18 Desa Terima Program Pamsimas
Sebanyak 18 desa di Kabupaten Bangli tersentuh Program Penyedian Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di tahun 2019.
BANGLI, NusaBali
Sebagian besar Pamsimas dirasakan masyarakat di Kecamatan Kintamani. Dari 18 program, ada yang masih proses pengerjaan, ada pula yang sudah tuntas. Pada tahun 2020 nanti, Pemkab Bangli mengajukan 5 desa penerima Pamsimas.
Koordinator Pamsimas Kabupaten Bangli, Made Sudiarta berharap dengan adanya pamsimas, masyarakat terlayani air minum dan sanitasi. Adapun desa di Kecamatan Kintamani yang dapat Pamsimas di tahun 2019 yakni Desa Blandingan, Desa Buahan, Desa Trunyan, Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Banua, Desa Dausa, Desa Bantang, Desa Batur Utara, Desa Abang Batu Dinding, Desa Buahan, Desa Blanga, Desa Catur Bayung Gede, dan Desa Sekardadi. Untuk Kecamatan Tembuku yakni Desa Jehem, Kecamatan Susut yakni Desa Apuan, dan Kecamatan Bangli yakni Desa Landih.
Sebelum menerima program, ada survey ke desa untuk melihat kelayakan dan sumber mata air. “Proses awal permohonan dari desa, ditindaklanjuti dengan surveir,” ungkap Made Sudiarta. Partisipasai masyarakat juga diharapkan untuk program ini. Sebesar 70 persen pembiayaan dari APBN/APBD, 10 persen dari APBDes, dan 20 persen bersumber dari swadaya masyarakat. Dari masyarakat berupa kontribusi yakni uang tunai sebesar 4 persen dari pembiayaan dan 16 persen berupa bantuan tenaga kerja (in-kind) bisa juga dalam bentuk barang.
Sementara untuk pengelolaan air bisa dilakukan lewat BUMDes. Sejumlah desa sudah mengelola Pamsimas lewat BUMDes seperti di Desa Daup. Disinggung terkait Pamsimas di Desa Sekaan, Kintamani yang tidak jalan, awalnya desa tersebut mendapat bantuan sumur bor dari Pemerintah Provinsi Bali. Sementara mengacu usulan desa, lewat program Pamsimas dibangun bak penampungan. “Awalnya saat dilakukan uji fungsi air keluar secara normal, namun 6 bulan kemudian debit air dari sumur bor mengecil dan akhirnya air tidak lagi mengalir dengan bagus dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Dikatakan, pihak desa kini sedang melakukan pencarian sumber air dengan cara melakukan pengeboran. Diharapkan sumber air yang baru ini bisa naik dan mengcover kebutuhan masyarakat. Made Sudiarta menambahkan, Pamsimas digulirkan tahun 2016 dan pelaksanaan dimulai tahun 2017 hingga tahun 2019. Program pemerintah pusat ini sudah menyasar 48 desa di Bangli. Untuk anggaran kegiatan tergantung usulan dari masyarakat dan maksimal anggaran Rp 245 juta. “Tahun depan ada 5 desa yang diusulkan untuk mendapat Pamsimas,” jelasnya. *esa
Koordinator Pamsimas Kabupaten Bangli, Made Sudiarta berharap dengan adanya pamsimas, masyarakat terlayani air minum dan sanitasi. Adapun desa di Kecamatan Kintamani yang dapat Pamsimas di tahun 2019 yakni Desa Blandingan, Desa Buahan, Desa Trunyan, Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Banua, Desa Dausa, Desa Bantang, Desa Batur Utara, Desa Abang Batu Dinding, Desa Buahan, Desa Blanga, Desa Catur Bayung Gede, dan Desa Sekardadi. Untuk Kecamatan Tembuku yakni Desa Jehem, Kecamatan Susut yakni Desa Apuan, dan Kecamatan Bangli yakni Desa Landih.
Sebelum menerima program, ada survey ke desa untuk melihat kelayakan dan sumber mata air. “Proses awal permohonan dari desa, ditindaklanjuti dengan surveir,” ungkap Made Sudiarta. Partisipasai masyarakat juga diharapkan untuk program ini. Sebesar 70 persen pembiayaan dari APBN/APBD, 10 persen dari APBDes, dan 20 persen bersumber dari swadaya masyarakat. Dari masyarakat berupa kontribusi yakni uang tunai sebesar 4 persen dari pembiayaan dan 16 persen berupa bantuan tenaga kerja (in-kind) bisa juga dalam bentuk barang.
Sementara untuk pengelolaan air bisa dilakukan lewat BUMDes. Sejumlah desa sudah mengelola Pamsimas lewat BUMDes seperti di Desa Daup. Disinggung terkait Pamsimas di Desa Sekaan, Kintamani yang tidak jalan, awalnya desa tersebut mendapat bantuan sumur bor dari Pemerintah Provinsi Bali. Sementara mengacu usulan desa, lewat program Pamsimas dibangun bak penampungan. “Awalnya saat dilakukan uji fungsi air keluar secara normal, namun 6 bulan kemudian debit air dari sumur bor mengecil dan akhirnya air tidak lagi mengalir dengan bagus dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Dikatakan, pihak desa kini sedang melakukan pencarian sumber air dengan cara melakukan pengeboran. Diharapkan sumber air yang baru ini bisa naik dan mengcover kebutuhan masyarakat. Made Sudiarta menambahkan, Pamsimas digulirkan tahun 2016 dan pelaksanaan dimulai tahun 2017 hingga tahun 2019. Program pemerintah pusat ini sudah menyasar 48 desa di Bangli. Untuk anggaran kegiatan tergantung usulan dari masyarakat dan maksimal anggaran Rp 245 juta. “Tahun depan ada 5 desa yang diusulkan untuk mendapat Pamsimas,” jelasnya. *esa
1
Komentar