Balon Gas Meledak di Kediri, 8 Luka Bakar
Sekumpulan balon gas meledak di hutan perhutani di kawasan hutan RPH Manggis Petak 60 D, Dusun/Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kediri.
KEDIRI, NusaBali
Ledakan itu melukai 8 orang. "Tadi jam 11.00 WIB, ada laporan dari anggota Perhutani telah melakukan evakuasi kepada 8 warga ke rumah sakit karena luka bakar balon gas yang meletus," ujar Humas Perhutani Kediri Handoyo, seperti dilansir detik, Selasa (22/10).
Dari informasi yang dihimpun, balon gas itu milik Yayasan Pendidikan Al Ma'arif Singosari Malang. Balon gas itu diterbangkan dalam rangka Hari santri Nasional.
Diduga karena kehabisan gas, balon itu kemudian turun di wilayah Desa Manggis, tepatnya di hutan milik Perhutani Kediri. Saat itu sekumpulan warga sedang kerja bakti di musala setempat. Secara kebetulan di dekat situ juga melintas warga Desa Sidomulyo menggunakan truk.
Kumpulan balon gas tersebut sebenarnya tidak benar-benar turun ke tanah. Balon itu tersangkut pohon. Oleh warga, plakat balon bertuliskan nama Yayasan Pendidikan Al Ma'arif yang terjuntai ditarik sehingga balon turun. Balon yang turun tersebut menjadi rebutan warga.
Diduga saat berebut itulah, puluhan balon tersebut meledak. Ledakan itu melukai delapan orang. Mereka mengalami luka bakar rata-rata 15 persen pada tubuhnya. Warga lain yang melihat itu segera membawa korban ke RSUD Pelem, Pare, Kediri.
Lokasi kejadian saat ini telah diamankan polisi. Polisi memasang police line di lokasi meledaknya balon gas.
"Saat ini lokasi TKP telah dijaga polisi, kami sekadar membantu menghalau masyarakat untuk tidak mendekat," kata Handoyo.
Apa yang membuat balon itu meledak? Usut punya usut, balon tersebut meledak karena ada yang menyulutnya menggunakan rokok. Sulutan rokok itu efeknya berantai. Gas yang ada di dalam salah satu balon meledak dan meledakkan balon-balon lainnya.
"Jadi warga ini berebut balon udara yang menyangkut di pohon itu karena menyangka di dalam balon berisi uang. Makanya mereka berusaha mengambil dan membuka balon menggunakan puntung rokok," ujar Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Ambuka Yudha Hardi Putra. Selasa, (22/10).
Ambuka menduga gas di dalam balon merupakan gas yang mudah terbakar. Sehingga efeknya ketika tersulut api langsung menyebarkan hawa panas membakar. *
Dari informasi yang dihimpun, balon gas itu milik Yayasan Pendidikan Al Ma'arif Singosari Malang. Balon gas itu diterbangkan dalam rangka Hari santri Nasional.
Diduga karena kehabisan gas, balon itu kemudian turun di wilayah Desa Manggis, tepatnya di hutan milik Perhutani Kediri. Saat itu sekumpulan warga sedang kerja bakti di musala setempat. Secara kebetulan di dekat situ juga melintas warga Desa Sidomulyo menggunakan truk.
Kumpulan balon gas tersebut sebenarnya tidak benar-benar turun ke tanah. Balon itu tersangkut pohon. Oleh warga, plakat balon bertuliskan nama Yayasan Pendidikan Al Ma'arif yang terjuntai ditarik sehingga balon turun. Balon yang turun tersebut menjadi rebutan warga.
Diduga saat berebut itulah, puluhan balon tersebut meledak. Ledakan itu melukai delapan orang. Mereka mengalami luka bakar rata-rata 15 persen pada tubuhnya. Warga lain yang melihat itu segera membawa korban ke RSUD Pelem, Pare, Kediri.
Lokasi kejadian saat ini telah diamankan polisi. Polisi memasang police line di lokasi meledaknya balon gas.
"Saat ini lokasi TKP telah dijaga polisi, kami sekadar membantu menghalau masyarakat untuk tidak mendekat," kata Handoyo.
Apa yang membuat balon itu meledak? Usut punya usut, balon tersebut meledak karena ada yang menyulutnya menggunakan rokok. Sulutan rokok itu efeknya berantai. Gas yang ada di dalam salah satu balon meledak dan meledakkan balon-balon lainnya.
"Jadi warga ini berebut balon udara yang menyangkut di pohon itu karena menyangka di dalam balon berisi uang. Makanya mereka berusaha mengambil dan membuka balon menggunakan puntung rokok," ujar Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Ambuka Yudha Hardi Putra. Selasa, (22/10).
Ambuka menduga gas di dalam balon merupakan gas yang mudah terbakar. Sehingga efeknya ketika tersulut api langsung menyebarkan hawa panas membakar. *
Komentar