Aksi Tolak Reklamasi Berlanjut ke Sanur
Aksi yang diikuti ribuan massa ini diisi dengan ritual Larung Jati Koin ke laut, sebagai simbol pengambilalihan kembali laut oleh masyarakat Bali dari investor.
DENPASAR, NusaBali
Gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh desa pakraman/adat di Bali terus berlanjut. Kali ini, giliran 3 desa adat di kawasan Sanur yang dengan tegas menolak reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektare tersebut, Minggu (17/7). Sikap ini dilakukan seusai melakukan paruman (rapat) adat oleh tiga desa adat, yakni Desa Adat Pakraman Intaran, Desa Adat Sanur, dan Desa Adat Penyaringan.
Dari pantauan NusaBali, ribu orang berkumpul memadati jalan datang dari arah Jalan Danau Buyan menuju Pantai Segara Ayu, Sanur sebagai tempat akhir aksi damai tolak reklamasi. Sebelum sampai di Pantai Segara Ayu, massa berhenti di perempatan Sanur (catus pata Sanur) hingga sempat membuat macet jalan utama Bypass Ngurah Rai, Sanur.
Di Catus Pata itulah ketiga bendesa adat ini secara bergiliran menyatakan penolakannya terhadap reklamasi. Bendesa Adat Intaran, AA Kompyang Raka, misalnya, dia menyatakan warganya menolak reklamasi Teluk Benoa karena dampaknya bukan hanya di kawasan yang direklamasi, namun keterancaman wilayah pesisir Pantai Segara Ayu yang dimiliki Desa Adat Intaran juga semakin tergerus oleh abrasi.
"Kami nyatakan penolakan hari ini, karena bisa dilihat pantai kami (Segara Ayu) ini sudah tergerus oleh abrasi akibat reklamasi Serangan yang sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Segara Ayu ini merupakan tempat utama warga kami melakukan upacara keagamaan yakni melasti. Jika terjadi abrasi lagi karena reklamasi Teluk Benoa kami mau melasti dimana lagi," ujar Raka Kompyang di tengah-tengah massa.
Sementara itu, Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali), I Wayan 'Gendo' Suardana yang kemarin, juga hadir menyatakan, pihaknya tidak akan pernah mundur hingga presiden mencabut Perpres No 51 tahun 2014. Bahkan dalam orasinya ia mengancam ForBali tidak akan bertanggungjawab jika terjadi tindakan-tindakan rakyat selanjutnya terkait sikap pemerintah terutama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti yang tidak serius mengkaji persoalan reklamasi ini.
"Kami sudah berangkat ke Jakarta untuk menemui Menteri Susi, di sana kami ingin kepastian terkait investor yang sedang mengajukan perpanjangan izin lokasi. Sayangnya Ibu Menteri saat itu sedang ke Eropa dan kami hanya diterima oleh Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Bapak Bramantyo, dan itupun tidak ada kejelasannya sikap dari menteri," ujar pria yang getol menolak reklamasi dari awal ini.
Aksi tolak reklamasi yang diikuti ribuan orang dari tiga adat tersebut ditambah massa dari 35 desa lainnya yang juga turut tolak reklamasi, diisi dengan ritual Larung Jati Koin ke laut. Larungan pejati yang berisi uang koin sukarela dari masyarakat tolak reklamasi ini sebagai simbol pengambilalihan kembali laut oleh masyarakat Bali dari investor. Tak hanya itu, gerakan tolak reklamasi ini tampak meriah dengan penampilan sejumlah band yang selama ini getol menyuarakan tolak reklamasi, yakni, Suicidal Sinatra, Joni Agung, Navicula hingga diakhiri penampilan Superman Is Dead (SID).
