Siswa Akhirnya Pindah Sekolah
Dibully Hingga 6 Kali Pingsan
Siswa SMPN di Blitar yang menjadi korban bullying hingga enam kali pingsan akhirnya pindah sekolah.
BLITAR, NusaBali
Keputusan itu diambil sang anak dan keluarga agar tidak terlalu lama ketinggalan pelajaran. Kemarin menjadi hari pertama bagi siswa yang bersangkutan masuk ke sekolah barunya. Sekolah tersebut berada di kecamatan berbeda sehingga si anak harus berpisah dari keluarga intinya.
"Saya sebenarnya nggak tega melepas anak saya harus jauh dari saya dan ibunya. Tapi demi masa depan anak saya, saya ikhlaskan anak saya," ucap orangtua korban, S, seperti dilansir detik, Selasa (5/11).
S berharap, di sekolahnya yang baru, anaknya bisa lebih nyaman dan aman mengikuti pelajaran. S mengaku mendapat sambutan baik dari kepala SMP negeri yang baru. Bahkan, sebelum masuk kelas, anaknya mendapat suntikan semangat dari kepala sekolahnya.
"Lega hati saya. Tadi bapak kepala sekolahnya sangat terbuka. Bahkan anak saya ditepuk-tepuk pundaknya dan bilang, 'Lupakan teman-teman di sekolah lama. Kamu adalah keluarga kami, teman-temanmu baru semua, dan mereka semua akan menyayangimu," terangnya.
Sementara itu, proses penyelidikan pihak kepolisian belum menunjukkan perkembangan. Beberapa anak yang diminta keterangan tak satu pun yang mengaku pernah memukul korban. Mereka mengaku hanya guyon atau bercanda.
Mereka mengatakan, yang terjadi pada 28 Oktober 2019 seusai upacara Sumpah Pemuda itu hanya kesalahpahaman. Bahkan, saat korban jatuh, seorang anak yang diduga melakukan pemukulan justru menolong korban.
"Jadi, seusai upacara, korban dan temannya berebut komputer. Lalu mereka berdua adu mulut dan saling memukul. Tapi saat korban mau terjatuh, temannya ini menolongnya dengan menahan tubuh korban dengan tangannya," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Sodik Effendi.
Keterangan tersebut bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak keluarga berdasarkan pengakuan siswa korban bullying.
Sebelumnya diberitakan korban kerap mengalami bullying fisik seperti ditendang dadanya dari atas meja sekolah dan diseret. Sayangnya, korban tak pernah menceritakan apa yang dialami pada orangtuanya. Ia hanya mengeluh sakit di dada bagian kiri usai mendapatkan tendangan itu.
"Saya ingat itu kejadian tanggal 14 Agustus 2019. Anak saya mengeluh dada kirinya sakit. Karena khawatir ada apa-apa, saya rontgen ke rumah sakit Ngudi Waluyi di Wlingi," ucap S, Senin (4/10).
Hasil rontgen semua normal. Tulang kerangka dada juga tidak menunjukkan trauma akibat pukulan. Namun dokter memberikan obat agar nyerinya hilang. Dan Sabtu (2/11), korban mengaku jika nyeri di dadanya akibat ditendang teman sekelasnya dari atas meja. *
"Saya sebenarnya nggak tega melepas anak saya harus jauh dari saya dan ibunya. Tapi demi masa depan anak saya, saya ikhlaskan anak saya," ucap orangtua korban, S, seperti dilansir detik, Selasa (5/11).
S berharap, di sekolahnya yang baru, anaknya bisa lebih nyaman dan aman mengikuti pelajaran. S mengaku mendapat sambutan baik dari kepala SMP negeri yang baru. Bahkan, sebelum masuk kelas, anaknya mendapat suntikan semangat dari kepala sekolahnya.
"Lega hati saya. Tadi bapak kepala sekolahnya sangat terbuka. Bahkan anak saya ditepuk-tepuk pundaknya dan bilang, 'Lupakan teman-teman di sekolah lama. Kamu adalah keluarga kami, teman-temanmu baru semua, dan mereka semua akan menyayangimu," terangnya.
Sementara itu, proses penyelidikan pihak kepolisian belum menunjukkan perkembangan. Beberapa anak yang diminta keterangan tak satu pun yang mengaku pernah memukul korban. Mereka mengaku hanya guyon atau bercanda.
Mereka mengatakan, yang terjadi pada 28 Oktober 2019 seusai upacara Sumpah Pemuda itu hanya kesalahpahaman. Bahkan, saat korban jatuh, seorang anak yang diduga melakukan pemukulan justru menolong korban.
"Jadi, seusai upacara, korban dan temannya berebut komputer. Lalu mereka berdua adu mulut dan saling memukul. Tapi saat korban mau terjatuh, temannya ini menolongnya dengan menahan tubuh korban dengan tangannya," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Sodik Effendi.
Keterangan tersebut bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak keluarga berdasarkan pengakuan siswa korban bullying.
Sebelumnya diberitakan korban kerap mengalami bullying fisik seperti ditendang dadanya dari atas meja sekolah dan diseret. Sayangnya, korban tak pernah menceritakan apa yang dialami pada orangtuanya. Ia hanya mengeluh sakit di dada bagian kiri usai mendapatkan tendangan itu.
"Saya ingat itu kejadian tanggal 14 Agustus 2019. Anak saya mengeluh dada kirinya sakit. Karena khawatir ada apa-apa, saya rontgen ke rumah sakit Ngudi Waluyi di Wlingi," ucap S, Senin (4/10).
Hasil rontgen semua normal. Tulang kerangka dada juga tidak menunjukkan trauma akibat pukulan. Namun dokter memberikan obat agar nyerinya hilang. Dan Sabtu (2/11), korban mengaku jika nyeri di dadanya akibat ditendang teman sekelasnya dari atas meja. *
Komentar