Kreativitas Nak Bali, Ngerafting Anak-anak di Tukad Cau
Tukad Cau di wilayah Banjar Lebah, Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung, dimanfaatkan untuk wahana rafting oleh anak-anak dengan menggunakan sarana ban dalam bekas.
SEMARAPURA, NusaBali
Aktivitas rafting ini digagas oleh seorang warga setempat, I Made Puja Darsana,50, alias Mupu, sejak sebulan lalu. Pantauan NusaBali, Tukad Cau sendiri cukup aman bagi anak-anak untuk kegiatan rafting. Karena sungai ini dengan kedalaman 40 cm dan lebar 2,5 meter, dan tidak terlalu deras. Untuk wahana rafting hanya diambil rute sejauh 100 meter. Kendatipun dinilai aman, Mupu tetap mengawasi serta menuntun anak-anak. "Dari start sampai finish saya tetap ikuti anak-anak rafting dari belakang," ujar Mupu, Sabtu (26/10).
Mupu menceritakan ide menggarap rafting menggunakan ban bekas ini berawal dari kegemarannya bermain rafting menggunakan ban bekas sejak kecil. Setelah ditelusuri ternyata Tukad Cau memiliki potensi, namun hanya untuk anak-anak. Karena kedalaman sungainya hanya 40 cm atau selutut.
"Saya ajak beberapa anak-anak yang masih ada hubungan keluarga, termasuk ada cucu saya, untuk mencoba rafting dengan ban bekas," ujarnya.
Jelas Mupu, ternyata anak-anak sangat senang. Beberapa hari kemudian cepat menyebar sehingga anak-anak lainnya juga ingin mencoba. Bahkan ada anak-anak remaja yang notaben sudah SMP dan SMA/SMK. Masalahnya karena beban cukup berat maka mereka tidak bisa jalan mulus melewati rute rafting. Namun mereka tetap menikmati momen bermain di sungai. "Kalau anak-anak kecil baru mudah melewati rute rafting, jika sudah remaja agak berat," kata Mupu.
Selain itu untuk memperlancar perjalanan rafting, Mupu juga membersihkan bebatuan yang menghambat di Tukad Cau. Termasuk membersihkan rumput di areal garis finish agar lebih luas menjadi 4 meter. "Saya ada 10 ban bekas, awalnya ada 12 tapi 2 ban sudah kemps. Untuk saat ini anak-anak bisa secara gratis memanfaatkan ban tersebut. Saya berharap lewat aktivitas ini bisa memupuk kecintaan anak terhadap lingkungan," harapnya. Dia juga berharap kegiatan ini juga mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga ke depannya bisa menjadi obyek wisata. *wan
Mupu menceritakan ide menggarap rafting menggunakan ban bekas ini berawal dari kegemarannya bermain rafting menggunakan ban bekas sejak kecil. Setelah ditelusuri ternyata Tukad Cau memiliki potensi, namun hanya untuk anak-anak. Karena kedalaman sungainya hanya 40 cm atau selutut.
"Saya ajak beberapa anak-anak yang masih ada hubungan keluarga, termasuk ada cucu saya, untuk mencoba rafting dengan ban bekas," ujarnya.
Jelas Mupu, ternyata anak-anak sangat senang. Beberapa hari kemudian cepat menyebar sehingga anak-anak lainnya juga ingin mencoba. Bahkan ada anak-anak remaja yang notaben sudah SMP dan SMA/SMK. Masalahnya karena beban cukup berat maka mereka tidak bisa jalan mulus melewati rute rafting. Namun mereka tetap menikmati momen bermain di sungai. "Kalau anak-anak kecil baru mudah melewati rute rafting, jika sudah remaja agak berat," kata Mupu.
Selain itu untuk memperlancar perjalanan rafting, Mupu juga membersihkan bebatuan yang menghambat di Tukad Cau. Termasuk membersihkan rumput di areal garis finish agar lebih luas menjadi 4 meter. "Saya ada 10 ban bekas, awalnya ada 12 tapi 2 ban sudah kemps. Untuk saat ini anak-anak bisa secara gratis memanfaatkan ban tersebut. Saya berharap lewat aktivitas ini bisa memupuk kecintaan anak terhadap lingkungan," harapnya. Dia juga berharap kegiatan ini juga mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga ke depannya bisa menjadi obyek wisata. *wan
Komentar