Petani Kopi Tewas Diterkam Harimau
Seorang petani kopi, Kuswanto (58) warga Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan ditemukan meninggal di kebun miliknya pada Minggu (17/11) sekitar pukul 10.00 WIB.
PALEMBANG, NusaBali
Kuswanto diduga diserang oleh macan tutul dahan karena terdapat luka serangan hewan buas di sekujur tubuhnya.
Kepala Desa Pulau Panas Sumadi berujar, sebelum kejadian Kuswanto tengah memetik kopi di kebunnya bersama seorang warga lain bernama Yansah. Namun, tiba-tiba korban menjerit, dua warga lain termasuk Yansah langsung menoleh ke arah korban yang menjerit dan melihat Kuswanto sudah terkapar di tanah dengan seekor macan menerkamnya.
"Kemungkinan korban itu langsung diterkam karena warga yang lain melihat dia langsung menjerit," ujar Sumadi seperti dilansir cnnindonesia.
Melihat kejadian tersebut, Yansah pun segera mencari batang kayu untuk menakuti dan mengusir macan tersebut. Macan tutul segera melarikan diri setelah Yansah dan satu warga lainnya mengusirnya menggunakan batang kayu.
Namun korban Kuswanto sudah mengalami luka parah dengan luka cakaran serta gigitan di bagian lehernya. Warga segera membawa korban ke rumah sakit terdekat namun nyawanya tak tertolong.
Sumadi mengatakan, warga cukup terkejut dengan adanya kejadian tersebut karena nyaris tidak adanya serangan hewan liar kepada warga di kawasan Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi secara umum.
Lokasi kebun milik Kuswanto pun terbilang cukup jauh dari hutan lindung habitatnya sehingga warga merasa aneh macan tutul bisa turun hingga ke pemukiman.
"Terakhir ada yang diserang itu sekitar 50 tahun lalu, itu pun cerita penduduk sepuh di sini. Waktu itu ada warga diterkam harimau saat mandi di sungai," ujar dia.
Dirinya mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak dulu beraktivitas di lokasi penyerangan tersebut dan waspada setiap beraktivitas di luar ruangan. Dia khawatir macan tutul tersebut masih berkeliaran di sekitar pemukiman.
"Mungkin sumber air di hutan lindung di sana itu habis, makanya macan itu ke kebun warga, sudah ke dekat pemukiman," kata dia.
Sementara, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, kawasan tersebut memang dekat dengan habitat macan tutul atau macan dahan. Satwa dengan nama latin panthera pardus ini, ujar Genman, berstatus hewan dilindungi yang terancam punah.
Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, peristiwa tersebut terjadi di dalam kebun yang berada di luar kawasan hutan lindung. Artinya, macan tutul tersebut keluar dari habibat aslinya. Genman berujar, secara umum tekanan dan gangguan dapat menyebabkan satwa liar keluar dari habitatnya. *
Kepala Desa Pulau Panas Sumadi berujar, sebelum kejadian Kuswanto tengah memetik kopi di kebunnya bersama seorang warga lain bernama Yansah. Namun, tiba-tiba korban menjerit, dua warga lain termasuk Yansah langsung menoleh ke arah korban yang menjerit dan melihat Kuswanto sudah terkapar di tanah dengan seekor macan menerkamnya.
"Kemungkinan korban itu langsung diterkam karena warga yang lain melihat dia langsung menjerit," ujar Sumadi seperti dilansir cnnindonesia.
Melihat kejadian tersebut, Yansah pun segera mencari batang kayu untuk menakuti dan mengusir macan tersebut. Macan tutul segera melarikan diri setelah Yansah dan satu warga lainnya mengusirnya menggunakan batang kayu.
Namun korban Kuswanto sudah mengalami luka parah dengan luka cakaran serta gigitan di bagian lehernya. Warga segera membawa korban ke rumah sakit terdekat namun nyawanya tak tertolong.
Sumadi mengatakan, warga cukup terkejut dengan adanya kejadian tersebut karena nyaris tidak adanya serangan hewan liar kepada warga di kawasan Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi secara umum.
Lokasi kebun milik Kuswanto pun terbilang cukup jauh dari hutan lindung habitatnya sehingga warga merasa aneh macan tutul bisa turun hingga ke pemukiman.
"Terakhir ada yang diserang itu sekitar 50 tahun lalu, itu pun cerita penduduk sepuh di sini. Waktu itu ada warga diterkam harimau saat mandi di sungai," ujar dia.
Dirinya mengimbau kepada seluruh warga untuk tidak dulu beraktivitas di lokasi penyerangan tersebut dan waspada setiap beraktivitas di luar ruangan. Dia khawatir macan tutul tersebut masih berkeliaran di sekitar pemukiman.
"Mungkin sumber air di hutan lindung di sana itu habis, makanya macan itu ke kebun warga, sudah ke dekat pemukiman," kata dia.
Sementara, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, kawasan tersebut memang dekat dengan habitat macan tutul atau macan dahan. Satwa dengan nama latin panthera pardus ini, ujar Genman, berstatus hewan dilindungi yang terancam punah.
Berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, peristiwa tersebut terjadi di dalam kebun yang berada di luar kawasan hutan lindung. Artinya, macan tutul tersebut keluar dari habibat aslinya. Genman berujar, secara umum tekanan dan gangguan dapat menyebabkan satwa liar keluar dari habitatnya. *
Komentar