nusabali

Korban Pelecehan Anak Disurvei LSM Australia

  • www.nusabali.com-korban-pelecehan-anak-disurvei-lsm-australia

Sebuah LSM dari Australia, Project Karma, melakukan survei korban pelecehan dan kekerasan anak bawah umur di Karangasem, Selasa (19/7).

Selama 2015, Nyoman Suparni Tampung 35 Korban Kekerasan Anak

AMLAPURA, NusaBali
Korban pelecehan yang jadi objek survei LSM Project Karma pimpinan Glen Hulley mulai dari korban kekerasan seksual, korban fedofilia, hingga korban penelantaran anak.  Terkait survei tersebut, Glen Hulley selaku koordinator Project Karma mendatangi Sekretariat Kelompok Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Karangasem di Lingkungan Jasri Kaler, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Selasa kemarin. Di KPPA Karangasem pimpinan Ni Nyoman Suparni tersebut, Glen Hulley mengumpulkan data-data korban kekerasan anak.

Saat mendatangi Sekretariat KPPA Karangasem, pihak Project Karma pimpinan Glen Hulley diterima langsung Nyoman Suparni. Turut mendampingi Glen Hulley adalah aktivis perempuan dan anak Ida Ayu Made Gayatri (yang juga Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Agama Hindu Amlapura) dan Konselor I Made Sudana. Ida Ayu Gayatri inilah yang bertindak sebagai perantara antara Project Karma dan KPPA Karangasem.

Ida Ayu Gayatri menyatakan, tujuan LSM Project Karma pimpinan Glen Hulley datang ke Karangasem untuk memantau seberapa banyak anak di wilayah Gumi Lahar yang jadi korban kekerasan seksual dan sejenisnya. “Rencana jangka panjang, akan diberdayakan desa pakraman agar ikut bersama-sama membentengi wilayahnya sehingga terbebas dari kasus kekerasan anak di bawah umur,” jelas Ida Ayu Gayatri di Sekretariat KPPA Karangasem, Selasa kemarin.

“Intinya, desa pakraman akan diajak bersama-sama mengawasi seluruh anak agar tidak terulang kasus serupa. Juga jika ada orang asing atau pribumi yang gelagatnya mencurigakan, pihak desa pakraman bisa lebih awal bertindak cepat melakukan pencegah atau melapor ke pihak berwajib,” lanjut Ida Ayu Gayatri yang notabene mantan Field Officer Yayasan Citra Usadha Indonesia (1995-1998).

Terungkap, KPPA Karangasem dipilih menjadi objek survei oleh LSM Project Karma, karena selama ini lembaga tersebut intens melakukan pendampingan hukum dan investigasi ke rumah korban pelecehan dan kekerasan anak. Bahkan, Ketua KPPA Karangasem Nyoman Suparni juga menampung para korban pelecehan dan kekerasan anak di rumahnya.

Dalam kegiatan awal di Sekretariat KPPA Karangasem, Selasa kemarin, Glen Hulley menanyakan tata cara menangani korban, begitu lembaga pimpinan Nyoman Suparni mendapatkan korban kekerasan seksual dan sejenisnya. “Berapa banyak korban yang telah ditangani KPPA Karangasem kisaran usia berapa, dan umur berapa yang terkecil? Bagaimana cara penanganannya?” tanya Glen Hulley diterjemahkan Ida Ayu Gayatri.

Sementara, Nyoman Suparni menjelaskan bahwa dia mulai intensif mengajak anak bawah umur korbnan kekerasan, pelecehan, dan penelantaran di rumahnya sejak tahun 2013 silam. Pada tahun pertama (2013), dia menampung 20 anak korban pelecehan dan sejenisnya. Sedangkan tahun 2014, yang ditangani sebanyak 30 anak. Pada 2015, jumlah korban yang ditangani naik menjadi 35 anak. Untuk tahun 2016, sejak Januari hingga Juli ini, hanya 8 anak yang ditampung di rumahnya.

“Sekarang di rumah saya tinggal 6 anak korban kekerasan seksual. Umur terkecil yang saya tangani 18 bulan,” papar Suparni. Menurut Suparni, banyak hal positif jika anak korban kekerasan seksual ditampung di rumahnya. Paling tidak, korban yang semula merasa terkucilkan di kampung halamannya, secara psikologis bisa terselamatkan.

“Dengan tinggal di baah bimbingan KPPA Karangasem, korban bisa lebih nyaman. Apalagi, ada rekan-rekan sebayanya yang senasib bisa diajak berinteraksi dan curhat,” jelas Suparni. “Saya sempat dua kali mengajak tinggal wanita muda hamil di luar nikah, karena tidak diakui pihak adat. Salah satunya telah melahirkan anak lelaki yang kini berumur 18 bulan. Satunya lagi, kini masih hamil,” lanjutnya. * k16

Komentar