Penderita HIV/AIDS di Buleleng Tembus 3.000 Orang
Meski jumlahnya terus bertambah, tetapi rata-rata jumlah kasus baru yang ditemukan setiap bulannya sudah mengalami tren penurunan.
SINGARAJA, NusaBali
Pengidap HIV/AIDS di Buleleng saat ini mencapai sekitar 3.000 jiwa. Jumlah tersebut terakumulasi dari tahun 1999-2019. Potensi penyebaran yang masih sangat rentan, membuat Pemkab Buleleng kembali merapatkan barisan untuk melakukan langkah penanggulangan dari berbagai lini.
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (PPPM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, Putu Indrawan, dalam rapat koordinasi penanggulangan HIV/AIDS di Unit IV Kantor Bupati Buleleng, Kamis (24/10/2019) kemarin mengatakan, meski jumlahnya terus bertambah tetapi rata-rata jumlah kasus baru yang ditemukan setiap bulannya sudah mengalami tren penurunan dari tahun sebelumnya.
Penyakit HIV/AIDS diakui belum dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat untuk dapat sembuh total. Penderita yang sudah teridentifikasi dini melalui tes VCT, akan disarankan untuk tetap mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) untuk memperpanjang hidup. “Sejauh ini ada 900 penderita yang ditanggung obat ARV ini. Target kita saat ini yang pengidap masih sembunyi-sembunyi mau membuka diri, yang menjadi prioritas bagaimana yang terbongkar kita selamatkan diobati jangan sampai meningal dan tidak menularkan mengakibatkan infeksi kasus baru,” jelas dia.
ARV gratis yang diberikan kepada penderita selain dapat diakses di RSUD Buleleng juga disediakan di satelit layanan di lima Puskesmas yang ada di Buleleng, yakni, Puskesmas Gerokgak II, Puskesmas Seririt I, Puskesmas Busungbiu I, Puskesmas Banjar I dan Puskesmas Tejakula I, untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada penderita. Menurut Indrawan dengan dibukanya satelit-satelit layanan itu diharapkan tak ada penderita yang tak ditindaklanjuti, karena alasan jarak rumah jauh dengan tempat layanan kesehatan.
Dalam penanganan HIV/AIDS di Buleleng juga dilaksanakan pendampingan kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), baik dari pemerintah dan juga melibatkan yayasan maupun pemerhati HIV/AIDS. Salah satu di antaranya adalah Wargas. Ketua Wargas Buleleng Sisca Sena, mengatakan puluhan relawan yang bernaung di bawah organisasinya, selama ini melakukan pendampingan kepada ODHA agar mereka tetap minum ARV. “Relawan pendamping ada juga yang disebut dengan PMO atau Pengawas Minum Obat. Semua ini dilakukan agar ODHA lebih berdaya dan lebih percaya diri. Pemberdayaan juga dilakukan agar ODHA merasa diperhatikan dan tidak dendam dengan menularkan lagi,” jelas Sisca Sena.
Dalam kesempatan rakor itu juga ditekankan Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Buleleng, Ni Made Rousmini, penanganan HIV/AIDS di Buleleng memerlukan lebih banyak orang yang terlibat. Tak hanya pemerintah dan pemerhati saja, namun pihak desa dinas dan adat di Buleleng juga diharapkan ikut berperan serta menekan peredaran virus yang mematikan ini. “Kasus HIV/AIDS di Buleleng sudah di garis kuning atau dengan kata lain sudah mengkhawatirkan. Oleh karena itu, penanggulangan HIV/AIDS membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait. Utamanya mengajak tokoh-tokoh masyarakat baik itu di desa dinas maupun desa adat karena hal ini menyangkut perilaku masyarakat. Peran keluarga, lingkungan dan sekolah juga penting untuk mencegah HIV/AIDS di kalangan remaja,” jelasnya.
