Pembunuhnya Ternyata Suami Sendiri
Motif pembunuhan wanita dengan pisau tertancap di perut karena tidak dihargai
JEMBER, NusaBali
Kematian Fani (26) yang ditemukan dengan kondisi pisau menancap di perut terungkap. Atas beberapa kejanggalan yang ada, polisi mengungkap bahwa korban dibunuh suaminya sendiri, Rendi (32).
"Pembunuhan dilakukan tersangka karena merasa tidak dihargai. Selain itu juga ada persoalan ekonomi," kata Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal, Senin (28/10).
Namun menurut Alfian, tersangka tidak menjelaskan secara detail ketika ditanya tidak dihargai seperti apa. Tersangka hanya mengaku harga dirinya sebagai suami sering diabaikan sang istri.
Fani dihabisi saat tengah tidur di kamar rumahnya, di perumahan karyawan Afdeling Dampar PTPN XII, Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari, Jember. Rendi kemudian berupaya membuat kematian Fani seolah-olah akibat aksi bunuh diri.
Namun upaya itu tidak berhasil. Pembunuhan terungkap dari kecurigaan polisi terhadap kondisi tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan Rendi sendiri.
"Setelah penemuan mayat korban itu, kita langsung melakukan penyelidikan secara maraton. Dari situ kita temukan sejumlah kejanggalan. Kemudian kita simpulkan pelakunya adalah R (Rendi, red) suami dari korban ini," kata Alfian Nurrizal, seperti dilansir detik, Senin (28/10).
Menurut Alfian, sedari awal keterangan suami korban tidak sinkron ketika polisi melakukan kroscek. Saat istrinya ditemukan tewas, Rendi mengaku keluar rumah untuk mengirim paket sekaligus membelikan obat untuk istrinya.
"Namun setelah kita telusuri, pengiriman paket seperti yang diungkapkan tersangka ternyata tidak ada. Kemudian kita juga lakukan pengecekan ke apotek, juga tidak ada," jelas Alfian.
Kejanggalan lain, lanjut Alfian, adalah boneka Teddy Bear yang berada di atas perut korban. Analisa polisi, sangat tidak mungkin orang melakukan bunuh diri dan kondisinya sekarat, masih berpikir untuk menutupi dengan boneka sebesar itu.
Menurut Alfian, sebelum melakukan pembunuhan, tersangka yang bekerja sebagai petugas keamanan di perkebunan itu pamit pulang lebih dulu sekitar pukul 03.00 WIB. Setibanya di rumah, korban dan tersangka sempat membahas persoalan rumah tangga.
Setelah korban tidur, tersangka mengambil pisau penghabisan di atas lemari. Tersangka menghunjamkan pisau itu ke perut korban sebanyak satu kali.
"Supaya tidak berteriak, tersangka menutup korban dengan bantal di bagian wajahnya," katanya. Aksi pembunuhan dilakukan sekitar pukul 04.30 WIB. Usai melakukan aksinya, tersangka kemudian menutup perut korban yang tertusuk pisau dengan boneka Teddy Bear warna biru.
Agar muncul kesan korban bunuh diri, tersangka juga mengirim pesan WA kepada Renda (adik tersangka) yang berisi permintaan maaf. Pesan WA dikirim tersangka melalui HP korban.
Setelah kejadian itu, tersangka keluar dan mengunci pintu. Kunci pintu rumah itu oleh tersangka dilekatkan ke kunci motor yang ada di luar rumah.
"Mau membuat alibi seolah-olah tersangka saat kejadian tidak ada di rumah," kata Alfian. Setelah meninggalkan rumah, tersangka menghubungi kakak iparnya, Suhartati dan adiknya Renda untuk mendatangi korban. Saat itu tersangka beralasan hendak menanyakan jenis obat yang akan dibeli. Karena menurut versi tersangka, korban ditelepon nggak diangkat dan pesan WA juga tak dibalas.
