Siswa SMPN 9 Juarai Kompetisi Coding Internasional
Putu Agus Restu Astika Ciptakan Aplikasi Solusi Ketahanan Pangan
Siswa Kelas IX SMP Negeri 9 Denpasar, I Putu Agus Restu Astika Putra, 14, mencatat prestasi aduhai dengan menjuarai kompetisi coding tingkat dunia bertajuk ‘WeCode International’ yang digelar di China, Minggu (24/11).
DENPASAR, NusaBali
Pertama kali mewakili Indonesia ke kompetisi tingkat dunia, siswa berusia 14 tahun ini langsung dinobatkan sebagai ‘Top Coder Expert’ di antara para pesaingnya dari berbagai negara. Putu Agus Restu Astika Putra berjaya berkat aplikasi buatannya menggunakan android bernama ‘SITANGAN’ (Solusi Ketahanan Pangan).
Saat dihubungi NusaBali melalui WhatsApp, Minggu petang, Putu Agus Restu Astika Putra mengaku sangat senang karena dinobatkan sebagai ‘Top Coder Expert’ dalam kompetisi coding tingkat dunia bertajuk ‘WeCode International’ di China. “Jadi, saya nanti pulang tidak dengan tangan kosong,” tutur siswa SMPN 9 Denpasar asal Banjar Sindhu Kelod, Desa Adat Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan ini, yang hingga tadi malam masih berada di China ini.
Menurut Agus Restu Astika, pengalaman kompetisi tingkat internasional pertama kalinya ini membuat dia tertantang dan wawasannya kian terbuka. Dia bersyukur bisa dapat gelar terbaik, mengingat rival-rivalnya dari nerara lain cukup berat, seperti asal Korea, Malaysia, Vietnam, Filiphina, Thailand, Singapura, dan tuan rumah China.
“Saat ikut lomba tingkat international ini, rasanya lebih menegangkan, karena lawannya dari luar negeri semua. Pesertanya juga ada yang sudah pernah berlaga di ajang yang sama tahun sebelumnya. Saya sempat merasa pesimis, tapi pikir saya yang penting sudah berusaha yang terbaik,” tutur siswa kelahiran Denpasar, 5 Maret 2005 ini.
Agus Restu Astika melanjutkan, rival-rivalnya juga menyajikan aplikasi yang tak kalah inovatif. Ada peserta lain membuat aplikasi yang menyajikan solusi seperti dirinya, ada pula yang dikemas berupa permainan (game). Agus Restu Astika sendiri membawakan aplikasi bernama ‘SITANGAN’ (Solusi Ketahanan Pangan), yang merupakan aplikasi berbasis android.
Berdasarkan penilaian dewan juri, yang membedakan aplikasi buatan Agus Restu Astika dengan peserta dari negara lainnya adalah segi kelengkapan fitur, konten, dan solusi yang diberikan.
Sebelum dibawa ke kometisi tingkat dunia di China, aplikasi ‘SITANGAN’ karya Agus Restu Astika ini sempat menjuarai kompetisi coding (cara membuat aplikasi melalui telepon pintar) bertajuk WeCode, di Jakarta, 19 Oktober 2019 lalu. Agus Restu Astika pun berhak mewakili Indonesia dalam lomba WeCode International di China, 24 November 2019. Dia menjadi siswa pertama yang mengharumkan nama SMPN 9 Denpasar ke tingkat internasional.
Menurut Agus Restu Astika, aplikasi ‘SITANGAN’ yang dibuatnya ini mengacu pada tema kompetisi WeCode 2019, yakni ‘Mencari Solusi Ketahanan Pangan’. Dalam lomba ini, peserta diberikan masalah pangan, di mana pada 2050 mendatang diperkirakan akan terjadi kekurangan jumlah makanan dibandingkan dengan jumlah populasi manusia.
