Novel Baswedan Dipolisikan
Dituding lakukan rekayasa soal penyiraman air keras dirinya
JAKARTA, NusaBali
Di tengah upaya untuk mencari keadilan atas kasus penyiraman air keras terhadap dirinya, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru dipolisikan oleh seorang wanita bernama Dewi Ambarwati alias Dewi Tanjung ke Polda Metro Jaya. Dewi melaporkan Novel atas tuduhan penyebaran berita bohong terkait penyiraman air keras.
"Saya melaporkan Novel Baswedan penyidik KPK terkait dugaan rekayasa kasus penyiraman air keras," kata Dewi kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (6/11).
Dewi mengatakan dirinya merasa janggal atas kebutaan yang dialami oleh Novel atas insiden penyiraman air keras. Dewi mengatakan dirinya lulusan seni dan menduga ada rekayasa-rekayasa yang dilakukan oleh Novel. Mulai dari penyiraman air keras menurutnya dari sana Novel sudah merekayasa.
"Saya orang seni, saya juga biasa beradegan. Orang kalau sakit itu tersiram air panas reaksinya tidak berdiri, tapi akan terduduk jatuh terguling-guling itu yang saya pelajari dan tidak ada di situ reaksi dia membawa air untuk disiramkan," jelas Dewi seperti dilansir detik.
Menurutnya, seharusnya kulit Novel juga ikut terluka tidak hanya matanya. Saat berada di rumah sakit dia juga curiga karena mata Novel tidak diperban hanya wajahnya saja.
"Faktanya kulit Novel kan nggak apa-apa, hanya matanya. Yang lucunya kenapa hanya matanya sedangkan kelopaknya, ininya semua tidak (rusak)," kata Dewi.
Apa tanggapan Novel Baswedan? Menanggapi tudingan tersebut, Novel bercerita, dokter yang menanganinya di Singapura mendiagnosa dirinya mengalami luka bakar yang serius.
"Dokter Singapore mendiagnosa saya luka bakar serius. Sehingga saya dirawat inap sekitar 4 hari. Di situ tempat rawat inapnya diisolasi sehingga orang belum boleh masuk, karena luka bakar risiko infeksi," kata Novel dilansir tempo.
"Saya ditangani dua dokter ahli. Dia bilang biasa menangani korban perang. Yang satu pakar ahli luka bakar, satu lagi pakar rekonstruksi wajah," ujarnya.
Soal video beredar yang menunjukkan kondisi matanya baik-baik saja, Novel melalui tim kuasa hukumnya, Alghiffari Aqsa, mengatakan video itu diambil pada 2017 sebelum dia menjalani operasi OOKP (osteo odonto keratoprosthesis) pada mata kirinya.
"Ini video diambil sekitar bulan April/Juli 2017. Saat itu belum dilakukan operasi OOKP pada mata kiri," kata Novel dalam keterangan tertulis yang disampaikan tim kuasa hukumnya.
Novel menjelaskan, saat itu dokter yang menanganinya tengah melalukan upaya pemasang selaput membran plasenta untuk menumbuhkan jaringan yang mati di kedua matanya. Namun, ia mengatakan, hingga Agustus ternyata tidak ada perkembangan.
"Ternyata sampai sekitar bulan Agustus tidak juga ada perbaikan, sedangkan diperkirakan 6 bulan setelah kejadian kedua mata akan tidak bisa lihat sama sekali. Saat itu bila orang lihat mata kiri saya seperti tidak sakit, bahkan tidak merah dan bening, seperti kelereng. Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang," jelasnya.
Karena itu, Novel mengatakan langsung dilakukan operasi OOKP pada mata kiri yang rusaknya lebih parah. Menurutnya, wajar bila ada orang awam yang mengira matanya tidak sakit.
PK institusi tempat Novel bernaung--memberikan pembelaan.
"Dan terkait dengan penyerangan Novel sebenarnya agak beberapa waktu belakangan ini kami sangat menyayangkan dan rasanya ada orang-orang yang bertindak di luar rasa kemanusiaan kita ketika Novel yang sudah jadi korban, jelas-jelas menjadi korban dari pemeriksaan dokter pertama kali di RS Mitra Keluarga pada saat itu, kemudian dibawa ke JEC dan kemudian dibawa ke Singapura," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah kepada wartawan di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (6/11).*
"Saya melaporkan Novel Baswedan penyidik KPK terkait dugaan rekayasa kasus penyiraman air keras," kata Dewi kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (6/11).
