'Film Bali' Masuk Bioskop Akan Hadapi Berbagai Tantangan
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan wacana untuk mendorong film hasil garapan Industri Film Lokal di Bali agar lebih maksimal bisa ditayangkan pada bioskop-bioskop di Pulau Dewata.
Wacana tersebut disambut baik oleh para pelaku industri film di Bali, namun terkait ini mereka juga menyatakan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Edo Wulia, Direktur Minikino, organisasi yang secara reguler menyelenggarakan festival film pendek di Bali sekaligus Founder Mash Art House Cinema (bioskop mini), mengatakan pemilik bioskop, terutama bioskop besar berjejaring pada umumnya akan berorientasi pada bisnis (profit) dalam menjalankan bioskop.
Untuk mendapatkan profit tersebut, Edo mengatakan film dengan kualitas baik menjadi prasyarat utama. "Harus dua arah yang saling bersinergi. Dari bioskopnya membuka pintu, dari pekerja film di Bali pun harusnya punya tuntutan untuk meningkatkan kualitasnya," kata Edo Wulia saat dihubungi NusaBali, Senin (11/4).
Edo yang lebih banyak berkecimpung dalam industri film pendek ini mengungkapkan, untuk saat ini film pendek yang sudah diproduksi para sineas di Bali jumlahnya lebih banyak dibanding film panjang. Meskipun diakuinya secara kualitas film pendek di Bali masih bervariasi, ada yang cukup bagus, ada juga yang masih perlu diperbaiki.
Karena itu Edo memberikan masukan jika nantinya film produksi lokal di Bali jadi lebih didorong masuk bioskop. Dia mencontohkan apa yang pernah dilakukan di Eropa, film pendek bisa diputar sebelum film utama (film panjang) tayang. Sehingga keduanya nanti sama-sama bisa berkembang, sama-sama bisa mendatangkan penonton ke bioskop.
"Harus duduk bersama, termasuk melihat sejauh mana antusiasme masyarakat datang ke bioskop," sambungnya. Sementara itu, praktisi film lainnya di Bali, Maria Ekaristi, mengakui jika untuk masuk ke gedung bioskop, film karya industri film lokal di Bali mau tidak mau harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pihak bioskop.
Jika kebijakan Gubernur Bali terealisasi nantinya, tugas berikutnya nanti akan ada di pundak para pelaku industri film di Bali untuk menyodorkan film-film berkualitas kepada bioskop yang mampu menarik penonton di Bali.
Menurut Maria, film produksi sineas Bali sebenarnya beberapa kali telah tayang di bioskop jejaring besar yang ada di Bali. Namun untuk bisa sampai di sana, ada harga yang harus dibayar pihak pembuat film kepada bioskop. "Film maker harus 'membeli kursi' untuk memenuhi standar bioskop," ungkap Maria.
Terpisah Manajer Operasional Cinepolis Plaza Renon, Made Kristina, menuturkan beberapa film karya sineas di Bali sudah beberapa kali diputar di Cinepolis Plaza Renon. Namun, serupa dengan disebutkan Maria Ekaristi, para film maker memiliki perjanjian tertentu agar filmnya bisa diputar. Dengan kata lain, film yang tayang di bioskop adalah kebijakan manajemen bersama pihak pembuat film.
"Biasanya diputar kalau ada event tertentu, penonton yang datang adalah undangan," kata Kristina. Namun demikian, ada potensi yang dia lihat bisa digarap para sineas di Bali agar film mereka bisa masuk ke bioskop dan mendatangkan banyak penonton. Menurutnya genre horor sangat menarik minat penonton di Bali, terutama generasi muda.
Terkait jumlah penonton yang datang ke bioskop saat ini, Kristina menyebut seiring waktu semakin bertambah sejak penonton mulai kembali bisa datang di masa pandemi. Pada akhir pekan, ujarnya, bisa mencapai 100 orang per hari, sementara pada hari biasa rata-rata sekitar 20 orang per harinya. Sementara itu pada bioskop jaringan Cinema XXI di Bali tidak banyak memberi komentar.
Manajer Operasional Cinema XXI di Park 23 Tuban, Kuta, Juareza Bramanza, menyebut kebijakan film apa yang diputar di bioskop adalah wewenang manajemen pusat di Jakarta. Namun, menurut Juareza, di bioskopnya sejauh ini memang belum pernah memutar film hasil produksi industri film lokal di Bali. "Semuanya film Hollywood dan film nasional," ujar Juareza.
Untuk diketahui, Gubernur Bali, Wayan Koster sebelumnya menyatakan siap memperjuangkan industri film lokal Bali agar bisa ditayangkan secara totalitas di 56 bioskop yang ada di Pulau Dewata guna menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali sesuai konsep Ekonomi Kerthi Bali.
Gubernur Koster mengatakan, akan segera memanggil pengelola bioskop di Bali untuk membahas kebijakan pemutaran film lokal Bali di bioskop-bioskop yang ada di Bali. Dukungan tersebut disampaikan orang nomor satu di Pemprov Bali ini, setelah menerima aspirasi dari Komisi Film Bali saat acara penyerahan Penghargaan Filmmaker, Content Creator dan Penggiat Seni Audio Visual dalam Bali Digital Festival Tahun 2022 di Grand Inna Bali Beach, Sanur pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (9/4) malam. *cr78
Komentar