Dalam aplikasi android SITANGAN karya Agus Restu Astika, ada tiga menu utama. Pertama, solusi cara pemanfaatan lahan yang terdiri dari materi sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kedua, memulihkan ekosistem yang terdiri dari materi daur ulang, reboisasi, dan penggunaan pupu organik. Ketiga, menu utama tentang indeks massa tubuh ideal (BMI Calculator) berupa perhitungan berat badan dan tinggi ideal dalam mencari tubuh ideal.
“Jadi, setiap materi itu ada penjelasannya. Misal, kita klik menu cara pemanfaatan lahan, maka akan muncul tiga materi, yakni sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kita klik lagi salah satu, misalnya sengkedan, akan muncul penjelasan dan cara-cara sengkedan. Selain penjelasan, saya juga masukkan link youtube yang sesuai dengan materi,” ujar anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Wayan Sam-ping Budi Astika dan Ida Ayu Sriyuni Mariatni ini.
Setelah jawara di ajang WeCode tingkat nasional, Agus Restu Astika kemudian terus menyempurnakan aplikasi ini sebelum ditampilkan di ajang internasional, yakni dengan menambah beberapa materi dan fitur. Misalnya, tentang cara membuat swales, cara membuat tumpangsari, tanaman apa yang bisa ditanam di dataran tinggi dan di dataran rendah.
Agus Restu Astika berharap aplikasi ‘SITANGAN’ buatannya dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. “Semoga dapat bermanfaat dan memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya mengenai ketahanan pangan,” tandas alumnus Home Schooling Primagama (tingkat SD) ini.
Sementara itu, guru pembina sekaligus yang mendampingi Agus Restu Astika ke China, I Ketut Nugraha Swadharma SE MM, mengaku bahagia bisa menghantarkan siswanya ikut lomba tingkat dunia buat pertama kalinya. “Saya bahagia, dari yang awalnya coba-coba ikutan, ternyata bisa menjadi yang terbaik,” ujar Ketut Nugraha saat dikonfirmasi terpisah, tadi malam.
Menurut Nugraha, Agus Restu Astika memiliki potensi dan kemampuan yang cukup besar di bidang IT. Hal yang paling unik dari Agus Restu Astika adalah mau menerima tantangan mengerjakan sesuatu yang baru dan belum pernah lakukan sebelumnya. Namun, untuk mengembangkan kemampuan sang anak, pembina juga memerlukan strategi khusus. “Tantangannya lumayan. Sebagai pembina, saya harus mampu mengatasi mental block agar potensi yang terpendam dapat dieksplore,” tandas Nugraha.*ind
Saat dihubungi NusaBali melalui WhatsApp, Minggu petang, Putu Agus Restu Astika Putra mengaku sangat senang karena dinobatkan sebagai ‘Top Coder Expert’ dalam kompetisi coding tingkat dunia bertajuk ‘WeCode International’ di China. “Jadi, saya nanti pulang tidak dengan tangan kosong,” tutur siswa SMPN 9 Denpasar asal Banjar Sindhu Kelod, Desa Adat Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan ini, yang hingga tadi malam masih berada di China ini.
Menurut Agus Restu Astika, pengalaman kompetisi tingkat internasional pertama kalinya ini membuat dia tertantang dan wawasannya kian terbuka. Dia bersyukur bisa dapat gelar terbaik, mengingat rival-rivalnya dari nerara lain cukup berat, seperti asal Korea, Malaysia, Vietnam, Filiphina, Thailand, Singapura, dan tuan rumah China.
“Saat ikut lomba tingkat international ini, rasanya lebih menegangkan, karena lawannya dari luar negeri semua. Pesertanya juga ada yang sudah pernah berlaga di ajang yang sama tahun sebelumnya. Saya sempat merasa pesimis, tapi pikir saya yang penting sudah berusaha yang terbaik,” tutur siswa kelahiran Denpasar, 5 Maret 2005 ini.
Agus Restu Astika melanjutkan, rival-rivalnya juga menyajikan aplikasi yang tak kalah inovatif. Ada peserta lain membuat aplikasi yang menyajikan solusi seperti dirinya, ada pula yang dikemas berupa permainan (game). Agus Restu Astika sendiri membawakan aplikasi bernama ‘SITANGAN’ (Solusi Ketahanan Pangan), yang merupakan aplikasi berbasis android.
