Catur Bali Respons (Garis Merah)
Percasi Bali berjanji mengubah performa buruk atletnya pada tes fisik dan meningkatkan kedisiplinan menjelang digelarnya TC Sentralisasi PON 2016.
DENPASAR
"Kami akui, ada atlet kami terkena katagori garis merah (fisik di bawah, Red) dan garis kuning. Mudah-mudahan tes terakhir nanti bisa naik signifikan. Dan, tidak ada lagi terkena garis merah seperti tes fisik sebelumnya," ucap Sekretaris Umum Percasi Bali Agustinus Dei Segu, di KONI Bali, Kamis (21/7).
Menanggapi kurang disiplinnya atlet catur dalam mengikuti tes fisik, hinga akhirnya diwarning keras KONI Bali, Agus Dei Segu mengaku sudah tidak ada masalah. Sebab, atletnya kini sudah di-pressing untuk taat aturan. "Coba saja lihat di tes fisik terakhir. Kami wajibkan semuanya hadir. Baik yang berada di luar daerah Bali. Itu wajib datang. Dan, semua telah berkomitmen. Sebab, kami atlet catur sudah banyak dicerca dari sisi tingkat kehadiran," terang Dei Segu.
Pria yang juga dosen IKIP PGRI Bali itu mengatakan, semua itu terjadi karena kesalahan manajemen lama, warisan bermasalah. "Langkah cepat kami ambil. Dulu latihan di Sanur. Sekarang formula latihan di ruang rapat di KONI Bali. Ini untuk menjaga kebersamaan dan ketingkat kehadiran," beber Dei Segu. Namun, dia baru bisa mengumpulkan latihan bersama atlet catur yang berada di Bali. "Sementara baru delapan atlet saja dulu, sisanya enam pecatur masih latihan terpisah di Jakarta, dan Surabaya. Tapi, untuk tes fisik akan tetap disiplin," janjinya.
Menanggapi apakah terancam degradasi atau dicoret KONI Bali, dia yakin degradasi mungkin tidak, tetapi menuju hasil tes fisik garis hijau itu yang memang dikejar. Contoh, yang kena garis merah paling tidak bisa menjadi kuning, yang kena garis kuning bisa naik menjadi garis hijau. "Minimal bisa menuju fisik level 6," harap Dei Segu.
Saat ini Percasi Bali dipimpin Plt Ketum N Satyam menggantikan Komang Sutrisna yang meninggal dunia. "Manajemen memang harus diubah. Dan, saya tegaskan atlet catur dari luar Bali itu memang peninggalan pimpinan terdahulu," kelitnya.*dek
"Kami akui, ada atlet kami terkena katagori garis merah (fisik di bawah, Red) dan garis kuning. Mudah-mudahan tes terakhir nanti bisa naik signifikan. Dan, tidak ada lagi terkena garis merah seperti tes fisik sebelumnya," ucap Sekretaris Umum Percasi Bali Agustinus Dei Segu, di KONI Bali, Kamis (21/7).
Menanggapi kurang disiplinnya atlet catur dalam mengikuti tes fisik, hinga akhirnya diwarning keras KONI Bali, Agus Dei Segu mengaku sudah tidak ada masalah. Sebab, atletnya kini sudah di-pressing untuk taat aturan. "Coba saja lihat di tes fisik terakhir. Kami wajibkan semuanya hadir. Baik yang berada di luar daerah Bali. Itu wajib datang. Dan, semua telah berkomitmen. Sebab, kami atlet catur sudah banyak dicerca dari sisi tingkat kehadiran," terang Dei Segu.
Pria yang juga dosen IKIP PGRI Bali itu mengatakan, semua itu terjadi karena kesalahan manajemen lama, warisan bermasalah. "Langkah cepat kami ambil. Dulu latihan di Sanur. Sekarang formula latihan di ruang rapat di KONI Bali. Ini untuk menjaga kebersamaan dan ketingkat kehadiran," beber Dei Segu. Namun, dia baru bisa mengumpulkan latihan bersama atlet catur yang berada di Bali. "Sementara baru delapan atlet saja dulu, sisanya enam pecatur masih latihan terpisah di Jakarta, dan Surabaya. Tapi, untuk tes fisik akan tetap disiplin," janjinya.
Menanggapi apakah terancam degradasi atau dicoret KONI Bali, dia yakin degradasi mungkin tidak, tetapi menuju hasil tes fisik garis hijau itu yang memang dikejar. Contoh, yang kena garis merah paling tidak bisa menjadi kuning, yang kena garis kuning bisa naik menjadi garis hijau. "Minimal bisa menuju fisik level 6," harap Dei Segu.
Saat ini Percasi Bali dipimpin Plt Ketum N Satyam menggantikan Komang Sutrisna yang meninggal dunia. "Manajemen memang harus diubah. Dan, saya tegaskan atlet catur dari luar Bali itu memang peninggalan pimpinan terdahulu," kelitnya.*dek
1
Komentar