TPA Suwung Diblokade Pecalang
Truk Pengangkut Sampah dari Badung dan Denpasar Terpaksa Balik Kandang
Pecalang Desa Adat Pesanggaran tuntut segera padamkan kebakaran di TPA Suwung, Komisi III DPRD Bali berupaya ikut cari solusi
DENPASAR, NusaBali
Pecalang Desa Adat Pesanggaran, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan blokade Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarbagita di kawasan Suwung, sejak Sabtu (26/10). Masalahnya, pemerintah dianggap lakukan pembiaran atas kebakaran di TPA Suwung yang terus tebar asap sampai saat ini.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Denpasar, I Ketut Wisada, mengatakan pecalang Desa Adat Pesanggaran sengaja menghadang truk-truk pengangkut sampah di pintu masuk TPA Suwung, agar tidak bisa lewat. “Pecalang ingin pemerintah lebih dulu tuntaskan masalah kebakaran di TPA Suwung, agar asap tidak mengganggu warga setempat,” ujar Ketut Wisada di Denpasar, Minggu (27/10).
Menurut Wisada, pemerintah dalam hal ini Dinas LHK Denpasar sebetulnya sudah berupaya maksimal untuk padaman kebakaran di TPA Suwung. Bahkan, pemadaman dilakukan sampai malam hari. Namun, karena tumpukan sampah yang mudah terbakar, ditambah medan yang cukup sulit, api belum bisa dipadamkan.
“Kami selama tiga hari ini terus berusaha agar api tidak merembet ke tumpukan sampah lainnya. Kami ingin agar api segera padam, sehingga tidak ada lagi kepulan asap. Tapi, karena berbagai kendala, pemadaman belum bisa tuntas,” papar Wisada.
Terkait penutupan TPA Suwung oleh pecalang, menurut Wisada, pihaknya bersama anggota Fraksi DPRD Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, sudah melakukan pendekatan dengan pecalang Desa Adat Pesanggaran. Namun, upaya pendekatan belum membuahkan hasil. Imbasnya, sampah-sampah yang seharusnya masuk ke TPA Suwung masih menumpuk, karena truk pengangkut tidak bisa lewat. Truk-truk yang sudah berisi sampah pun terpaksa dikembalikan ke markas, agar tidak menumpuk terlalu lama di pinggir jalan.
Sementara, truk-truk pengangkut sampah dari Kabupaten Badung juga terpaksa balik kandang ke pangkalan dengan muatan sampah masih di atas bak, karena tak bisa masuk TPA Suwung. Hal ini diakui Kepala Dinas LHK Badung, I Putu Eka Merthawan, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
“Kami perintahkan semua truk sampah kembali ke pangkalan, supaya tidak parkir di tepi jalan. Ada yang balik ke pangkalan di Seminyak (Kecamatan Kuta), ada pula ke pangkalan di Kuta, dan Mengwi (Kecamatan Mengwi),” ungkap Eka Merthawan.
Jika penutupan TPA Suwung masih berlangsung sampai Senin (28/10) ini, kata Eka Merthawan, proses pengangkutan sampah rumah tanggu yang rutin dilakukan setiap pagi bakal terganggu. “Bagaimana mau ambil sampah, truknya masih berisi sampah? Kalau dalam dua hari belum ada solusi, kami pastikan Badung bisa jadi darurat sampah,” kata Merthawan.
Merthawan mengatakan, setiap harinya produksi sampah di Badung mencapai 281 ton. Dari jumlah itu, 19,25 ton di antaranya bisa diolah dengan memanfaatkan TPST yang ada hampir di semua kecamatan. “Tapi, sisanya tetap mengandalkan TPA Suwung,” terang mantan Kabag Humas Setda Badung ini.
Pengangkutan sampah dari Badung ke TPA Suwung menggunakan truk milik Dinas LHK dan bantuan pihak swasta. Jumlah truk milik Dinas LHK Badung mencapai 75 unit, sementara milik swasta sebanyak 25 unit. Selutuh 100 truk sampah ini beroperasi setiap hari.
