Dimeriahkan Pentas Wayang Emas Majapahit
Festival Ulun Danu Beratan V 2019 Dibuka Resmi Besok Siang
Festival Ulun Danu Beratan V akan digelar di DTW Ulun Danu Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, 24-27 Oktober 2019.
TABANAN, NusaBali
Acara pembukaan Festival Unun Danu Beratat V 2019, Kamis (24/10) besok, akan dimeriahkan dengan pentas kolosal Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas warisan Kerajaan Majapahit. Wayang Emas dan Topeng Emas Gajah Mada yang akan dipentaskan secara kolosal dalam pembukaan Festival Ulun Danu Beratan V 2019, Kamis besok, adalah milik Griya Peling, Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud, Gianyar. Pementasan Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas ini dilakukan untuk menebar vibrasi perdamaian Nusantara buat kerahayuan bumi. Ini sengaja dipentaskan di DTW Ulun Danu Beratan, karena Ulun Danu Beratan diyakini sebagai cakra buana atau inti bumi.
Untuk mementaskan Wayang Enas dan Topeng Gajah Mada warisan Kerajaan Majapahit ini, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sudah tangkil ke Griya Peling Padangtegal, 7 Agustus 2019 lalu, didampingi Sekda Tabanan I Gede Susila, Asisten Perekonomian-Pembangunan Setda Tabanan AA Dalem Trisna Ngurah, anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan I Nyoman Suadiana. Mereka diterima langsung Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba dan penari sekaligus dalang Wayang Emas dan Topeng Emas Gajah Mada, Bagus Wastika.
Bupati Eka Wiryastuti mengungkapkan, pementasan Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas yang terbuat dari emas murni 18-22 karat ini berawal dari munculnya wangsit (petunjuk gaib). Maka, Bupati Eka Wiryastuti pun mohon izin ke Griya Peling Padangtegal, Ubud untuk minta izin memenataskan Topeng Fajah Mada dan Wayan Emas peninggalan Majapahit tersebut. "Saya sampai tergetar ketika melihat benda-benda itu. Dari Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas benar-benar terpancar energi luar biasa," ujar Bupati Eka Wiryastuti saat jumpa pers di DTW Ulun Danu Beratan, Selasa (22/10).
Eka Wiryastuti menyebutkan, Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas yang selama ini disimpan di Griya Peling Padangtegal, memiliki nunasa mistis. Konon, benda bersejarah ini dijaga oleh Hyang Gaib. “Katanya benda ini pernah hilang, namun datang lagi dengan sendirinya. Jadi, memang agak mistis dan sakral. Ini yang menjadi daya tarik utama," jelas Srikandi PDIP asal Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini.
Pentas kolosal Tepeng Gajah Mada dan Wayan Emas rencananya akan dilakukan di areal Taman Beji DTW Ulun Danu Beratan, Rabu siang ini pukul 11.30 Wita. Pementasan ini sebagai wujud syukur terhadap Dewi Danu, yang telah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Bali. Topeng Gajah Mada akan dipentaskan secara kolosal dengan melibatkan 70 penari yang sudah mahir. Demikian pula Wayang Emas, akan dipentaskan berbanyak. "Ini adalah pementasan kolosal pertama kali. Biasanya untuk ngayah, hanya menggunakan 7 topeng," papar Eka Wiryastuti.
Dengan pementasan kolosal Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas warisan Majapahit ini, kata Eka Wiryastuti, diharapkan terpancar vibrasi positif untuk kerahayuan bumi, sehingga bisa membuat rakyat Indonesia harmomis pasca sempat terkotak-kotak akibat kepentingan politik yang dibumbui SARA. "Makna sumpah Mahapatih Gajah Mada ‘Amukti Palapa’ bisa kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pesan Eka Wiryastuti.
Disebutkan, Festival Ulun Danu Beratan merupakan ajang tahunan yang bertujuan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke DTW Ulun Danu Beratan. Melalui festival ini akan ditampilkan potensi-potensi yang di sekitar Danau Beratan, seperti gebogan sayur dan gebogan buah. "Yang terpenting, festival kali ini ramah lingkungan, sama sekali tidak menggunakan plastik, sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali," tegas Eka Wiryastuti.
Disinggung soal adanya Pergub untuk tidak mementaskan tarian sakral secara massal, menurut Eka Wiryastuti, tarian yang dipentaskan tidak ada melanggar, karena bukan untuk ajang mencari penghargaan Muri. "Ini juga bukan tari wali. Justru kita dapat kehormatan, karena tarian ini sudah sering tampil tidak bersifat khusus, melainkan lebih kepada ngayah," katanya.
