Dibully Hingga 6 Kali Pingsan
Siswa SMPN di Blitar mengaku trauma dan tak mau sekolah
BLITAR, NusaBali
Seorang siswa SMP Negeri di Blitar tak mau sekolah karena trauma. Ia trauma menjadi korban bullying hingga enam kali pingsan.
Sang siswa juga mengaku trauma dan ketakutan karena kerap mendapat ancaman dari pelaku. Orang tuanya melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian dan meminta proses hukum berjalan untuk memberi efek jera.
Korban masih berusia 12 tahun. Belum setahun menjadi pelajar kelas VII di sebuah SMPN di Kabupaten Blitar Timur. Sejak awal masuk sekolah, korban kerap dijahili teman-teman sekelasnya. Aksi bullying itu lambat laun semakin parah. Sampai pada penganiayaan hingga menyebabkan korban pingsan.
Seperti keterangan dari orang tua korban, aksi perundungan terakhir dialami putra mereka usai upacara Hari Sumpah Pemuda, Senin (28/10). Saat itu korban keluar dari ruang perpustakaan dan tiba-tiba diserang dari belakang.
"Anak saya merasa dipegang lehernya dari belakang lalu dipukul. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa," tutur S, ayah korban seperti dilansir detik, Minggu (3/11).
Pihak sekolah, lanjut S, kemudian menghubunginya untuk meminta menjemput korban. Sampai di sekolah, S memperoleh keterangan dari wali kelas anaknya, jika anaknya pingsan selama tiga jam.
Korban kemudian dibawa pulang. Sorenya, korban pergi mengaji ke musala yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah mereka. Namun saat pulang, korban kembali mendapat ancaman dari teman satu sekolah yang diduga ikut melakukan pemukulan pada pagi harinya.
"Sejak saat itu, anak saya sudah nggak mau sekolah. Saya lalu lapor ke pihak sekolah untuk memberitahukan kondisi anak saya," ungkapnya.
Keterangan yang disampaikan pihak sekolah, mereka telah memanggil beberapa pelajar yang diduga terlibat dalam aksi bullying itu. Namun hasilnya, tak ada satupun yang mengaku.
Mendengar kabar itu, korban bilang pada orang tuanya semakin ketakutan dan ingin pindah sekolah. Pada orang tuanya, korban baru mengakui jika sering dipukul, ditendang sampai dibanting. Bahkan saat kondisi pingsan terakhir, ada yang cerita alat kelaminnya dibuat mainan oleh beberapa pelaku.
"Saya syok mendengarnya. Anak saya mengaku pingsan enam kali karena menahan sakit. Selama ini saya pikir, dia sering pingsan itu bukan karena dipukul temannya. Makanya ini saya laporkan ke polisi," tandasnya.
Sore tadi S baru secara resmi melaporkan perundungan yang dialami anaknya ke Polres Blitar. Pukul 16.45 WIB, korban telah diantar ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi untuk divisum.
"Kami telah menerima laporan dari orang tua korban. Selanjutnya akan ada proses penyelidikan lebih lanjut," pungkas Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Sodik Effendi saat dikonfirmasi. *
Sang siswa juga mengaku trauma dan ketakutan karena kerap mendapat ancaman dari pelaku. Orang tuanya melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian dan meminta proses hukum berjalan untuk memberi efek jera.
Korban masih berusia 12 tahun. Belum setahun menjadi pelajar kelas VII di sebuah SMPN di Kabupaten Blitar Timur. Sejak awal masuk sekolah, korban kerap dijahili teman-teman sekelasnya. Aksi bullying itu lambat laun semakin parah. Sampai pada penganiayaan hingga menyebabkan korban pingsan.
Seperti keterangan dari orang tua korban, aksi perundungan terakhir dialami putra mereka usai upacara Hari Sumpah Pemuda, Senin (28/10). Saat itu korban keluar dari ruang perpustakaan dan tiba-tiba diserang dari belakang.
"Anak saya merasa dipegang lehernya dari belakang lalu dipukul. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa," tutur S, ayah korban seperti dilansir detik, Minggu (3/11).
Pihak sekolah, lanjut S, kemudian menghubunginya untuk meminta menjemput korban. Sampai di sekolah, S memperoleh keterangan dari wali kelas anaknya, jika anaknya pingsan selama tiga jam.
Korban kemudian dibawa pulang. Sorenya, korban pergi mengaji ke musala yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumah mereka. Namun saat pulang, korban kembali mendapat ancaman dari teman satu sekolah yang diduga ikut melakukan pemukulan pada pagi harinya.
"Sejak saat itu, anak saya sudah nggak mau sekolah. Saya lalu lapor ke pihak sekolah untuk memberitahukan kondisi anak saya," ungkapnya.
Keterangan yang disampaikan pihak sekolah, mereka telah memanggil beberapa pelajar yang diduga terlibat dalam aksi bullying itu. Namun hasilnya, tak ada satupun yang mengaku.
Mendengar kabar itu, korban bilang pada orang tuanya semakin ketakutan dan ingin pindah sekolah. Pada orang tuanya, korban baru mengakui jika sering dipukul, ditendang sampai dibanting. Bahkan saat kondisi pingsan terakhir, ada yang cerita alat kelaminnya dibuat mainan oleh beberapa pelaku.
"Saya syok mendengarnya. Anak saya mengaku pingsan enam kali karena menahan sakit. Selama ini saya pikir, dia sering pingsan itu bukan karena dipukul temannya. Makanya ini saya laporkan ke polisi," tandasnya.
Sore tadi S baru secara resmi melaporkan perundungan yang dialami anaknya ke Polres Blitar. Pukul 16.45 WIB, korban telah diantar ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi untuk divisum.
"Kami telah menerima laporan dari orang tua korban. Selanjutnya akan ada proses penyelidikan lebih lanjut," pungkas Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Sodik Effendi saat dikonfirmasi. *
Komentar