Ditinggal Orang Tua, Siswa Disabilitas Hidup Memprihatinkan
Alami Cacat Permanen, Tinggal dengan Kakek dan Neneknya
Kondisi seorang siswa disabilitas, I Putu Febri Wiguna, 10, yang tinggal di Banjar Peninggaran, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem sangat memprihatinkan.
AMLAPURA, NusaBali
Siswa kelas III SD Negeri 8 Seraya Tengah ini terpaksa hidup bersama kakek dan neneknya setelah ditinggal kedua orang tuanya. Sang ayah meninggal dunia beberapa waktu lalu, sementar sang ibu meninggalkannya setelah menikah lagi.
Parahnya lagi, meski duduk di kelas III, setelah diuji ternyata Putu Febri belum lancar membaca. Hal itu terungkap saat ditemui di rumahnya di Banjar Peninggaran, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, Minggu (3/11).
Putu Febri mengalami cacat permanen, bagian tangan kirinya bengkok terutama pergelangan menghubungkan kelima jari-jarinya, bengkok ke belakang, dan ukuran lengang lebih kecil dari lengan kanan. Juga kaki kirinya ukurannya lebih pendek dari kaki kanan, sehingga jika berjalan, terlihat pincang.
Setelah lengan kirinya dipegang, dan dicoba dicubit berkali-kali, ternyata Putu Febri tidak merasakan sakit. Diduga saraf lengan kirinya kurang berfungsi. Begitu juga di bagian kaki kirinya. Putu Febri dilahirkan dari pasangan I Nyoman Sudira almarhum, dengan Ni Nyoman Suni. Putu Febri mengaku sesekali ditengok ibu kandungnya, dikasi bekal hanya Rp 10.000. "Ibu pernah datang ke rumah, pernah pula tengok ke sekolah, hanya dikasi bekal Rp 10 ribu," kata Putu Febri.
Sehari-hari diasuh kakek dan neneknya, I Made Kari Karnu dan Ni Nengah Kerta, yang bekerja sebagai petani. Seragam sekolah yang dipakai, dikasi tetangganya, karena kakek dan neneknya tidak punya biaya membelikan seragam baru.
Putu Febri mengaku, ke sekolah jarang mandi, karena di Banjar Peninggaran kesulitan air bersih. "Di sini tidak punya air, makanya Putu Febri jarang mandi sebelum berangkat ke sekolah," jelas sang kakek I Made Kari Karnu.
Kakek I Made Kari Karnu menerangkan, cucunya mengalami disabilitas, tangan kiri dan kaki kirinya cacat, disebabkan saat umur 6 bulan, menderita sakit panas tinggi. Setelah sakit panasnya hilang, pertumbuhannya tidak normal, tangan kirinya bengkok dan kaki kirinya, lebih pendek di bandingkan kaki kanan.
Di bagian lain Kasek SDN 8 Seraya Tengah, I Wayan Latra Santosa mengakui memiliki siswa disabilitas duduk di kelas III, sebelumnya sempat berhenti setahun. "Nantilah, saya mau cek dulu, apakah sudah pernah diajukan agar dapat beasiswa atau belum. Sebab, ada KKC (Kartu Karangasem Cerdas) dan beasiswa jenis lainnya," kata I Wayan Latra Santosa.
Sedangkan Kelian Banjar Dinas Peninggaran I Ketut Orta mengatakan, tahun lalu sempat diajukan ke Dinas Sosial Karangasem, tetapi belum ada tindaklanjutnya. "Saya pernah diajukan data siswa itu ke Dinas Sosial, disuruh menunggu. Harapannya, karena siswa itu yatim piatu, dan disabilitas, berharap dapat bantuan tetap," kata I Ketut Orta.