"Kemudian kedua saksi yakni Suhartati dan Renda ini mendatangi rumah korban. Saat itulah korban ini ditemukan meninggal dengan kondisi perut tertancap pisau," pungkasnya. *
"Pembunuhan dilakukan tersangka karena merasa tidak dihargai. Selain itu juga ada persoalan ekonomi," kata Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal, Senin (28/10).
Namun menurut Alfian, tersangka tidak menjelaskan secara detail ketika ditanya tidak dihargai seperti apa. Tersangka hanya mengaku harga dirinya sebagai suami sering diabaikan sang istri.
Fani dihabisi saat tengah tidur di kamar rumahnya, di perumahan karyawan Afdeling Dampar PTPN XII, Desa Kawangrejo, Kecamatan Mumbulsari, Jember. Rendi kemudian berupaya membuat kematian Fani seolah-olah akibat aksi bunuh diri.
Namun upaya itu tidak berhasil. Pembunuhan terungkap dari kecurigaan polisi terhadap kondisi tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan Rendi sendiri.
"Setelah penemuan mayat korban itu, kita langsung melakukan penyelidikan secara maraton. Dari situ kita temukan sejumlah kejanggalan. Kemudian kita simpulkan pelakunya adalah R (Rendi, red) suami dari korban ini," kata Alfian Nurrizal, seperti dilansir detik, Senin (28/10).
Menurut Alfian, sedari awal keterangan suami korban tidak sinkron ketika polisi melakukan kroscek. Saat istrinya ditemukan tewas, Rendi mengaku keluar rumah untuk mengirim paket sekaligus membelikan obat untuk istrinya.
"Namun setelah kita telusuri, pengiriman paket seperti yang diungkapkan tersangka ternyata tidak ada. Kemudian kita juga lakukan pengecekan ke apotek, juga tidak ada," jelas Alfian.
Kejanggalan lain, lanjut Alfian, adalah boneka Teddy Bear yang berada di atas perut korban. Analisa polisi, sangat tidak mungkin orang melakukan bunuh diri dan kondisinya sekarat, masih berpikir untuk menutupi dengan boneka sebesar itu.
Menurut Alfian, sebelum melakukan pembunuhan, tersangka yang bekerja sebagai petugas keamanan di perkebunan itu pamit pulang lebih dulu sekitar pukul 03.00 WIB. Setibanya di rumah, korban dan tersangka sempat membahas persoalan rumah tangga.
Setelah korban tidur, tersangka mengambil pisau penghabisan di atas lemari. Tersangka menghunjamkan pisau itu ke perut korban sebanyak satu kali.
"Supaya tidak berteriak, tersangka menutup korban dengan bantal di bagian wajahnya," katanya. Aksi pembunuhan dilakukan sekitar pukul 04.30 WIB. Usai melakukan aksinya, tersangka kemudian menutup perut korban yang tertusuk pisau dengan boneka Teddy Bear warna biru.
Agar muncul kesan korban bunuh diri, tersangka juga mengirim pesan WA kepada Renda (adik tersangka) yang berisi permintaan maaf. Pesan WA dikirim tersangka melalui HP korban.
Setelah kejadian itu, tersangka keluar dan mengunci pintu. Kunci pintu rumah itu oleh tersangka dilekatkan ke kunci motor yang ada di luar rumah.
"Mau membuat alibi seolah-olah tersangka saat kejadian tidak ada di rumah," kata Alfian. Setelah meninggalkan rumah, tersangka menghubungi kakak iparnya, Suhartati dan adiknya Renda untuk mendatangi korban. Saat itu tersangka beralasan hendak menanyakan jenis obat yang akan dibeli. Karena menurut versi tersangka, korban ditelepon nggak diangkat dan pesan WA juga tak dibalas.
"Kemudian kedua saksi yakni Suhartati dan Renda ini mendatangi rumah korban. Saat itulah korban ini ditemukan meninggal dengan kondisi perut tertancap pisau," pungkasnya. *
1
Komentar