Untuk jangka panjang, kata Merthawan, Pemkab Badung sudah menyiapkan program membangun TPA mandiri di tiap desa/kelurahan. Dengan begitu, desa/kelurahan di Badung bisa mengolah langsung sampahnya tanpa harus membuangnya ke TPA Suwung. “Bapak Bupati sudah mencanangkan tahun 2021 Badung harus mandiri dalam pengolahan sampah. Tapi, ini ngomong nanti. Kalau sekarang, kami be-lum ada opsi. Jadi, masih nitip sampah di TPA Suwung,” tandas Merthawan.
Sementara itu, penutupan TPA Suwung oleh pecalang Desa Adat Pesanggaran mendapat respons dari DPRD Bali. Ketua Komisi III DPRD Bali (yang membidangi masalah lingkungan), I Kadek Diana, mengatakan masyarakat dan pihak Desa Adat Pesanggaran sudah jenuh, karena tidak kunjung ada penyelesaian masalah sampah di Suwung.
Menurut Kadek Diana, masalah ini baru diketahui ketika dirinya selaku Ketua Komisi III DPRD Bali diundang hadir dalam acara diskusi publik terkait masalah energi terbarukan di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur bali, Niti Mandala Denpasar, Jumat (25/10) lalu. "Jadi, ini harus ada solusi dan penyelesaian secepatnya," ujar Kadek Diana, Minggu kemarin.
Diana mengatakan, masyarakat selama ini terkesan menerima janji-janji saja. "Memang ada rencana dari pusat akan mengatasi. Hanya saja, masalah sampah tidak kunjung selesai. Sampah menumpuk, bau menyengat, masyarakat pun stres hadapi kondisi ini," tandas politisi senior PDIP asal Banjar Kebalian, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Menurut Diana, nanti DPRD Bali akan duduk bersama dengan mas-yarakat dan pemerintah, yang sebelumnya berjanji akan menyelesaikan persoalan TPA Suwung. "Mungkin setelah reses DPRD Bali selesai, kita akan bergerak dan komunikasi dengan eksekutif. Maka, semua elemen dan stakeholder harus hadir. Harus selesai ini," katanya.
Sedangkan Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, mengatakan akan mengecek dulu duduk persoalan kenapa pecalang sampai blokir TPA Suwung. "Saya akan cek besok (hari ini) kondisinya. Kan TPA Suwung selama ini memang dikeluhkan, karena masalah sampai tidak ada solusi," ujar Adi Wiryatama, Minggu kemarin. *mis,asa,nat
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Denpasar, I Ketut Wisada, mengatakan pecalang Desa Adat Pesanggaran sengaja menghadang truk-truk pengangkut sampah di pintu masuk TPA Suwung, agar tidak bisa lewat. “Pecalang ingin pemerintah lebih dulu tuntaskan masalah kebakaran di TPA Suwung, agar asap tidak mengganggu warga setempat,” ujar Ketut Wisada di Denpasar, Minggu (27/10).
Menurut Wisada, pemerintah dalam hal ini Dinas LHK Denpasar sebetulnya sudah berupaya maksimal untuk padaman kebakaran di TPA Suwung. Bahkan, pemadaman dilakukan sampai malam hari. Namun, karena tumpukan sampah yang mudah terbakar, ditambah medan yang cukup sulit, api belum bisa dipadamkan.
“Kami selama tiga hari ini terus berusaha agar api tidak merembet ke tumpukan sampah lainnya. Kami ingin agar api segera padam, sehingga tidak ada lagi kepulan asap. Tapi, karena berbagai kendala, pemadaman belum bisa tuntas,” papar Wisada.
Terkait penutupan TPA Suwung oleh pecalang, menurut Wisada, pihaknya bersama anggota Fraksi DPRD Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, sudah melakukan pendekatan dengan pecalang Desa Adat Pesanggaran. Namun, upaya pendekatan belum membuahkan hasil. Imbasnya, sampah-sampah yang seharusnya masuk ke TPA Suwung masih menumpuk, karena truk pengangkut tidak bisa lewat. Truk-truk yang sudah berisi sampah pun terpaksa dikembalikan ke markas, agar tidak menumpuk terlalu lama di pinggir jalan.
