PRSI Bali Keluhkan Dualisme
Atlet Renang Mulai Beralih ke Cabor Selam
Kami pertegas memisahkan ini secara baik-baik. Alangkah baiknya atletnya yang memilih di cabor renang atau selam. Kami tidak ingin, atlet renang dibawa lari ke cabor selam. Terutama atlet renang berprestasi.
DENPASAR, NusaBali
Pengprov Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Bali memproteksi atlet renang yang dinilai rawan pindah ke cabor selam. PRSI pun mulai mengeluhkan dan merasakan perpindahan itu, terutama di kabupaten dan Bali secara umum. Pihak PRSI Bali pun berharap atlet yang berprestasi di renang jangan sampai pindah ke cabor selam.
"Kami pertegas memisahkan ini secara baik-baik. Bukan pelatih yang memaksa pindah. Tapi alangkah baiknya karena atletnya yang memilih di cabor renang atau cabor selam. Kami tidak ingin, atlet renang dibawa lari ke cabor selam. Terutama atlet yang berprestasi di renang," ungkap Ketua Harian PRSI Bali, Ketut Winarya di Badung, Rabu (13/11).
Winarta tidak ingin terjadi dualisme pada atletnya, yakni mengantongi dua cabor sekaligus. Pasalnya, hal itu tidak diperbolehkan. Winarya tidak berbicara kompensasi. Terpenting atlet dibina dan terurus dengan baik. Karena ini beda KTP istilahnya.
“Meskipun diawal memang ada beban psikologis jika memisah atlet yang sebelumnya lama di renang lalu pindah ke cabor selam," tegas Winarya.
Diakui Winarya, cabor selam memang sedang dibangun di Bali. Untuk itu, kerjasama yang baik dengan selam memang sangat diperlukan. Dia mengakui memang ada atlet dipinjam ke selam, tapi semua itu atas nama KONI Bali. Bahkan dia sangat senang, akhirnya cabor selam dapat bangkit.
“Dengan catatan, jika tidak berbakat di cabor renang baru berpindah ke cabor selam. Itu baru tepat bagi kami," beber Winarya.
Yang jelas, kata Winarya, semua itu harus ada perpindahan dengan administrasi yang jelas. Termasuk ke depannya, yakni memang ada klub yang berdiri sendiri khusus untuk selam. Menurutnya, hal itu dinilai tidak ada masalah. Jangan sampai justru klub renang, kemudian dimanfaatkan sebagai klub selam. Itu tidak boleh.
"Kami pertegas soal AD/ART klub renang. Klub Bali Pari itu klub renang saja, jadi belum membawahi selam. Meski cabor selam dasarnya memang renang," tandas Winarya.
Menanggapi pelatih renang juga menjadi pelatih selam, bahkan terang-terangan mengajak atlet pindah ke selam dan tidak memperbolehkan ikut Gubernur Cup, Winarya menyebut, pelatih yang bersangkutan hanya waktu yang mengaturnya. Yang jelas pelatih harus wajib memilih satu cabor saja.
"Kami juga akan komunikasi ke pengprov POSI yang membawahi selam. Sebab, jika ada Pengkab atau Pengkot dibawahnya pasti ada klub. Meskipun saat ini masih ada pelatih renang, juga melatih selam”kata Winarya.
Menurut Winarya, pilihannya harus jelas, yakni tetap di renang atau selam. Apalagi nanti pelatih bersangkutan membawa gerbong anak didiknya diderek ke selam. Itu jelas tidak benar. Makanya, KONI Bali juga harus bersikap.
Karena ini beda cabor harus jelas ada regulasinya, sehingga semuanya aman. Belum lagi cara membentuk atlet renang dan selam juga sangat beda. Yang paling mencolok itu, alatnya beda dibandingkan renang dan selam. Dimana, kalau renang itu manual, dengan kekuatan tubuh sendiri. Kalau selam cenderung menggunakan alat bantu. *dek
"Kami pertegas memisahkan ini secara baik-baik. Bukan pelatih yang memaksa pindah. Tapi alangkah baiknya karena atletnya yang memilih di cabor renang atau cabor selam. Kami tidak ingin, atlet renang dibawa lari ke cabor selam. Terutama atlet yang berprestasi di renang," ungkap Ketua Harian PRSI Bali, Ketut Winarya di Badung, Rabu (13/11).
Winarta tidak ingin terjadi dualisme pada atletnya, yakni mengantongi dua cabor sekaligus. Pasalnya, hal itu tidak diperbolehkan. Winarya tidak berbicara kompensasi. Terpenting atlet dibina dan terurus dengan baik. Karena ini beda KTP istilahnya.
“Meskipun diawal memang ada beban psikologis jika memisah atlet yang sebelumnya lama di renang lalu pindah ke cabor selam," tegas Winarya.
Diakui Winarya, cabor selam memang sedang dibangun di Bali. Untuk itu, kerjasama yang baik dengan selam memang sangat diperlukan. Dia mengakui memang ada atlet dipinjam ke selam, tapi semua itu atas nama KONI Bali. Bahkan dia sangat senang, akhirnya cabor selam dapat bangkit.
“Dengan catatan, jika tidak berbakat di cabor renang baru berpindah ke cabor selam. Itu baru tepat bagi kami," beber Winarya.
Yang jelas, kata Winarya, semua itu harus ada perpindahan dengan administrasi yang jelas. Termasuk ke depannya, yakni memang ada klub yang berdiri sendiri khusus untuk selam. Menurutnya, hal itu dinilai tidak ada masalah. Jangan sampai justru klub renang, kemudian dimanfaatkan sebagai klub selam. Itu tidak boleh.
"Kami pertegas soal AD/ART klub renang. Klub Bali Pari itu klub renang saja, jadi belum membawahi selam. Meski cabor selam dasarnya memang renang," tandas Winarya.
Menanggapi pelatih renang juga menjadi pelatih selam, bahkan terang-terangan mengajak atlet pindah ke selam dan tidak memperbolehkan ikut Gubernur Cup, Winarya menyebut, pelatih yang bersangkutan hanya waktu yang mengaturnya. Yang jelas pelatih harus wajib memilih satu cabor saja.
"Kami juga akan komunikasi ke pengprov POSI yang membawahi selam. Sebab, jika ada Pengkab atau Pengkot dibawahnya pasti ada klub. Meskipun saat ini masih ada pelatih renang, juga melatih selam”kata Winarya.
Menurut Winarya, pilihannya harus jelas, yakni tetap di renang atau selam. Apalagi nanti pelatih bersangkutan membawa gerbong anak didiknya diderek ke selam. Itu jelas tidak benar. Makanya, KONI Bali juga harus bersikap.
Karena ini beda cabor harus jelas ada regulasinya, sehingga semuanya aman. Belum lagi cara membentuk atlet renang dan selam juga sangat beda. Yang paling mencolok itu, alatnya beda dibandingkan renang dan selam. Dimana, kalau renang itu manual, dengan kekuatan tubuh sendiri. Kalau selam cenderung menggunakan alat bantu. *dek
1
Komentar