Epilepsi, Tukang Jam Tewas di Selokan
Bengkel jam panggilan, usai memperbaiki jam, I Komang Kastawan, 45, dari Lingkungan Pebukit, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, tewas terendam di selokan, di Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Kamis (24/10) pukul 19.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Jenazahnya baru dikubur di Setra Banjar Adat Pebukit, Desa Adat Karangasem, Sukar Pon Prangbakat, Jumat (25/10) pukul 18.00 Wita.
I Komang Kastawan selama ini memliki riwayat sakit epilepsi. Menurut penuturan istrinya Ni Wayan Rerod, sebelum berangkat ke Lingkungan Galiran untuk memperbaiki jam milik warga, pukul 17.00 Wita sempat bercengkrama dengan dua anaknya dan istrinya Ni Wayan Rerod.
Sesat kemudian I Komang Kastawan, bilang sama istrinya hendak ke Lingkungan Galiran, diminta memperbaiki jam. Padahal istrinya Ni Wayan Rerod berupaya mencegahnya, agar batal menemui warga di Lingkungan Galiran, alasannya tengah tidak enak badan, di samping selama ini menderita sakit epilepsi.
Ternyata korban I Komang Kastawan tetap berangkat, dengan menempuh perjalanan sejauh sekitar 500 meter, jalan kaki. Usai memperbaiki jam, selanjutnya untuk kembali ke rumahnya, ternyata sakit epilepsinya kumat, kemudian nyemplung ke selokan dalam posisi telungkup, sehingga hidungnya kemasukan air, menyebabkan sulit bernapas.
Kebetulan menantunya I Wayan Mantika Yasa melintas menemukan mertuanya I Komang Kastawan telungkup di selokan dalam kondisi telah kaku. Langsung I Wayan Mantika Yasa memberitahukan kepada orang tuanya I Wayan Sudarsana, perihal musibah itu.
Selanjutnya I Wayan Mantika Yasa bersama I Wayan Sudarsana memberitahukan ke istri korban Ni Wayan Rerod. Jasad korban kemudian dievakuasi dari Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan menuju rumah duka di Banjar Adat/Lingkungan Pebukit, Kelurahan/Kecamatan Karangasem.
Istri korban Ni Wayan Rerod, sangat terpukul atas kejadian itu. Kedua bola matanya berkaca-kaca menyapa setiap pelayat yang datang termasuk kepada NusaBali. "Saya sudah halangi, agar tidak pergi ke Lingkungan Galiran, lagi pula kondisinya kurang baik, dan memiliki riwayat sakit epilepsi," ucap Ni Wayan Rerod sambil memangku salah satu anaknya, dengan mata sembab.
Ni Wayan Rerod bilang, sehari sebelumnya tidak memiliki firasat apa-apa sebelum musibah menimpanya. "Hanya saja suami saya menyuruh merapikan pakaiannya, sesaat sebelum meninggal sempat bercanda dengan anak-anaknya dan dengan saya sendiri," kata Ni Wayan Rerod.
I Komang Kastawan sendiri meninggalkan seorang istri, 3 anak dan seorang cucu, selama ini pekerjaannya jadi buruh serabutan. Kelian Banjar Adat Pebukit I Komang Warsa mengatakan, penyakit almarhum sebenarnya sering kumat, tetapi tertolong. Kali ini saat penyakitnya kumat, terendam di air, tidak ada warga yang melihat. "Saya sendiri baru tahu setelah sore jelang menguburkan, dapat kabar salah satu warga saya ada yang meninggal," ucap I Komang Warsa yang mengoordinasikan upacara menguburkan jenazah. *k16
I Komang Kastawan selama ini memliki riwayat sakit epilepsi. Menurut penuturan istrinya Ni Wayan Rerod, sebelum berangkat ke Lingkungan Galiran untuk memperbaiki jam milik warga, pukul 17.00 Wita sempat bercengkrama dengan dua anaknya dan istrinya Ni Wayan Rerod.
Sesat kemudian I Komang Kastawan, bilang sama istrinya hendak ke Lingkungan Galiran, diminta memperbaiki jam. Padahal istrinya Ni Wayan Rerod berupaya mencegahnya, agar batal menemui warga di Lingkungan Galiran, alasannya tengah tidak enak badan, di samping selama ini menderita sakit epilepsi.
Ternyata korban I Komang Kastawan tetap berangkat, dengan menempuh perjalanan sejauh sekitar 500 meter, jalan kaki. Usai memperbaiki jam, selanjutnya untuk kembali ke rumahnya, ternyata sakit epilepsinya kumat, kemudian nyemplung ke selokan dalam posisi telungkup, sehingga hidungnya kemasukan air, menyebabkan sulit bernapas.
Kebetulan menantunya I Wayan Mantika Yasa melintas menemukan mertuanya I Komang Kastawan telungkup di selokan dalam kondisi telah kaku. Langsung I Wayan Mantika Yasa memberitahukan kepada orang tuanya I Wayan Sudarsana, perihal musibah itu.
Selanjutnya I Wayan Mantika Yasa bersama I Wayan Sudarsana memberitahukan ke istri korban Ni Wayan Rerod. Jasad korban kemudian dievakuasi dari Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan menuju rumah duka di Banjar Adat/Lingkungan Pebukit, Kelurahan/Kecamatan Karangasem.
Istri korban Ni Wayan Rerod, sangat terpukul atas kejadian itu. Kedua bola matanya berkaca-kaca menyapa setiap pelayat yang datang termasuk kepada NusaBali. "Saya sudah halangi, agar tidak pergi ke Lingkungan Galiran, lagi pula kondisinya kurang baik, dan memiliki riwayat sakit epilepsi," ucap Ni Wayan Rerod sambil memangku salah satu anaknya, dengan mata sembab.
Ni Wayan Rerod bilang, sehari sebelumnya tidak memiliki firasat apa-apa sebelum musibah menimpanya. "Hanya saja suami saya menyuruh merapikan pakaiannya, sesaat sebelum meninggal sempat bercanda dengan anak-anaknya dan dengan saya sendiri," kata Ni Wayan Rerod.
I Komang Kastawan sendiri meninggalkan seorang istri, 3 anak dan seorang cucu, selama ini pekerjaannya jadi buruh serabutan. Kelian Banjar Adat Pebukit I Komang Warsa mengatakan, penyakit almarhum sebenarnya sering kumat, tetapi tertolong. Kali ini saat penyakitnya kumat, terendam di air, tidak ada warga yang melihat. "Saya sendiri baru tahu setelah sore jelang menguburkan, dapat kabar salah satu warga saya ada yang meninggal," ucap I Komang Warsa yang mengoordinasikan upacara menguburkan jenazah. *k16
Komentar