Keberadaan Wayang Emas di Griya Peling Padangtegal sendiri berawal ketika Ida Pedanda Jungutan didatangi salah seorang warga Gowa, Sulawesi Selatan tahun 2009. Warga dari Gowa itu masih trah Majapahit, punya misi sebagai penyelemat benda-benda bersejarah warisan Kerajaan Majapahit.
Kepada Ida Pedanda Jungutan, warga Gowa tersebut mengaku menerima wangsit agar menghibahkan benda warisam Majapahit berupa Wayang Emas kepada semeton Griya Peling Padangtegal. Hibah Wayang Emas bukan untuk dimiliki, namun dilestarikan agar bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kemudian, warga dari Gowa itu kembali datang menghibahkan 25 Wayang Emas ke Griya Peling Padangtegal. Pada tahun 2010, kembali dihibahkan 15 Wayang Emas. Sampai di tahun 2013, jumlah Wayang Emas warisan Majapahit yang sudah tersimpan di Griya Peling Pa-dangtegal mencapai 100 buah. Bukan hanya itu, warga Gowa tadi juga menghibahkan 6 Topeng Gajah Mada, keris bertahta emas, dan kursi Gajah Mada berbahan perunggu.
Sementara itu, Manajer DTW Ulun Danu Beratan, I Wayan Mustika, mentakan rangkaian kegiatan Festival Ulun Danu Beratan V 2019 sudah dimulai sejak Selasa (22/10), diawali dengan Lomba Penjor yang diikuti 20 Sekaa Teruna Gebog Pesatakan Ulun Danu Beratan. Selama 4 hari pelaksanaan festival nanti, ada 2.000 seniman yang akan ikut terlibat. Mereka berasal dari Gebog Pesatakan dan Kabupaten Tabanan.
Menurut Mustika, anggaran untuk Festival Ulun Danu Beratan V 2019 ini digelontor sebesar Rp 1 miliar dari Pemkab Tabanan, Rp 400 juta dari Kementerian Pariwisata, dan sisanya biaya promosi dari DTW Ulun Danu Beratan. "Festival digelar salah satunya untuk meningkatkan kunjungan dan sekaligus memotivasi, karena tahun 2020 DTW Ulun Danu Beratan akan menaikkan harga tiket masuk," terang Mustika, Selasa kemarin.
Mustika menyebutkan, selama 4 hari pelaksanaan festival, lebih banyak diangkat potensi yang ada di sekitar DTW Ulun Danu Beratan. Di antaranya, lomba gebogan sayur dan buah lokal yang melibatkan ibu-ibu PKK dari Gebog Pesatakan banjar-banjar pangempon Pura Ulun Danu Beratan. Ada pula lomba kuliner vegetarian. *des
Untuk mementaskan Wayang Enas dan Topeng Gajah Mada warisan Kerajaan Majapahit ini, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sudah tangkil ke Griya Peling Padangtegal, 7 Agustus 2019 lalu, didampingi Sekda Tabanan I Gede Susila, Asisten Perekonomian-Pembangunan Setda Tabanan AA Dalem Trisna Ngurah, anggota Fraksi PDIP DPRD Tabanan I Nyoman Suadiana. Mereka diterima langsung Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba dan penari sekaligus dalang Wayang Emas dan Topeng Emas Gajah Mada, Bagus Wastika.
Bupati Eka Wiryastuti mengungkapkan, pementasan Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas yang terbuat dari emas murni 18-22 karat ini berawal dari munculnya wangsit (petunjuk gaib). Maka, Bupati Eka Wiryastuti pun mohon izin ke Griya Peling Padangtegal, Ubud untuk minta izin memenataskan Topeng Fajah Mada dan Wayan Emas peninggalan Majapahit tersebut. "Saya sampai tergetar ketika melihat benda-benda itu. Dari Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas benar-benar terpancar energi luar biasa," ujar Bupati Eka Wiryastuti saat jumpa pers di DTW Ulun Danu Beratan, Selasa (22/10).
Eka Wiryastuti menyebutkan, Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas yang selama ini disimpan di Griya Peling Padangtegal, memiliki nunasa mistis. Konon, benda bersejarah ini dijaga oleh Hyang Gaib. “Katanya benda ini pernah hilang, namun datang lagi dengan sendirinya. Jadi, memang agak mistis dan sakral. Ini yang menjadi daya tarik utama," jelas Srikandi PDIP asal Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini.
