Bupati Mahayastra Resmikan Suwat Waterfall
Bupati Gianyar, Made ‘Agus’ Mahayastra resmikan objek wisata Suwat Waterfall yang dikelola oleh Desa Adat Suwat, Kecamatan Gianyar, Selasa (22/10).
GIANYAR, NusaBali
Objek wisata ini resmi dibuka untuk umum setelah beberapa bulan terakhir ditata oleh krama setempat. Dari awalnya berupa semak belukar, kini jadi destinasi wisata yang menarik. Selain air terjunnya, objek ini juga menyajikan spot selfie.
Turut hadir saat peresmian, Ketua DPRD Gianyar, I Wayan Tagel Winarta, Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar, Ny Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra serta beberapa anggota DPRD dan Kepala OPD terkait di Lingkungan Pemkab Gianyar.
Ketua Panitia, Putu Darmendra, mengatakan Suwat Waterfall dibangun berawal dari mimpi dan angan-angan. Dengan semangat dan dukungan semua pihak, khususnya warga Desa Suwat sehingga terwujud menjadi salah satu obyek wisata baru di Gianyar Utara.
“Kita wujudkan dulu mimpi itu sehingga ada Suwat Waterfall. Tentang hasilnya, itu tergantung konsistensi kita semua. Di beberapa tempat mungkin dianugerahkan obyek wisata, tetapi yang susah itu menemukan, menggali, merawat, menjaga serta bisa konsisten menghasilkan,” kata Darmendra.
Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, mengatakan penataan air terjun Suwat ini dilakukan pihak Desa Adat serta pemuda di 3 banjar di Desa Suwat.
Komitmen untuk menggeliatkan pariwista di Gianyar Utara, khususnya Desa Suwat diawali dengan mengangkat nama desa dengan menggelar Festival Air Suwat yang digelar secara rutin menyambut tahun baru Masehi. “Dulu tempat ini (air terjun Suwat) dipercaya warga merupakan tempat angker sehingga warga takut ke sini. Setelah beberapa kali survei akhirnya kami putuskan untuk mengembangkannya,” kata Sudibya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan diresmikannya Suwat Waterfall ini diharapkan akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Gianyar Utara. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Adat, khususnya krama dalam hal kegiatan upacara keagamaan dapat dipenuhi.
“Untuk menjaga Bali, salah satunya Desa Adat harus diperkuat. Ekonomi terutama, karena ke depan tantangan Desa Adat ini sangat banyak. Untuk itu, kita butuh dukungan semua pihak,” imbuh Ngakan Putu Sudibya.
Sementara Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, sangat mengapresiasi upaya Desa Suwat untuk mengembangkan desanya dengan menggali potensi yang ada. Dengan dibukanya Suwat Waterfall di Kabupaten Gianyar, tentunya akan sangat mendukung perkembangan pariwisata yang sekaligus dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat.
Sebagai salah satu kawasan wisata di Gianyar, Suwat Waterfall dengan obyek wisata air terjun sebagai daya tariknya diharapkan dapat menjadi destinasi wisata baru yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung. “Ini merupakan hasil dari kita menetapkan 17 Desa Wisata. Di mana saya berharap akan bermunculan sebuah aktivitas-aktivitas baru yang biasa kita sebut festival dan destinasi-destinasi yang baru seperti Waterfall dan obyek-obyek lainnya sehingga memiliki keuntungan bahwa pariwisata itu dinikmati oleh masyarakat,” kata Mahayastra.
Mahayastra juga mengatakan, sekecil apapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa jika memang bermanfaat, Pemkab Gianyar akan serius menggarap serta mendukung sepenuhnya. Hal tersebut, salah satu bukti penguatan Desa Adat karena basic-nya digarap dan dikelola oleh Desa Adat. Sehingga saatnya nanti, menjadi salah satu tonggak pendukung Desa Adat di bidang finansial. *
Objek wisata ini resmi dibuka untuk umum setelah beberapa bulan terakhir ditata oleh krama setempat. Dari awalnya berupa semak belukar, kini jadi destinasi wisata yang menarik. Selain air terjunnya, objek ini juga menyajikan spot selfie.
Turut hadir saat peresmian, Ketua DPRD Gianyar, I Wayan Tagel Winarta, Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar, Ny Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra serta beberapa anggota DPRD dan Kepala OPD terkait di Lingkungan Pemkab Gianyar.
Ketua Panitia, Putu Darmendra, mengatakan Suwat Waterfall dibangun berawal dari mimpi dan angan-angan. Dengan semangat dan dukungan semua pihak, khususnya warga Desa Suwat sehingga terwujud menjadi salah satu obyek wisata baru di Gianyar Utara.
“Kita wujudkan dulu mimpi itu sehingga ada Suwat Waterfall. Tentang hasilnya, itu tergantung konsistensi kita semua. Di beberapa tempat mungkin dianugerahkan obyek wisata, tetapi yang susah itu menemukan, menggali, merawat, menjaga serta bisa konsisten menghasilkan,” kata Darmendra.
Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, mengatakan penataan air terjun Suwat ini dilakukan pihak Desa Adat serta pemuda di 3 banjar di Desa Suwat.
Komitmen untuk menggeliatkan pariwista di Gianyar Utara, khususnya Desa Suwat diawali dengan mengangkat nama desa dengan menggelar Festival Air Suwat yang digelar secara rutin menyambut tahun baru Masehi. “Dulu tempat ini (air terjun Suwat) dipercaya warga merupakan tempat angker sehingga warga takut ke sini. Setelah beberapa kali survei akhirnya kami putuskan untuk mengembangkannya,” kata Sudibya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan diresmikannya Suwat Waterfall ini diharapkan akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Gianyar Utara. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Adat, khususnya krama dalam hal kegiatan upacara keagamaan dapat dipenuhi.
“Untuk menjaga Bali, salah satunya Desa Adat harus diperkuat. Ekonomi terutama, karena ke depan tantangan Desa Adat ini sangat banyak. Untuk itu, kita butuh dukungan semua pihak,” imbuh Ngakan Putu Sudibya.
Sementara Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, sangat mengapresiasi upaya Desa Suwat untuk mengembangkan desanya dengan menggali potensi yang ada. Dengan dibukanya Suwat Waterfall di Kabupaten Gianyar, tentunya akan sangat mendukung perkembangan pariwisata yang sekaligus dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat.
Sebagai salah satu kawasan wisata di Gianyar, Suwat Waterfall dengan obyek wisata air terjun sebagai daya tariknya diharapkan dapat menjadi destinasi wisata baru yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung. “Ini merupakan hasil dari kita menetapkan 17 Desa Wisata. Di mana saya berharap akan bermunculan sebuah aktivitas-aktivitas baru yang biasa kita sebut festival dan destinasi-destinasi yang baru seperti Waterfall dan obyek-obyek lainnya sehingga memiliki keuntungan bahwa pariwisata itu dinikmati oleh masyarakat,” kata Mahayastra.
Mahayastra juga mengatakan, sekecil apapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa jika memang bermanfaat, Pemkab Gianyar akan serius menggarap serta mendukung sepenuhnya. Hal tersebut, salah satu bukti penguatan Desa Adat karena basic-nya digarap dan dikelola oleh Desa Adat. Sehingga saatnya nanti, menjadi salah satu tonggak pendukung Desa Adat di bidang finansial. *
Komentar