Mangku Muriati, Putri Maestro Mangku Mura yang Tampil di PPB
Selain teknik asli khas Kamasan, Mangku Muriati juga menggunakan warna dari tanah pere yang berwarna kekuningan.
DENPASAR, NusaBali.com
Pameran Perupa Perempuan Bali yang pada tahun ini bertemakan ‘Sesananing Luh’ siap digelar mulai 20 November 2019. Selain bisa diartikan sebagai Kewajiban Perempuan, tema Sesananing Luh juga bisa diartikan sebagai ‘Lelaku Mulia Perempuan’. Demikian diungkapkan oleh Made Bakti Wiyasa pada press conference yang berlangsung pada Senin (18/11/2019).
“Dari kata Sesana, ‘Se’ itu putih, ‘Sana’ itu lelaku, jadi di situ sebenarnya yang hendak dihadirkan lelaku mulia perempuan Bali. Nah, kenapa ini dihadirkan, karena saat ini banyak hal-hal yang dilakukan lentas ring sesana, atau sesana itu diingkari. Jadi bagaimana melakukan hal-hal yang sifatnya kembali atau eling ring sesana, kembali wanita Bali itu mengingat dan melakukan kewajiban Dharma mulia sebagai perempuan, karena wanita menjadi daya survive dari kehidupan,” ujar Bakti Wiyasa.
Press conference yang berlangsung di Gedung Krya, Taman Budaya (Art Center) ini turut menghadirkan para perupa perempuan yang karyanya ditampilkan di pameran ini. Adapun kedua puluh tiga para perupa ini yaitu: Mega Sari, Sri Supriyantini, Ni Ketut Ayu Sri Wardani, I Gusti Ketut Oka Armini, Ni Nyoman Sani, Ni Wayan Erica Dewi, Ni Made Kurniati Andika, Ni Kadek Heny Sayukti, AA Istri Ratih Aptiwidyari, Ni Nengah Mega Risna Dewi, Ni Putu Novia Faryanti Dewi, Ni Luh Gede Widiyani, Ni Putu Nia Apsari, Eni Astiarini, Mangku Muriati, Kadek Intan Kirana Sari, Komang Astiari, Ni Luh Sinta Dewi Sriantini, IGP Ayu Mirah Rahmawati, Ni Nyoman Merti, Gusti Ayu Natih Arimini, Dewa Ayu Mirah, dan Ni Wyn Satiani Pradnya Paramita.
Di antara kedua puluh tiga nama ini, terdapat seorang nama yang merupakan putri maestro lukis mendiang Mangku Mura, maestro lukis asal daerah Kamasan. Dialah Mangku Muriati. Dalam pameran Perupa Perempuan Bali ini, dirinya menampilkan dua buah karyanya, yakni ‘Wanita Karir’ dan ‘Bhineka Tunggal Ika’. Kedua lukisan ini merepresentasikan pemikiran modern Mangku Muriati dengan pakem-pakem lukisan Kamasan yang masih asli.
Selain teknik asli khas Kamasan, Mangku Muriati juga menggunakan media lukis yang merupakan tradisi Kamasan, yaitu dengan menggunakan warna Bali, yang aslinya didapat dari tanah pere yang berwarna coklat kekuningan. Pere ini kemudian dicampur warna tertentu untuk mendapat warna yang diinginkan. “Pere itu merupakan warna pokok, jadi apapun warnanya, berasal dari pere,” ujar Mangku Muriati.
Dalam lukisan ‘Wanita Karir’, Mangku Muriati menggambarkan bentuk emansipasi wanita yang terinspirasi dari RA Kartini. Lukisannya diisi dengan gambaran para wanita dengan berbagai profesi, seperti guru hingga polisi. Sementara itu, ‘Bhineka Tunggal Ika’ menceritakan tentang orang-orang dari berbagai suku bangsa yang bersatu di bawah slogan Bhineka Tunggal Ika.
“Kita ingin menciptakan sedikit inovatif, karena pada umumnya lukisan Kamasan melukiskan pewayangan, cerita epos Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya. Namun demikian saya tetap menampilkan wayang Kamasan. Kita cuma menambahkan konsepnya yang sedikit inovatif dalam pameran. Tetapi kalau untuk pasaran tetap menggunakan asli Kamasan. Karena kalau saya buat seperti ini setiap hari untuk dipasarkan, lama-lama nanti wayang Kamasannya hilang,” tegas wanita kelahiran 1966 ini.*yl
1
Komentar