Dewi mengatakan dirinya merasa janggal atas kebutaan yang dialami oleh Novel atas insiden penyiraman air keras. Dewi mengatakan dirinya lulusan seni dan menduga ada rekayasa-rekayasa yang dilakukan oleh Novel. Mulai dari penyiraman air keras menurutnya dari sana Novel sudah merekayasa.
"Saya orang seni, saya juga biasa beradegan. Orang kalau sakit itu tersiram air panas reaksinya tidak berdiri, tapi akan terduduk jatuh terguling-guling itu yang saya pelajari dan tidak ada di situ reaksi dia membawa air untuk disiramkan," jelas Dewi seperti dilansir detik.
Menurutnya, seharusnya kulit Novel juga ikut terluka tidak hanya matanya. Saat berada di rumah sakit dia juga curiga karena mata Novel tidak diperban hanya wajahnya saja.
"Faktanya kulit Novel kan nggak apa-apa, hanya matanya. Yang lucunya kenapa hanya matanya sedangkan kelopaknya, ininya semua tidak (rusak)," kata Dewi.
Apa tanggapan Novel Baswedan? Menanggapi tudingan tersebut, Novel bercerita, dokter yang menanganinya di Singapura mendiagnosa dirinya mengalami luka bakar yang serius.
"Dokter Singapore mendiagnosa saya luka bakar serius. Sehingga saya dirawat inap sekitar 4 hari. Di situ tempat rawat inapnya diisolasi sehingga orang belum boleh masuk, karena luka bakar risiko infeksi," kata Novel dilansir tempo.
"Saya ditangani dua dokter ahli. Dia bilang biasa menangani korban perang. Yang satu pakar ahli luka bakar, satu lagi pakar rekonstruksi wajah," ujarnya.
Soal video beredar yang menunjukkan kondisi matanya baik-baik saja, Novel melalui tim kuasa hukumnya, Alghiffari Aqsa, mengatakan video itu diambil pada 2017 sebelum dia menjalani operasi OOKP (osteo odonto keratoprosthesis) pada mata kirinya.
"Ini video diambil sekitar bulan April/Juli 2017. Saat itu belum dilakukan operasi OOKP pada mata kiri," kata Novel dalam keterangan tertulis yang disampaikan tim kuasa hukumnya.
Novel menjelaskan, saat itu dokter yang menanganinya tengah melalukan upaya pemasang selaput membran plasenta untuk menumbuhkan jaringan yang mati di kedua matanya. Namun, ia mengatakan, hingga Agustus ternyata tidak ada perkembangan.
"Ternyata sampai sekitar bulan Agustus tidak juga ada perbaikan, sedangkan diperkirakan 6 bulan setelah kejadian kedua mata akan tidak bisa lihat sama sekali. Saat itu bila orang lihat mata kiri saya seperti tidak sakit, bahkan tidak merah dan bening, seperti kelereng. Tapi sebenarnya selnya justru sudah banyak yang mati dan fungsi melihatnya sangat kurang," jelasnya.
Karena itu, Novel mengatakan langsung dilakukan operasi OOKP pada mata kiri yang rusaknya lebih parah. Menurutnya, wajar bila ada orang awam yang mengira matanya tidak sakit.
PK institusi tempat Novel bernaung--memberikan pembelaan.
"Dan terkait dengan penyerangan Novel sebenarnya agak beberapa waktu belakangan ini kami sangat menyayangkan dan rasanya ada orang-orang yang bertindak di luar rasa kemanusiaan kita ketika Novel yang sudah jadi korban, jelas-jelas menjadi korban dari pemeriksaan dokter pertama kali di RS Mitra Keluarga pada saat itu, kemudian dibawa ke JEC dan kemudian dibawa ke Singapura," kata Kabiro Humas KPK Febri Diansyah kepada wartawan di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (6/11).*
1
Komentar