Ekonomi Lesu, SHU Koperasi Turun 25 Persen
Lesunya ekonomi disertai menurunkan daya beli masyarakat berpengaruh terhadap SHU (sisa hasil usaha) koperasi di Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
SHU turun hingga 25 persen. Ada koperasi SHU-nya hingga Rp 6 juta, sebelumnya mencapai Rp 12 juta. Dari 318 koperasi, sebanyak 277 wajib menyelenggarakan RAT, 37 koperasi tidak aktif, 6 koperasi baru, dan 24 koperasi yang telah dibubarkan
Ketua Dekopinda (Dewan Koperasi Indonesia Daerah) Karangasem, I Gede Ngurah Indrayana mengakui tiap tahun SHU cenderung menurun. Mesin penyosoh gabah yang dimiliki jumlahnya terus berkurang, aktivitasnya menurun, jenis usahanya juga semakin lesu, terutama waserda dan toko menjual bahan bangunan dimiliki, mulai ditinggalkan pelanggannya. Lesunya pendapatan koperasi belakangan ini, disebabkan menjamurnya mini market berjaringan, bertambahnya toko menjual bahan bangunan milik warga masyarakat, masih beroperasinya mesin penyosoh gabah ilegal keliling ke desa-desa, belum ada penertiban dari pihak pemerintah.
Itu yang menyebabkan pendapatan menurun, akibatnya minimnya koperasi di tahun 2019 menggelar RAT (rapat anggota tahunan). Tercatat yang wajib RAT sebanyak 277 koperasi, hingga jelang akhir Maret 2019 baru mencapai RAT sebanyak 130 koperasi. Sehingga capaiannya di bawah 50 persen tepatnya 46,93 persen. RAT tahun 2019 hasil dari kinerja koperasi tahun 2018. Mulanya ada 318 koperasi, sebanyak 277 wajib menyelenggarakan RAT, 37 koperasi tidak aktif, 6 koperasi baru, dan 24 koperasi yang telah dibubarkan karena tidak lagi memenuhi syarat sesuai UU No 25 tahun 1992. “Saya sudah optimal melakukan pembinaan, tetapi situasi ekonomi yang lesu begini, mempengaruhi pendapatan koperasi cenderung menurun,” kata Indrayana, Senin (28/10).
Awalnya, koperasi jadi kebanggaan masyarakat di desa, sempat koperasi tumbuh dan terus berkembang. Koperasi yang masih eksis dan stabil pendapatannya adalah koperasi milik karyawan di kantor-kantor pemerintah dan swasta. Sedangkan koperasi milik masyarakat umum, pendapatannya mulai menurun. Terpisah, Ketua KUD Rendang, Kecamatan Rendang I Gede Kertiyasa mengakui pendapatan KUD menurun, berdampak SHU juga turun hingga 25 persen. *k16
Ketua Dekopinda (Dewan Koperasi Indonesia Daerah) Karangasem, I Gede Ngurah Indrayana mengakui tiap tahun SHU cenderung menurun. Mesin penyosoh gabah yang dimiliki jumlahnya terus berkurang, aktivitasnya menurun, jenis usahanya juga semakin lesu, terutama waserda dan toko menjual bahan bangunan dimiliki, mulai ditinggalkan pelanggannya. Lesunya pendapatan koperasi belakangan ini, disebabkan menjamurnya mini market berjaringan, bertambahnya toko menjual bahan bangunan milik warga masyarakat, masih beroperasinya mesin penyosoh gabah ilegal keliling ke desa-desa, belum ada penertiban dari pihak pemerintah.
Itu yang menyebabkan pendapatan menurun, akibatnya minimnya koperasi di tahun 2019 menggelar RAT (rapat anggota tahunan). Tercatat yang wajib RAT sebanyak 277 koperasi, hingga jelang akhir Maret 2019 baru mencapai RAT sebanyak 130 koperasi. Sehingga capaiannya di bawah 50 persen tepatnya 46,93 persen. RAT tahun 2019 hasil dari kinerja koperasi tahun 2018. Mulanya ada 318 koperasi, sebanyak 277 wajib menyelenggarakan RAT, 37 koperasi tidak aktif, 6 koperasi baru, dan 24 koperasi yang telah dibubarkan karena tidak lagi memenuhi syarat sesuai UU No 25 tahun 1992. “Saya sudah optimal melakukan pembinaan, tetapi situasi ekonomi yang lesu begini, mempengaruhi pendapatan koperasi cenderung menurun,” kata Indrayana, Senin (28/10).
Awalnya, koperasi jadi kebanggaan masyarakat di desa, sempat koperasi tumbuh dan terus berkembang. Koperasi yang masih eksis dan stabil pendapatannya adalah koperasi milik karyawan di kantor-kantor pemerintah dan swasta. Sedangkan koperasi milik masyarakat umum, pendapatannya mulai menurun. Terpisah, Ketua KUD Rendang, Kecamatan Rendang I Gede Kertiyasa mengakui pendapatan KUD menurun, berdampak SHU juga turun hingga 25 persen. *k16
Komentar