Eh, Ada Joker di Festival Bali Jani 2019
Joker menjadi tokoh penyampai kritik dalam lakon kontemporer Ramayana.
DENPASAR, NusaBali.com
Semua orang pasti sudah akrab dengan lakon Ramayana. Kisah perjalanan Sri Rama bersama adiknya, Laksmana demi membebaskan istrinya yaitu Dewi Sita dari penculikan Rahwana sang Raja Alengka Pura merupakan salah satu kisah dalam mitologi Hindu yang tak lekang dimakan jaman.
Namun apa jadinya jika kisah ini dituturkan dari sisi yang berbeda, bahwa selama ini Rahwana memiliki tujuan yang benar? Lalu bagaimana dengan penutur kisah ini, akankah kisah dengan logika ‘terbalik’ ini dituturkan oleh Narada, sang musisi pengelana dan pembawa cerita nan bijak?
Inilah konsep yang ditampilkan oleh Sanggar Teater Agustus yang pada Kamis (31/10/2019) menampilkan drama ‘Rahu’ yang menampilkan Rahwana sebagai tokoh protagonis dalam lakon Ramayana ini. Dikisahkan, Rahwana yang menculik Dewi Sita ternyata memiliki tujuan mulia, yakni untuk menyelamatkan Dewi Sita dari Sri Rama yang dalam teater ini digambarkan sebagai tokoh yang egois.
Kisah yang terinspirasi dari buku ‘Rahuwana Tattwa’ karya Agus Sunyoto tahun 2006 ini mengedepankan tokoh Rahwana sebagai tokoh yang gagah berani mempertahankan negerinya dari penjajah berkulit putih.Maka dari itu, dalam kisah ini, Rahwana digambarkan sebagai tokoh yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Adapun julukannya sebagai Dasamuka merupakan representasi dari sepuluh cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, yakni seni, kedokteran, astronomi, arsitektur, ilmu perang, tata kota, hingga ilmu negarawan.
Persepsi yang berbeda inilah yang menjadi poin utama unsur modernisasi dalam teater yang ditampilkan di Gedung Ksirarnawa, Art Centre Denpasar ini. “Lagu dan kisah yang diangkat memang klasik, tapi ini tafsirannya yang baru. Kalau kisah Ramayana yang umum, Rama itu dipuja-puja, sementara Rahwana itu raksasa musuh. Di sini, kita menempatkan Rahwana menjadi protagonis, dan Rama menjadi antagonis,” ujar Gus Martin, founder Sanggar Teater Agustus.
Selain itu, letak modernisasi pada teater kontemporer ini yaitu menyelipkan tokoh yang tak terduga sebagai penutur kisah. Kalau kisah-kisah dalam mitologi Hindu didendangkan oleh sang Narada, maka dalam semesta ‘Rahu’ yang terbalik ini, memang paling pas jika dituturkan oleh tokoh jahat dalam budaya pop modern yang tersakiti, siapa lagi kalau bukan Joker, musuh dari superhero Batman, yang filmnya sedang naik daun baru-baru ini.
“Joker memang sedang trend, dan kita memasukkan hal-hal baru ke dalam naskah yang oleh orang lain tak terpikirkan. Dan melalui Joker, saya sebagai penulis naskah melakukan kritik terhadap apa yang dilakukan oleh Rama dan pasukannya. Hanya Joker yang bisa,” tuntas Gus Martin.*yl
Komentar