Kerajinan Rajai Ekspor Bali
Sumbang Devisa Rp2,1 Triliun
Produk kerajinan yang banyak diproduksi Usaha mikro kecil menengah/Industri Kecil Menengah (UMKM/IKM) berjasa memberi kontribusi terbesar sumbangan devisa bagi Bali dari perdagangan luar negeri/ekspor.
DENPASAR, NusaBali
Selama 9 bulan, Januari-September total nilai ekspor produk kerajinan mencapai 150 juta dollar AS (Rp 2,1 triliun) atau 39,61 persen dari keseluruhan nilai ekspor Bali pada periode sama senilai 378,7 juta dollar AS.
Informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Provinsi Bali kerajinan terbanyak memberi kontribusi adalah kerajinan kayu dengan nilai 40,5 juta dollar (Rp 560 miliar) atau 10,70 persen.
Kerajinan furniture di posisi kedua dengan kontribusi 5,72 persen atau dengan nilai 21,6 juta dollar (Rp 302.400 miliar). Kerajinan perak 5,69 persen atau dengan nilai 21,5 juta dollar (Rp 310 miliar).
Kalangan perajin merasa lega dan bangga dengan kontribusi yang diberikan sektor kerajinan, diantaranya kerajinan kayu. Karena hal itu menunjukkan kerajinan kayu masih mampu mewarnai dan memberi arti bagi ekspor Bali, di tengah berbagai persoalan yang dihadapi perajin.
“Saat ini ada sedikit angin segar karena ada peningkatan permintaan kerajinan terkait dekorasi untuk Natal,” ujar I Dewa Gede Wirayudha, salah seorang perajin, Jumat (22/11).
Pria yang juga Sekretaris DPD Asosiasi Ekspotir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali menyatakan Amerika Serikat, tetapi menjadi pasar utama ekspor handicraft Bali. Disusul Uni Eropa, Australia dan Asia. “Pasar utamanya masih itu,” tunjuknya.
Sedangkan untuk trend, kerajinan hiasan rumah atau homedecore, diperkirakan Dewa Wirayudha masih menjadi trend. Termasuk kemungkinan trend pada tahun 2020. “Saya kira masih home decore,” ujarnya.
Sementara kontribusi terbesar kedua pendapatan dari ekspor Bali disumbangkan komoditas pertanian 30,93 persen atau 177 juta dollar yang didominasi ekspor tuna 12,94 persen. Di posisi ketiga dari sektor industri dengan nilai ekspor 108,5 juta dollar atau 28,57 persen. *K17
Informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Provinsi Bali kerajinan terbanyak memberi kontribusi adalah kerajinan kayu dengan nilai 40,5 juta dollar (Rp 560 miliar) atau 10,70 persen.
Kerajinan furniture di posisi kedua dengan kontribusi 5,72 persen atau dengan nilai 21,6 juta dollar (Rp 302.400 miliar). Kerajinan perak 5,69 persen atau dengan nilai 21,5 juta dollar (Rp 310 miliar).
Kalangan perajin merasa lega dan bangga dengan kontribusi yang diberikan sektor kerajinan, diantaranya kerajinan kayu. Karena hal itu menunjukkan kerajinan kayu masih mampu mewarnai dan memberi arti bagi ekspor Bali, di tengah berbagai persoalan yang dihadapi perajin.
“Saat ini ada sedikit angin segar karena ada peningkatan permintaan kerajinan terkait dekorasi untuk Natal,” ujar I Dewa Gede Wirayudha, salah seorang perajin, Jumat (22/11).
Pria yang juga Sekretaris DPD Asosiasi Ekspotir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali menyatakan Amerika Serikat, tetapi menjadi pasar utama ekspor handicraft Bali. Disusul Uni Eropa, Australia dan Asia. “Pasar utamanya masih itu,” tunjuknya.
Sedangkan untuk trend, kerajinan hiasan rumah atau homedecore, diperkirakan Dewa Wirayudha masih menjadi trend. Termasuk kemungkinan trend pada tahun 2020. “Saya kira masih home decore,” ujarnya.
Sementara kontribusi terbesar kedua pendapatan dari ekspor Bali disumbangkan komoditas pertanian 30,93 persen atau 177 juta dollar yang didominasi ekspor tuna 12,94 persen. Di posisi ketiga dari sektor industri dengan nilai ekspor 108,5 juta dollar atau 28,57 persen. *K17
1
Komentar