Jadi Menteri Agama, Pensiunan Jenderal Diminta Urus Radikalisme
Mantan Wakil Panglima TNI, Jenderal Purn Fachrul Razi, secara resmi diangkat Presiden Jokowi menjadi Menteri Agama dalam ‘Kabinet Indonesia Maju’ Joko-wi-Ma’ruf Amin, di Istana Negara Jakarta, Rabu (23/10) pagi.
JAKARTA, NusaBali
Ada tugas khusus yang dibebankan ke pundak Fachrul Razi selaku Menteri Agama, yakni mengurus masalah radikalisme. Penunjukan Fachrul Razi menjadi Menteri Agama (Menag) terbilang mengejutkan, karena dia berasal dari militer. Kebiasaan selama ini, Menag selalu diambil dari tokoh dari NU. Fachrul Razi pun menjadi pensiunan jenderal pertama yang memimpin Kemenag sejak era Reformasi 1999.
Sebelumnya, di era Orde Baru, sempat ada dua pensiunan perwira tinggi TNI yang jadi Menag. Mereka masing-masing Letjen TNI (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara dan Laksamana Muda TNI Tarmizi Taher. Padahal, di masa Orba, Kemenag tidak berkaitan langsung dengan pertahanan negara, sesuai latar belakang Alamsyah dan Tarmizi Taher.
Namun, Alamsyah dan Tarmizi yang orang militer mampu menuntaskan tugasnya sebagai Meng. Kala itu, Alamsyah meluruskan sejarah pengorbanan umat Islam terkait lahirnya Pancasila. Atas peran Alamsyah, sebagaimana dilansir detikcom, kemudian golongan Islam mau menerima dan mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa. Alamsyah juga berhasil membentuk wadah Musyawarah Antar Umat Beragama.
Kini, di era Reformasi, Fachrul Razi diangkat Presiden Jokoswi sebagai Menag di tengah ancaman redikalisme. Presiden Jokowi meminta Fachrul Razi fokus mengurusi radikalisme di Indonesia.
"Bapak Jenderal Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Ini urusan (Menag) berka-itan dengan radikalisme, ekonomi umat, industri halal saya kira, dan terutama haji berada di bawah beliau," ujar Jokowi saat mengenalkan menteri ‘Kabinet Indonesia Maju’ di Istana Negara, kemarin pagi.
Ditodong seperti itu, dengan badan tegak dan memberikan hormat, Fachrul Razi menyatakan siap mengemban jabatan Menag. Alumnus Akademi Militer tahun 1970 ini juga sempat memberi salam saat setelah memberi hormat. "Assalamualaikum," sergah Fachrul. "Waalaikumsalam," jawab Jokowi.
Sementara itu, Fachrul Razi mengakui masa remajanya dibesarkan di wilayah yang ajaran Islam-nya ketat. Namun, pensiunan jenderal asal Aceh ini menegaskan jabatan Menag yang diembannya saat ini tidak hanya untuk agama tertentu, bukan pula hanya untuk Agama Islam.
"Kita harus sepakat bahwa teman-teman, Pak Fachrul Menteri Agama ya. Tapi, saya bukan Menteri Agama Islam, saya Menteri Agama Republik Indonesia. Di dalamnya ada agama-agama lain. Tapi, kalau di dalamnya saya gunakan pendekatan Islam, wajar-wajar saja, karena memang Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas," ujar Fachrul Razi di Kantor Kemenag, Jakarta, saat serah terima jabatan dengan Menag sebelumnya, Lukman Hakim.
Fachrul lalu menjelaskan dirinya bukan lulusan pondok pesantren maupun sekolah agama. Namun, wilayahnya yang ketat dengan agama Islam, membentuk pribadinya sebagai sosok yang disiplin. Apalagi, setelah masuk akademi militer, Fachrul tergabung dalam kelompok yang membina taruna Islam.
"Saya dibesarkan dalam sebuah wilayah yang memang Islamnya sangat ketat, sehingga dididik orangtua dengan cara yang sangat ketat juga. Dan, kemudian setelah masuk ke Akademi Militer, saya tergabung dalam istilahnya itu adalah kelompok taruna yang tugasnya membina taruna-taruna Islam lainnya agar menjadi lebih baik," kenang Fachrul.
Di sisi lain, PBNU sebut penunjukan Fachrul Razi sebagai Menag menuai keke-cewaan dari kiai-kiai. "Saya dan pengurus lainnya banyak mendapat pertanyaan terkait Menteri Agama. Selain pertanyaan, banyak kiai dari berbagai daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes," ungkap Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, KH Robikin Emhas, dalam keterangan tertulisnya kepada detikcom, Rabu kemarin.
Robikin menuturkan, para kiai paham Kemenag harus berada di garda depan da-lam mengatasi radikalisme berbasis agama. Tapi, keputusan Jokowi memilih Fa-chrul Razi dipertanyakan para kiai. "Para kiai tak habis mengerti terhadap pili-han yang ada," katanya.
Menurut Robikin, para kiai sudah lama merisaukan fenomena pendangkalan pe-mahaman agama yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Lebih tragis lagi, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. "Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. Teror adalah di antara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini," sebut Robikin.
Disebutkan, NU sudah lama mengingatkan bahaya radikalisme. Bahkan, NU sudah menyebut Indonesia darurat radikalisme. "Karena kondisi dan daya destruksi yang diakibatkan, secara kelembagaan jauh waktu NU tegas mengingatkan bahaya radikalisme itu.”