Dalam pengamanan aksi tersebut, ratusan aparat kepolisian dari Polda Bali dan Polresta Denpasar yang dibantu anggota TNI tampak sibuk mengatur arus lalu lintas di sepanjang Jalan I Gusti Ngurah Rai, Sanur, Denpasar agar tidak menimbulkan kemacetan panjang. 7 cr63
Gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh desa pakraman/adat di Bali terus berlanjut. Kali ini, giliran 3 desa adat di kawasan Sanur yang dengan tegas menolak reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektare tersebut, Minggu (17/7). Sikap ini dilakukan seusai melakukan paruman (rapat) adat oleh tiga desa adat, yakni Desa Adat Pakraman Intaran, Desa Adat Sanur, dan Desa Adat Penyaringan.
Dari pantauan NusaBali, ribu orang berkumpul memadati jalan datang dari arah Jalan Danau Buyan menuju Pantai Segara Ayu, Sanur sebagai tempat akhir aksi damai tolak reklamasi. Sebelum sampai di Pantai Segara Ayu, massa berhenti di perempatan Sanur (catus pata Sanur) hingga sempat membuat macet jalan utama Bypass Ngurah Rai, Sanur.
Di Catus Pata itulah ketiga bendesa adat ini secara bergiliran menyatakan penolakannya terhadap reklamasi. Bendesa Adat Intaran, AA Kompyang Raka, misalnya, dia menyatakan warganya menolak reklamasi Teluk Benoa karena dampaknya bukan hanya di kawasan yang direklamasi, namun keterancaman wilayah pesisir Pantai Segara Ayu yang dimiliki Desa Adat Intaran juga semakin tergerus oleh abrasi.
"Kami nyatakan penolakan hari ini, karena bisa dilihat pantai kami (Segara Ayu) ini sudah tergerus oleh abrasi akibat reklamasi Serangan yang sampai sekarang tidak ada kelanjutannya. Segara Ayu ini merupakan tempat utama warga kami melakukan upacara keagamaan yakni melasti. Jika terjadi abrasi lagi karena reklamasi Teluk Benoa kami mau melasti dimana lagi," ujar Raka Kompyang di tengah-tengah massa.
Sementara itu, Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali), I Wayan 'Gendo' Suardana yang kemarin, juga hadir menyatakan, pihaknya tidak akan pernah mundur hingga presiden mencabut Perpres No 51 tahun 2014. Bahkan dalam orasinya ia mengancam ForBali tidak akan bertanggungjawab jika terjadi tindakan-tindakan rakyat selanjutnya terkait sikap pemerintah terutama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti yang tidak serius mengkaji persoalan reklamasi ini.
"Kami sudah berangkat ke Jakarta untuk menemui Menteri Susi, di sana kami ingin kepastian terkait investor yang sedang mengajukan perpanjangan izin lokasi. Sayangnya Ibu Menteri saat itu sedang ke Eropa dan kami hanya diterima oleh Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Bapak Bramantyo, dan itupun tidak ada kejelasannya sikap dari menteri," ujar pria yang getol menolak reklamasi dari awal ini.
Aksi tolak reklamasi yang diikuti ribuan orang dari tiga adat tersebut ditambah massa dari 35 desa lainnya yang juga turut tolak reklamasi, diisi dengan ritual Larung Jati Koin ke laut. Larungan pejati yang berisi uang koin sukarela dari masyarakat tolak reklamasi ini sebagai simbol pengambilalihan kembali laut oleh masyarakat Bali dari investor. Tak hanya itu, gerakan tolak reklamasi ini tampak meriah dengan penampilan sejumlah band yang selama ini getol menyuarakan tolak reklamasi, yakni, Suicidal Sinatra, Joni Agung, Navicula hingga diakhiri penampilan Superman Is Dead (SID).
Dalam pengamanan aksi tersebut, ratusan aparat kepolisian dari Polda Bali dan Polresta Denpasar yang dibantu anggota TNI tampak sibuk mengatur arus lalu lintas di sepanjang Jalan I Gusti Ngurah Rai, Sanur, Denpasar agar tidak menimbulkan kemacetan panjang. 7 cr63
1
Komentar