Kadis Sosial Ni Ketut Puspa Kumari menyarankan, agar menyetorkan data siswa, lengkap dengan foto, dan riwayat kesehatannya. "Jika data telah masuk, petugas melakukan survei ke lapangan, jika memungkinkan, dapat bantuan untuk warga miskin penyandang disabilitas tiap bulan secara rutin," kata Ni Ketut Puspa Kuamri. *k16
Siswa kelas III SD Negeri 8 Seraya Tengah ini terpaksa hidup bersama kakek dan neneknya setelah ditinggal kedua orang tuanya. Sang ayah meninggal dunia beberapa waktu lalu, sementar sang ibu meninggalkannya setelah menikah lagi.
Parahnya lagi, meski duduk di kelas III, setelah diuji ternyata Putu Febri belum lancar membaca. Hal itu terungkap saat ditemui di rumahnya di Banjar Peninggaran, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, Minggu (3/11).
Putu Febri mengalami cacat permanen, bagian tangan kirinya bengkok terutama pergelangan menghubungkan kelima jari-jarinya, bengkok ke belakang, dan ukuran lengang lebih kecil dari lengan kanan. Juga kaki kirinya ukurannya lebih pendek dari kaki kanan, sehingga jika berjalan, terlihat pincang.
Setelah lengan kirinya dipegang, dan dicoba dicubit berkali-kali, ternyata Putu Febri tidak merasakan sakit. Diduga saraf lengan kirinya kurang berfungsi. Begitu juga di bagian kaki kirinya. Putu Febri dilahirkan dari pasangan I Nyoman Sudira almarhum, dengan Ni Nyoman Suni. Putu Febri mengaku sesekali ditengok ibu kandungnya, dikasi bekal hanya Rp 10.000. "Ibu pernah datang ke rumah, pernah pula tengok ke sekolah, hanya dikasi bekal Rp 10 ribu," kata Putu Febri.
Sehari-hari diasuh kakek dan neneknya, I Made Kari Karnu dan Ni Nengah Kerta, yang bekerja sebagai petani. Seragam sekolah yang dipakai, dikasi tetangganya, karena kakek dan neneknya tidak punya biaya membelikan seragam baru.
Putu Febri mengaku, ke sekolah jarang mandi, karena di Banjar Peninggaran kesulitan air bersih. "Di sini tidak punya air, makanya Putu Febri jarang mandi sebelum berangkat ke sekolah," jelas sang kakek I Made Kari Karnu.
Kakek I Made Kari Karnu menerangkan, cucunya mengalami disabilitas, tangan kiri dan kaki kirinya cacat, disebabkan saat umur 6 bulan, menderita sakit panas tinggi. Setelah sakit panasnya hilang, pertumbuhannya tidak normal, tangan kirinya bengkok dan kaki kirinya, lebih pendek di bandingkan kaki kanan.
Di bagian lain Kasek SDN 8 Seraya Tengah, I Wayan Latra Santosa mengakui memiliki siswa disabilitas duduk di kelas III, sebelumnya sempat berhenti setahun. "Nantilah, saya mau cek dulu, apakah sudah pernah diajukan agar dapat beasiswa atau belum. Sebab, ada KKC (Kartu Karangasem Cerdas) dan beasiswa jenis lainnya," kata I Wayan Latra Santosa.
Sedangkan Kelian Banjar Dinas Peninggaran I Ketut Orta mengatakan, tahun lalu sempat diajukan ke Dinas Sosial Karangasem, tetapi belum ada tindaklanjutnya. "Saya pernah diajukan data siswa itu ke Dinas Sosial, disuruh menunggu. Harapannya, karena siswa itu yatim piatu, dan disabilitas, berharap dapat bantuan tetap," kata I Ketut Orta.
Kadis Sosial Ni Ketut Puspa Kumari menyarankan, agar menyetorkan data siswa, lengkap dengan foto, dan riwayat kesehatannya. "Jika data telah masuk, petugas melakukan survei ke lapangan, jika memungkinkan, dapat bantuan untuk warga miskin penyandang disabilitas tiap bulan secara rutin," kata Ni Ketut Puspa Kuamri. *k16
1
Komentar