Sementara, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, berharap Fac-hrul Razi bisa melaksanakan tugas dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya sebagai Menag. Dengan begitu, suasana kehidupan keagamaan di Indonesia semakin kondusif dan dinamis. "Kita berharap dengan kepemimpinan beliau, citra tentang Kemenag sebagai kementerian yang bersih dan profesional akan bisa terwujud," kata Anwar. *
Sebelumnya, di era Orde Baru, sempat ada dua pensiunan perwira tinggi TNI yang jadi Menag. Mereka masing-masing Letjen TNI (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara dan Laksamana Muda TNI Tarmizi Taher. Padahal, di masa Orba, Kemenag tidak berkaitan langsung dengan pertahanan negara, sesuai latar belakang Alamsyah dan Tarmizi Taher.
Namun, Alamsyah dan Tarmizi yang orang militer mampu menuntaskan tugasnya sebagai Meng. Kala itu, Alamsyah meluruskan sejarah pengorbanan umat Islam terkait lahirnya Pancasila. Atas peran Alamsyah, sebagaimana dilansir detikcom, kemudian golongan Islam mau menerima dan mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa. Alamsyah juga berhasil membentuk wadah Musyawarah Antar Umat Beragama.
Kini, di era Reformasi, Fachrul Razi diangkat Presiden Jokoswi sebagai Menag di tengah ancaman redikalisme. Presiden Jokowi meminta Fachrul Razi fokus mengurusi radikalisme di Indonesia.
"Bapak Jenderal Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Ini urusan (Menag) berka-itan dengan radikalisme, ekonomi umat, industri halal saya kira, dan terutama haji berada di bawah beliau," ujar Jokowi saat mengenalkan menteri ‘Kabinet Indonesia Maju’ di Istana Negara, kemarin pagi.
Ditodong seperti itu, dengan badan tegak dan memberikan hormat, Fachrul Razi menyatakan siap mengemban jabatan Menag. Alumnus Akademi Militer tahun 1970 ini juga sempat memberi salam saat setelah memberi hormat. "Assalamualaikum," sergah Fachrul. "Waalaikumsalam," jawab Jokowi.
Sementara itu, Fachrul Razi mengakui masa remajanya dibesarkan di wilayah yang ajaran Islam-nya ketat. Namun, pensiunan jenderal asal Aceh ini menegaskan jabatan Menag yang diembannya saat ini tidak hanya untuk agama tertentu, bukan pula hanya untuk Agama Islam.
"Kita harus sepakat bahwa teman-teman, Pak Fachrul Menteri Agama ya. Tapi, saya bukan Menteri Agama Islam, saya Menteri Agama Republik Indonesia. Di dalamnya ada agama-agama lain. Tapi, kalau di dalamnya saya gunakan pendekatan Islam, wajar-wajar saja, karena memang Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas," ujar Fachrul Razi di Kantor Kemenag, Jakarta, saat serah terima jabatan dengan Menag sebelumnya, Lukman Hakim.
Fachrul lalu menjelaskan dirinya bukan lulusan pondok pesantren maupun sekolah agama. Namun, wilayahnya yang ketat dengan agama Islam, membentuk pribadinya sebagai sosok yang disiplin. Apalagi, setelah masuk akademi militer, Fachrul tergabung dalam kelompok yang membina taruna Islam.
"Saya dibesarkan dalam sebuah wilayah yang memang Islamnya sangat ketat, sehingga dididik orangtua dengan cara yang sangat ketat juga. Dan, kemudian setelah masuk ke Akademi Militer, saya tergabung dalam istilahnya itu adalah kelompok taruna yang tugasnya membina taruna-taruna Islam lainnya agar menjadi lebih baik," kenang Fachrul.
Di sisi lain, PBNU sebut penunjukan Fachrul Razi sebagai Menag menuai keke-cewaan dari kiai-kiai. "Saya dan pengurus lainnya banyak mendapat pertanyaan terkait Menteri Agama. Selain pertanyaan, banyak kiai dari berbagai daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes," ungkap Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, KH Robikin Emhas, dalam keterangan tertulisnya kepada detikcom, Rabu kemarin.
Robikin menuturkan, para kiai paham Kemenag harus berada di garda depan da-lam mengatasi radikalisme berbasis agama. Tapi, keputusan Jokowi memilih Fa-chrul Razi dipertanyakan para kiai. "Para kiai tak habis mengerti terhadap pili-han yang ada," katanya.
Menurut Robikin, para kiai sudah lama merisaukan fenomena pendangkalan pe-mahaman agama yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Lebih tragis lagi, bahkan sikap ekstrem dengan mengatasnamakan agama. "Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. Teror adalah di antara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini," sebut Robikin.
Disebutkan, NU sudah lama mengingatkan bahaya radikalisme. Bahkan, NU sudah menyebut Indonesia darurat radikalisme. "Karena kondisi dan daya destruksi yang diakibatkan, secara kelembagaan jauh waktu NU tegas mengingatkan bahaya radikalisme itu.”
Sementara, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, berharap Fac-hrul Razi bisa melaksanakan tugas dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya sebagai Menag. Dengan begitu, suasana kehidupan keagamaan di Indonesia semakin kondusif dan dinamis. "Kita berharap dengan kepemimpinan beliau, citra tentang Kemenag sebagai kementerian yang bersih dan profesional akan bisa terwujud," kata Anwar. *
Komentar