Plasticology, Karya Seni dari Plastik Bekas ala Made Bayak
Jika lukisan biasa berawal dari kanvas putih dan diisi warna, sebaliknya media sampah plastik memulai dari apa yang ada. Setelah itu baru memikirkan objek lukisan.
MANGUPURA, NusaBali.com
Isu lingkungan, utamanya masalah plastik, sudah menjadi topik bahasan yang tak asing lagi. Semenjak ditemukannya plastik di awal abad ke-20, plastik telah berkembang menjadi bahan yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Namun, plastik merupakan sebuah bahan yang mengandung ancaman, terlebih bagi lingkungan. Mulai dari tidak terurainya plastik hingga ratusan tahun, menjadi limbah, hingga tertelannya plastik oleh makhluk hidup.
Di Bali sendiri, untuk mencegah semakin banyaknya penggunaan plastik sekali pakai, kini telah berlaku Pergub Nomor 97 Tahun 2018 yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai. Sayangnya, masih sedikit yang mengolah kembali plastik yang telah menjadi limbah bekas. Salah satunya, yaitu seniman Made Muliana Bayak, yang pada Kamis (14/11/2019) membuka pameran Plasticology di Pullman Bali Legian Beach, Badung.
Dalam pameran yang bertajuk ‘Plasticology: Art Exhibition by Made Bayak’, Made Bayak menampilkan sebanyak 36 lukisan dan 2 seni patung yang berbahan limbah plastik yang akan tetap dipamerkan hingga enam bulan ke depan. “Konsepnya masih sama dengan proyek sebelumnya, yaitu Plasticology. Plasticology itu terdiri dari dua kata, ‘Plastic’ dan ‘Ecology’. Ini bekerja sama dengan Pullman Bali yang juga berdedikasi untuk juga mengurangi penggunaan single use plastic,” ujar Made Bayak.
Made Bayak telah bertahun-tahun menggunakan sampah plastik sebagai media dasar dalam karya-karya seninya, berbeda dengan seni pada umumnya seperti lukisan yang terbuat di atas kanvas. Perbedaan ini turut mempengaruhi proses pembuatan karya seni. “Kalau lukisan biasa, kan mulainya dari kanvas putih atau warna lain, baru kemudian diisi warna. Tapi kalau dari media sampah plastik itu kita start-nya dari warna yang sudah ada, warna asli dari sampah plastiknya. Dari situ kita buat komposisi, baru kemudian memikirkan objek apa yang mau dilukis,” jelas seniman yang sekaligus juga merupakan seorang musisi ini.
Dalam pameran kali ini, terdapat tiga karya Made Bayak yang menarik perhatian. Ketiga karya ini merupakan rangkaian trilogi tiga lukisan yang memiliki konsep tiga waktu yang berbeda, yakni past (masa lalu), present (masa kini), dan future (masa depan). Ketiga lukisan ini menggambarkan tiga makhluk yang berbeda-beda dan disertai pewarnaan yang berbeda pula. Ketiganya merupakan representasi Made Bayak terhadap konsep waktu di Bali.
“Kita tidak bisa lepas dari masa lalu, kita berada di masa sekarang, yang akan mempengaruhi masa yang akan datang. Nah itu merupakan konsep yang luar biasa sekali sebenarnya. Yang saya tekankan dari masa lalu itu kita harus belajar, kemudian di masa sekarang kita harus belajar, untuk kebutuhan di masa yang akan datang,” lanjut Made Bayak.
Tak main-main, masing-masing lukisan trilogi ini dibandrol dengan harga mencapai Rp 14.000.000. Selain trilogy Past Present dan Future, setiap lukisan Made Bayak memiliki makna yang berbeda-beda. Namun secara umum, karya-karya Made Bayak ini memiliki pesan untuk menciptakan warisan kepada generasi berikutnya yang lebih baik. “Leluhur kita meninggalkan banyak sekali warisan untuk kita, kemudian pertanyaan yang paling besar adalah, warisan apa yang kita berikan untuk anak-cucu kita ke depan, apakah hanya sampah-sampah ini saja?” tuntas alumnus Institut Seni Indonesia Denpasar tersebut.*yl
1
Komentar