Siswa SMKN 2 Bangli Magoak-goakan
Memperingati Hari Anak Internasional, SMKN 2 Bangli menggelar pembelaran di ruang kelas, Kamis (7/11).
BANGLI, NusaBali
Kegiatan diisi dengan permainan tradisional magoak-goakan. Para siswa bergembira dengan permainan tradisional asal Desa Adat Panji, Buleleng ini. Magoak-goakan merupakan permainan tradisional yang menggambarkan cara burung Gagak (Goak) dapat memporak-porandakan ular di bagian belakang atau ekornya.
Kasek SMKN 2 Bangli, I Wayan Suparta mengatakan, siswa antusias menggelar permainan tradisional magoak-goakan. Para siswa dibagi per kelompok sesuai dengan kelas. Dalam magoak-goakan, ada dua kelompok yang beradu. “Ada berperan sebagai raja dan rakyatnya. Antar kerajaan saling beradu untuk mempertahankan kerajaannya,” jelas Suparta. Dalam permainan ini guru tidak terlibat langsung, melainkan melakukan pendampingan. “Para siswa jadi fresh dengan permainan ini,” imbuhnya.
Kasek Wayan Suparta mencanangkan setiap tanggal 7 menggelar kegiatan belajar di luar kelas. “Sebelumnya kami laksanakan 2 kali dalam setahun pada jeda semester,” ungkapnya. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan meyakinkan siswa bahwa sekolah adalah lingkungan yang aman dan nyaman untuk pembelajaran. “Harapan kami, siswa akan bisa melaksanakan pembelajarannya dengan nyaman tanpa rasa khawatir dan takut. Kami juga ingin membangun kebersamaan antar siswa dengan siswa maupun dengan guru,” tandasnya. *esa
Kegiatan diisi dengan permainan tradisional magoak-goakan. Para siswa bergembira dengan permainan tradisional asal Desa Adat Panji, Buleleng ini. Magoak-goakan merupakan permainan tradisional yang menggambarkan cara burung Gagak (Goak) dapat memporak-porandakan ular di bagian belakang atau ekornya.
Kasek SMKN 2 Bangli, I Wayan Suparta mengatakan, siswa antusias menggelar permainan tradisional magoak-goakan. Para siswa dibagi per kelompok sesuai dengan kelas. Dalam magoak-goakan, ada dua kelompok yang beradu. “Ada berperan sebagai raja dan rakyatnya. Antar kerajaan saling beradu untuk mempertahankan kerajaannya,” jelas Suparta. Dalam permainan ini guru tidak terlibat langsung, melainkan melakukan pendampingan. “Para siswa jadi fresh dengan permainan ini,” imbuhnya.
Kasek Wayan Suparta mencanangkan setiap tanggal 7 menggelar kegiatan belajar di luar kelas. “Sebelumnya kami laksanakan 2 kali dalam setahun pada jeda semester,” ungkapnya. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan meyakinkan siswa bahwa sekolah adalah lingkungan yang aman dan nyaman untuk pembelajaran. “Harapan kami, siswa akan bisa melaksanakan pembelajarannya dengan nyaman tanpa rasa khawatir dan takut. Kami juga ingin membangun kebersamaan antar siswa dengan siswa maupun dengan guru,” tandasnya. *esa
Komentar