Berdasarkan penilaian dewan juri, yang membedakan aplikasi buatan Agus Restu Astika dengan peserta dari negara lainnya adalah segi kelengkapan fitur, konten, dan solusi yang diberikan.
Sebelum dibawa ke kometisi tingkat dunia di China, aplikasi ‘SITANGAN’ karya Agus Restu Astika ini sempat menjuarai kompetisi coding (cara membuat aplikasi melalui telepon pintar) bertajuk WeCode, di Jakarta, 19 Oktober 2019 lalu. Agus Restu Astika pun berhak mewakili Indonesia dalam lomba WeCode International di China, 24 November 2019. Dia menjadi siswa pertama yang mengharumkan nama SMPN 9 Denpasar ke tingkat internasional.
Menurut Agus Restu Astika, aplikasi ‘SITANGAN’ yang dibuatnya ini mengacu pada tema kompetisi WeCode 2019, yakni ‘Mencari Solusi Ketahanan Pangan’. Dalam lomba ini, peserta diberikan masalah pangan, di mana pada 2050 mendatang diperkirakan akan terjadi kekurangan jumlah makanan dibandingkan dengan jumlah populasi manusia.
Dalam aplikasi android SITANGAN karya Agus Restu Astika, ada tiga menu utama. Pertama, solusi cara pemanfaatan lahan yang terdiri dari materi sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kedua, memulihkan ekosistem yang terdiri dari materi daur ulang, reboisasi, dan penggunaan pupu organik. Ketiga, menu utama tentang indeks massa tubuh ideal (BMI Calculator) berupa perhitungan berat badan dan tinggi ideal dalam mencari tubuh ideal.
“Jadi, setiap materi itu ada penjelasannya. Misal, kita klik menu cara pemanfaatan lahan, maka akan muncul tiga materi, yakni sengkedan, tumpang sari, dan tebang pilih. Kita klik lagi salah satu, misalnya sengkedan, akan muncul penjelasan dan cara-cara sengkedan. Selain penjelasan, saya juga masukkan link youtube yang sesuai dengan materi,” ujar anak sulung dari tiga bersaudara pasangan I Wayan Sam-ping Budi Astika dan Ida Ayu Sriyuni Mariatni ini.
Setelah jawara di ajang WeCode tingkat nasional, Agus Restu Astika kemudian terus menyempurnakan aplikasi ini sebelum ditampilkan di ajang internasional, yakni dengan menambah beberapa materi dan fitur. Misalnya, tentang cara membuat swales, cara membuat tumpangsari, tanaman apa yang bisa ditanam di dataran tinggi dan di dataran rendah.
Agus Restu Astika berharap aplikasi ‘SITANGAN’ buatannya dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. “Semoga dapat bermanfaat dan memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya mengenai ketahanan pangan,” tandas alumnus Home Schooling Primagama (tingkat SD) ini.
Sementara itu, guru pembina sekaligus yang mendampingi Agus Restu Astika ke China, I Ketut Nugraha Swadharma SE MM, mengaku bahagia bisa menghantarkan siswanya ikut lomba tingkat dunia buat pertama kalinya. “Saya bahagia, dari yang awalnya coba-coba ikutan, ternyata bisa menjadi yang terbaik,” ujar Ketut Nugraha saat dikonfirmasi terpisah, tadi malam.
Menurut Nugraha, Agus Restu Astika memiliki potensi dan kemampuan yang cukup besar di bidang IT. Hal yang paling unik dari Agus Restu Astika adalah mau menerima tantangan mengerjakan sesuatu yang baru dan belum pernah lakukan sebelumnya. Namun, untuk mengembangkan kemampuan sang anak, pembina juga memerlukan strategi khusus. “Tantangannya lumayan. Sebagai pembina, saya harus mampu mengatasi mental block agar potensi yang terpendam dapat dieksplore,” tandas Nugraha.*ind
1
Komentar