Dinas Perikanan Bagikan 778 Mesin Konventer Kit
Dinas Perikanan Karangasem bagikan 778 mesin konventer kit atau mesin tempel berbahan bakar elpiji kepada nelayan.
AMLAPURA, NusaBali
Bantuan diserahkan di gedung Objek Wisata Tirta, Banjar Lebah, Desa Purwakerthi, Kecamatan Abang, Karangasem, Senin (18/11). Satu paket terdiri dari mesin tempel, elpiji tabung 3 kilogram dan baling-baling. Bantuan tahap pertama tanggal 13-23 November diserahkan 589 paket mesin untuk nelayan dari Kecamatan Kubu sebanyak 105 paket dan Kecamatan Abang 484 paket.
Pembagian bantuan tahap II pada tanggal 24-27 November di Pantai Pasir Putih, Banjar Bugbug Kelodan, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem. Distribusi bantuan tahap II sebanyak 189 paket masing-masing untuk nelayan dari Kecamatan Karangasem sebanyak 152 paket dan Kecamatan Manggis 37 paket. Kadis Perikanan I Ketut Artama mengakui banyak nelayan belumdapat bantuan. Tiap tahun diusulkan agar semua nelayan dapat bantuan mesin berbahan bakar elpiji, sehingga biaya operasionalnya irit. “Mesin tempel yang kami bagikan kekuatannya beda-beda ada yang 10 PK, ada 15 PK, tergantung hasil verifikasi. Semua nelayan yang dapat bantuan ada daftarnya, lengkap dengan kekuatan mesin yang didapatkan dari pusat,” jelasnya.
Bantuan satu paket mesin lengkap dengan satu tabung elpiji 3 kilogram dan baling-baling sehingga bisa pasang dan pakai. Ketut Artama membantah nelayan yang tidak masuk dalam daftar nelayan dapat bantuan. “Bantuan itu hasil verifikasi petugas pusat sebelumnya di lapangan, lengkap dengan rekomendasi dari ketua kelompok nelayan setempat,” jelasnya. Jumlah bantuan mesin di tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2018 sebanyak 1.081 mesin konverter kit.
Nelayan dari Banjar Amed, Desa Purwakerthi, Kecamatan Abang, I Nengah Suanda mengaku belum kebagian bantuan sehingga melaut masih menggunakan mesin tempel lama. Biaya operasional cukup tinggi, sekali melaut habis Rp 100.000. Sedangkan gunakan elpiji hanya memerlukan minimal satu tabung elpiji 3 kilogram biaya Rp 18.000.
“Mudah-mudahan tahun depan saya dapat bantuan. Saya sudah lama jadi nelayan dan bergabung di Kelompok Nelayan Segara Nadi,” harap Nengah Suanda. Apalagi harga ahan bakar terus naik sehingga biaya operasional dihabiskan nelayan juga meningkat. Sedangkan hasil tangkapan tidak menentu dan harganya sering tidak stabil. *k16
Komentar