‘Gempa’, Ratusan Siswa Taman Sastra ‘Dievakuasi’ ke Bukit Four Season
Simulasi menghadapi kebencanaan ini digelar bersamaan dengan peringatan hari Kesadaran Tsunami Sedunia yang dideklarasikan PBB.
MANGUPURA, NusaBali.com
Teriakan 'Lindu! Lindu!' menggema dari lapangan sekolah SMP Taman Sastra, Jimbaran, Badung, Selasa (5/11/2019) pagi. Seketika ratusan siswa langsung berjongkok dan melindungi kepalanya dengan kedua tangan di kolong meja saat mendengarnya. Mereka berjongkok sambil berpegangan pada kaki meja yang sehari-hari menjadi alas belajar selama beberapa menit. Setelah memastikan kondisi aman, para siswa mulai keluar dengan teratur sambil tetap melindungi kepala. Mereka berbaris di lapangan yang menjadi titik kumpul pertama sebelum evakuasi.
I Made Wijana, sang Kepala Sekolah kemudian menginstruksikan pada guru kelas untuk mengecek jumlah siswa yang berkumpul sambil mencari informasi update mengenai gempa.
"Anak-anak, baru saja terjadi gempa. Menurut informasi dari BMKG gempa yang baru saja terjadi berpotensi tsunami. Jadi, kita akan melakukan evakuasi ke bukit di Four Season," ujarnya melalui pengeras suara.
Dengan pengawalan guru dan staf sekolah, para siswa menuju bukit yang menjadi titik kumpul evakuasi kedua. "Tetap tenang, ya. Jangan berlari, cukup jalan cepat. Jangan dorong-dorongan," seru Wijana pada siswa di tengah proses evakuasi. Setelah berjalan sekitar 15 menit mereka tiba di titik kumpul evakuasi, yakni bukit yang berada sekitar 200 meter dari barat sekolah.
"Tidak perlu panik, Anak-anak. Kita sudah berada di tempat yang aman," serunya lagi. Kemudian ia mengimbau pada Wali Kelas untuk mengecek kembali kelengkapan siswa-siswanya.
Putu Eka, salah satu siswa kelas VII yang pertama kali mengikuti simulasi evakuasi gempa dan tsunami terlihat sangat antusias. "Kalau ada gempa yang harus dilakukan berlutut dan berlindung. Setelah ada aba-aba dari Bapak/Ibu guru baru keluar. Kemudian ikuti instruksi selanjutnya," katanya saat ditanyai.
Sebanyak 40 guru dan staff serta 360 siswa SMP Taman Sastra ini baru saja menerapkan simulasi evakuasi mandiri gempa bumi dan tsunami. Sekolah mereka berada di salah satu zona merah yang mengharuskan siaga jika saja suatu saat terjadi bencana.
Simulasi digelar atas kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung dengan United Nations Development Programme (UNDP). Deputy Resident Representative UNDP Indonesia, Sophie Kemkhadze menjelaskan simulasi ini digelar bersamaan dengan peringatan hari kesadaran tsunami sedunia yang dideklarasikan PBB.
"Tanggung jawab penanggulangan gempa dan tsunami tidak hanya di pemerintah, itu adalah tanggung jawab semua masyarakat. Baik pemerintah, pihak swasta, masyarakat, termasuk juga sekolah," kata Sophie. Untuk itu, lanjut Sohie, simulasi di sekolah ini digelar sebagai upaya peningkatan kapasitas kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Sophie menyebut saat ini paradigma mengenai kebencanaan di dunia, termasuk Indonesia sudah berubah. "Seperti kita tahu saat gempa dan tsunami di Aceh dan Palu telah menyebabkan bangunan-bangunan luluh lantak. Dari kejadian tersebut kita harus banyak belajar perihal kesiapsiagaan terhadap bencana yang bisa saja terjadi dengan tiba-tiba," tutupnya.*has
1
Komentar