Sementara, truk-truk pengangkut sampah dari Kabupaten Badung juga terpaksa balik kandang ke pangkalan dengan muatan sampah masih di atas bak, karena tak bisa masuk TPA Suwung. Hal ini diakui Kepala Dinas LHK Badung, I Putu Eka Merthawan, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin.
“Kami perintahkan semua truk sampah kembali ke pangkalan, supaya tidak parkir di tepi jalan. Ada yang balik ke pangkalan di Seminyak (Kecamatan Kuta), ada pula ke pangkalan di Kuta, dan Mengwi (Kecamatan Mengwi),” ungkap Eka Merthawan.
Jika penutupan TPA Suwung masih berlangsung sampai Senin (28/10) ini, kata Eka Merthawan, proses pengangkutan sampah rumah tanggu yang rutin dilakukan setiap pagi bakal terganggu. “Bagaimana mau ambil sampah, truknya masih berisi sampah? Kalau dalam dua hari belum ada solusi, kami pastikan Badung bisa jadi darurat sampah,” kata Merthawan.
Merthawan mengatakan, setiap harinya produksi sampah di Badung mencapai 281 ton. Dari jumlah itu, 19,25 ton di antaranya bisa diolah dengan memanfaatkan TPST yang ada hampir di semua kecamatan. “Tapi, sisanya tetap mengandalkan TPA Suwung,” terang mantan Kabag Humas Setda Badung ini.
Pengangkutan sampah dari Badung ke TPA Suwung menggunakan truk milik Dinas LHK dan bantuan pihak swasta. Jumlah truk milik Dinas LHK Badung mencapai 75 unit, sementara milik swasta sebanyak 25 unit. Selutuh 100 truk sampah ini beroperasi setiap hari.
Untuk jangka panjang, kata Merthawan, Pemkab Badung sudah menyiapkan program membangun TPA mandiri di tiap desa/kelurahan. Dengan begitu, desa/kelurahan di Badung bisa mengolah langsung sampahnya tanpa harus membuangnya ke TPA Suwung. “Bapak Bupati sudah mencanangkan tahun 2021 Badung harus mandiri dalam pengolahan sampah. Tapi, ini ngomong nanti. Kalau sekarang, kami be-lum ada opsi. Jadi, masih nitip sampah di TPA Suwung,” tandas Merthawan.
Sementara itu, penutupan TPA Suwung oleh pecalang Desa Adat Pesanggaran mendapat respons dari DPRD Bali. Ketua Komisi III DPRD Bali (yang membidangi masalah lingkungan), I Kadek Diana, mengatakan masyarakat dan pihak Desa Adat Pesanggaran sudah jenuh, karena tidak kunjung ada penyelesaian masalah sampah di Suwung.
Menurut Kadek Diana, masalah ini baru diketahui ketika dirinya selaku Ketua Komisi III DPRD Bali diundang hadir dalam acara diskusi publik terkait masalah energi terbarukan di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur bali, Niti Mandala Denpasar, Jumat (25/10) lalu. "Jadi, ini harus ada solusi dan penyelesaian secepatnya," ujar Kadek Diana, Minggu kemarin.
Diana mengatakan, masyarakat selama ini terkesan menerima janji-janji saja. "Memang ada rencana dari pusat akan mengatasi. Hanya saja, masalah sampah tidak kunjung selesai. Sampah menumpuk, bau menyengat, masyarakat pun stres hadapi kondisi ini," tandas politisi senior PDIP asal Banjar Kebalian, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Menurut Diana, nanti DPRD Bali akan duduk bersama dengan mas-yarakat dan pemerintah, yang sebelumnya berjanji akan menyelesaikan persoalan TPA Suwung. "Mungkin setelah reses DPRD Bali selesai, kita akan bergerak dan komunikasi dengan eksekutif. Maka, semua elemen dan stakeholder harus hadir. Harus selesai ini," katanya.
Sedangkan Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, mengatakan akan mengecek dulu duduk persoalan kenapa pecalang sampai blokir TPA Suwung. "Saya akan cek besok (hari ini) kondisinya. Kan TPA Suwung selama ini memang dikeluhkan, karena masalah sampai tidak ada solusi," ujar Adi Wiryatama, Minggu kemarin. *mis,asa,nat
1
Komentar