menjadi daya tarik wisata. *ant, asa
Dia mengatakan, Makotek merupakan tradisi unik yang hanya ada di Desa Munggu yang dilaksanakan setiap enam bulan (berdasar kalender Bali, Red) sekali oleh para pemuda setempat, yakni setiap Hari Raya Kuningan.
Gagasan untuk mengemas garapan fragmentari Makotek diawali oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat sebagai sumber daya manusia penggerak Desa Wisata Munggu.
Suarda menjelaskan selain sebagai atraksi bagi wisatawan, garapan fragmentari tradisi Makotek diharapkan dapat melestarikan dan meningkatkan budaya yang ada di desa setempat.
“Kami ingin mengarahkan para pemuda untuk melakukan kegiatan positif yang juga dapat meningkatkan perekonomian di Desa Munggu,” katanya.
Dia menambahkan garapan fragmentari itu dipercayakan oleh Listibiya Desa Munggu kepada para seniman yang tergabung dalam Sanggar Seni Semeton Barong yang dipimpinan oleh Putu Eka Darmayasa dari Banjar Kerobokan, Munggu.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa yang menghadiri launching acara tersebut, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi pagelaran fragmentari Makotek tersebut.
Menurutnya, selain dalam upaya tetap melestarikan potensi seni dan budaya, garapan itu juga mampu menjadi atraksi wisata unggulan di Desa Munggu.
“Kami menyambut baik pagelaran fragmentari Makotek di Desa Munggu ini, namun kami harapkan kemasan atraksi wisata itu juga tetap menjaga kesakralan budaya Makotek,” ujar Wabup Suiasa.
Kepala Dinas Pariwisata Badung I Made Badra menyatakan Pokdarwis Desa Munggu didukung oleh desa ingin membuat fragmentari Makotek dipentaskan rutin, tanpa menunggu saat Hari Raya Kuningan. Sehingga fragmentari ini bisa menjadi daya tarik wisata. *ant, asa
1
Komentar