Pola ke depan untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS selain sosialisasi, kelompok kerja (Pokja) pada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang ada akan lebih dihidupkan kembali. Pokja-pokja ini yang ada di desa akan digenjot untuk bekerja lebih maksimal lagi. Anggaran di desa baik itu dari Alokasi Dana Desa (ADD) maupun Dana Desa (DD) juga diupayakan untuk disisihkan untuk mengkader pendamping-pendamping di desa. “Saya rasa itu bentuk pelibatan desa baik itu desa dinas maupun desa adat. Akan lebih efektif karena lebih dekat dengan masyarakat,” kata mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerha (BKD) itu.*k23
Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (PPPM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, Putu Indrawan, dalam rapat koordinasi penanggulangan HIV/AIDS di Unit IV Kantor Bupati Buleleng, Kamis (24/10/2019) kemarin mengatakan, meski jumlahnya terus bertambah tetapi rata-rata jumlah kasus baru yang ditemukan setiap bulannya sudah mengalami tren penurunan dari tahun sebelumnya.
Penyakit HIV/AIDS diakui belum dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat untuk dapat sembuh total. Penderita yang sudah teridentifikasi dini melalui tes VCT, akan disarankan untuk tetap mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) untuk memperpanjang hidup. “Sejauh ini ada 900 penderita yang ditanggung obat ARV ini. Target kita saat ini yang pengidap masih sembunyi-sembunyi mau membuka diri, yang menjadi prioritas bagaimana yang terbongkar kita selamatkan diobati jangan sampai meningal dan tidak menularkan mengakibatkan infeksi kasus baru,” jelas dia.
ARV gratis yang diberikan kepada penderita selain dapat diakses di RSUD Buleleng juga disediakan di satelit layanan di lima Puskesmas yang ada di Buleleng, yakni, Puskesmas Gerokgak II, Puskesmas Seririt I, Puskesmas Busungbiu I, Puskesmas Banjar I dan Puskesmas Tejakula I, untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada penderita. Menurut Indrawan dengan dibukanya satelit-satelit layanan itu diharapkan tak ada penderita yang tak ditindaklanjuti, karena alasan jarak rumah jauh dengan tempat layanan kesehatan.
Dalam penanganan HIV/AIDS di Buleleng juga dilaksanakan pendampingan kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), baik dari pemerintah dan juga melibatkan yayasan maupun pemerhati HIV/AIDS. Salah satu di antaranya adalah Wargas. Ketua Wargas Buleleng Sisca Sena, mengatakan puluhan relawan yang bernaung di bawah organisasinya, selama ini melakukan pendampingan kepada ODHA agar mereka tetap minum ARV. “Relawan pendamping ada juga yang disebut dengan PMO atau Pengawas Minum Obat. Semua ini dilakukan agar ODHA lebih berdaya dan lebih percaya diri. Pemberdayaan juga dilakukan agar ODHA merasa diperhatikan dan tidak dendam dengan menularkan lagi,” jelas Sisca Sena.
Dalam kesempatan rakor itu juga ditekankan Asisten Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Buleleng, Ni Made Rousmini, penanganan HIV/AIDS di Buleleng memerlukan lebih banyak orang yang terlibat. Tak hanya pemerintah dan pemerhati saja, namun pihak desa dinas dan adat di Buleleng juga diharapkan ikut berperan serta menekan peredaran virus yang mematikan ini. “Kasus HIV/AIDS di Buleleng sudah di garis kuning atau dengan kata lain sudah mengkhawatirkan. Oleh karena itu, penanggulangan HIV/AIDS membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait. Utamanya mengajak tokoh-tokoh masyarakat baik itu di desa dinas maupun desa adat karena hal ini menyangkut perilaku masyarakat. Peran keluarga, lingkungan dan sekolah juga penting untuk mencegah HIV/AIDS di kalangan remaja,” jelasnya.
Pola ke depan untuk pencegahan penyebaran HIV/AIDS selain sosialisasi, kelompok kerja (Pokja) pada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) yang ada akan lebih dihidupkan kembali. Pokja-pokja ini yang ada di desa akan digenjot untuk bekerja lebih maksimal lagi. Anggaran di desa baik itu dari Alokasi Dana Desa (ADD) maupun Dana Desa (DD) juga diupayakan untuk disisihkan untuk mengkader pendamping-pendamping di desa. “Saya rasa itu bentuk pelibatan desa baik itu desa dinas maupun desa adat. Akan lebih efektif karena lebih dekat dengan masyarakat,” kata mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerha (BKD) itu.*k23
Komentar