Pentas kolosal Tepeng Gajah Mada dan Wayan Emas rencananya akan dilakukan di areal Taman Beji DTW Ulun Danu Beratan, Rabu siang ini pukul 11.30 Wita. Pementasan ini sebagai wujud syukur terhadap Dewi Danu, yang telah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat Bali. Topeng Gajah Mada akan dipentaskan secara kolosal dengan melibatkan 70 penari yang sudah mahir. Demikian pula Wayang Emas, akan dipentaskan berbanyak. "Ini adalah pementasan kolosal pertama kali. Biasanya untuk ngayah, hanya menggunakan 7 topeng," papar Eka Wiryastuti.
Dengan pementasan kolosal Topeng Gajah Mada dan Wayang Emas warisan Majapahit ini, kata Eka Wiryastuti, diharapkan terpancar vibrasi positif untuk kerahayuan bumi, sehingga bisa membuat rakyat Indonesia harmomis pasca sempat terkotak-kotak akibat kepentingan politik yang dibumbui SARA. "Makna sumpah Mahapatih Gajah Mada ‘Amukti Palapa’ bisa kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pesan Eka Wiryastuti.
Disebutkan, Festival Ulun Danu Beratan merupakan ajang tahunan yang bertujuan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke DTW Ulun Danu Beratan. Melalui festival ini akan ditampilkan potensi-potensi yang di sekitar Danau Beratan, seperti gebogan sayur dan gebogan buah. "Yang terpenting, festival kali ini ramah lingkungan, sama sekali tidak menggunakan plastik, sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali," tegas Eka Wiryastuti.
Disinggung soal adanya Pergub untuk tidak mementaskan tarian sakral secara massal, menurut Eka Wiryastuti, tarian yang dipentaskan tidak ada melanggar, karena bukan untuk ajang mencari penghargaan Muri. "Ini juga bukan tari wali. Justru kita dapat kehormatan, karena tarian ini sudah sering tampil tidak bersifat khusus, melainkan lebih kepada ngayah," katanya.
Keberadaan Wayang Emas di Griya Peling Padangtegal sendiri berawal ketika Ida Pedanda Jungutan didatangi salah seorang warga Gowa, Sulawesi Selatan tahun 2009. Warga dari Gowa itu masih trah Majapahit, punya misi sebagai penyelemat benda-benda bersejarah warisan Kerajaan Majapahit.
Kepada Ida Pedanda Jungutan, warga Gowa tersebut mengaku menerima wangsit agar menghibahkan benda warisam Majapahit berupa Wayang Emas kepada semeton Griya Peling Padangtegal. Hibah Wayang Emas bukan untuk dimiliki, namun dilestarikan agar bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Kemudian, warga dari Gowa itu kembali datang menghibahkan 25 Wayang Emas ke Griya Peling Padangtegal. Pada tahun 2010, kembali dihibahkan 15 Wayang Emas. Sampai di tahun 2013, jumlah Wayang Emas warisan Majapahit yang sudah tersimpan di Griya Peling Pa-dangtegal mencapai 100 buah. Bukan hanya itu, warga Gowa tadi juga menghibahkan 6 Topeng Gajah Mada, keris bertahta emas, dan kursi Gajah Mada berbahan perunggu.
Sementara itu, Manajer DTW Ulun Danu Beratan, I Wayan Mustika, mentakan rangkaian kegiatan Festival Ulun Danu Beratan V 2019 sudah dimulai sejak Selasa (22/10), diawali dengan Lomba Penjor yang diikuti 20 Sekaa Teruna Gebog Pesatakan Ulun Danu Beratan. Selama 4 hari pelaksanaan festival nanti, ada 2.000 seniman yang akan ikut terlibat. Mereka berasal dari Gebog Pesatakan dan Kabupaten Tabanan.
Menurut Mustika, anggaran untuk Festival Ulun Danu Beratan V 2019 ini digelontor sebesar Rp 1 miliar dari Pemkab Tabanan, Rp 400 juta dari Kementerian Pariwisata, dan sisanya biaya promosi dari DTW Ulun Danu Beratan. "Festival digelar salah satunya untuk meningkatkan kunjungan dan sekaligus memotivasi, karena tahun 2020 DTW Ulun Danu Beratan akan menaikkan harga tiket masuk," terang Mustika, Selasa kemarin.
Mustika menyebutkan, selama 4 hari pelaksanaan festival, lebih banyak diangkat potensi yang ada di sekitar DTW Ulun Danu Beratan. Di antaranya, lomba gebogan sayur dan buah lokal yang melibatkan ibu-ibu PKK dari Gebog Pesatakan banjar-banjar pangempon Pura Ulun Danu Beratan. Ada pula lomba kuliner vegetarian. *des
Komentar