Bupati Prihatin Sekolah Swasta Minim Siswa Baru
Gede Dana mendirikan SMA Mahardika di Desa Datah, Kecamatan Abang pada tahun 2002 dengan menerima 50 hingga 60 siswa baru.
AMLAPURA, NusaBali
Bupati Karangasem I Gede Dana menghadiri pelantikan pengurus Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) SMA/SMK di aula SMA Parisadha, Jalan Ngurah Rai, Amlapura, Senin (18/7). Pengurus BMPS SMA/SMK swasta dilantik Ketua I Nyoman Putu Astawan. Momentum pelantikan Ketua BMPS SMA/SMK di Karangasem jadi ajang curhat para kasek sekolah swasta yang kesulitan merekrut siswa baru. Bupati Gede Dana mengaku prihatin atas nasib sekolah swasta yang setiap tahun minim mendapatkan siswa baru.
Menurut Bupati Gede Dana, pada tahun 1980-an, di Karangasem hanya ada dua SMA negeri. Seiring perkembangan zaman, pemerintah membangun SMA/SMK negeri di tiap kecamatan. Imbasnya, sekolah swasta tidak dapat siswa baru. “Selaku bupati, saya dilema dengan menurunnya jumlah siswa baru di sekolah swasta. Di satu sisi, orangtua siswa ngotot anaknya dapat sekolah negeri, sedangkan sekolah swasta tidak dapat siswa,” ungkap Bupati Gede Dana.
Bupati Gede Dana mengakui banyak sekolah swasta gulung tikar. Calon siswa baru berlomba-lomba mendapatkan SMA negeri dan SMK negeri. Sebaran sekolah negeri ada di tiap kecamatan. “Pada tahun 1980-an hanya ada dua SMA negeri di Amlapura, maka sekolah swasta sampai kelebihan siswa. Kini tiap kecamatan didirikan sekolah negeri. Saya prihatin. Sata berharap sekolah swasta mampu bersaing dengan sekolah negeri,” harap pendiri SMA Mahardika di Desa Datah, Kecamatan Abang ini.
Tahun 2002, Bupati Gede mendirikan SMA Mahardika di Desa Datah, Kecamatan Abang karena banyak siswa tamatan SMP tidak melanjutkan ke SMA. Alasannya, jarak sekolah jauh, biaya pendidikan mahal, perlu biaya kontrak rumah, dan lainnya. Awal berdiri SMA Mahardika mendapatkan 50-60 siswa baru. “Karena perkembangan zaman, SMA Mahardika kesulitan dapat siswa baru,” ungkap Ketua DPC PDIP Karangasem ini.
Sementara Kasek SMA PGRI Amlapura I Ketut Jelantik mengaku dapat 60 siswa yang dibagi 2 kelas. Ketut Jelantik juga menyoroti SMA negeri yang melebihi kapasitas dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023. Rencana awal di salah satu SMA negeri menerima 288 siswa, namun akhirnya menerima 433 siswa. “Siswa belajar di mana? Daya tampung sekolah hanya untuk 9 kelas siswa baru, kenyataannya menerima 13 kelas,” keluh Ketut Jelantik.
Ketut Jelantik juga menyebut di salah satu SMK negeri rencana awal menampung 384 siswa terbagi 12 kelas, kenyataannya menerima 602 siswa dibagi 17 kelas. “Bagaimana cara belajarnya, sampai sebanyak itu menerima siswa. Guru pengajar kewalahan dan ruang kelasnya terbatas,” ungkapnya. Sementara Ketua BMPS I Nyoman Putu Astawa yang juga Kasek SMK Saraswati Amlapura mengaku menerima pendaftaran 70 siswa, namun yang daftar ulang sebanyak 20 siswa. “Kami kehilangan banyak siswa, yang daftar ulang hanya 20 siswa,” ungkap Putu Astawa. Sementara Kasek SMK Widya Wisata Graha Amlapura Ni Nyoman Supadmi mengaku hanya dapat 30 siswa. *k16
Menurut Bupati Gede Dana, pada tahun 1980-an, di Karangasem hanya ada dua SMA negeri. Seiring perkembangan zaman, pemerintah membangun SMA/SMK negeri di tiap kecamatan. Imbasnya, sekolah swasta tidak dapat siswa baru. “Selaku bupati, saya dilema dengan menurunnya jumlah siswa baru di sekolah swasta. Di satu sisi, orangtua siswa ngotot anaknya dapat sekolah negeri, sedangkan sekolah swasta tidak dapat siswa,” ungkap Bupati Gede Dana.
Bupati Gede Dana mengakui banyak sekolah swasta gulung tikar. Calon siswa baru berlomba-lomba mendapatkan SMA negeri dan SMK negeri. Sebaran sekolah negeri ada di tiap kecamatan. “Pada tahun 1980-an hanya ada dua SMA negeri di Amlapura, maka sekolah swasta sampai kelebihan siswa. Kini tiap kecamatan didirikan sekolah negeri. Saya prihatin. Sata berharap sekolah swasta mampu bersaing dengan sekolah negeri,” harap pendiri SMA Mahardika di Desa Datah, Kecamatan Abang ini.
Tahun 2002, Bupati Gede mendirikan SMA Mahardika di Desa Datah, Kecamatan Abang karena banyak siswa tamatan SMP tidak melanjutkan ke SMA. Alasannya, jarak sekolah jauh, biaya pendidikan mahal, perlu biaya kontrak rumah, dan lainnya. Awal berdiri SMA Mahardika mendapatkan 50-60 siswa baru. “Karena perkembangan zaman, SMA Mahardika kesulitan dapat siswa baru,” ungkap Ketua DPC PDIP Karangasem ini.
Sementara Kasek SMA PGRI Amlapura I Ketut Jelantik mengaku dapat 60 siswa yang dibagi 2 kelas. Ketut Jelantik juga menyoroti SMA negeri yang melebihi kapasitas dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023. Rencana awal di salah satu SMA negeri menerima 288 siswa, namun akhirnya menerima 433 siswa. “Siswa belajar di mana? Daya tampung sekolah hanya untuk 9 kelas siswa baru, kenyataannya menerima 13 kelas,” keluh Ketut Jelantik.
Ketut Jelantik juga menyebut di salah satu SMK negeri rencana awal menampung 384 siswa terbagi 12 kelas, kenyataannya menerima 602 siswa dibagi 17 kelas. “Bagaimana cara belajarnya, sampai sebanyak itu menerima siswa. Guru pengajar kewalahan dan ruang kelasnya terbatas,” ungkapnya. Sementara Ketua BMPS I Nyoman Putu Astawa yang juga Kasek SMK Saraswati Amlapura mengaku menerima pendaftaran 70 siswa, namun yang daftar ulang sebanyak 20 siswa. “Kami kehilangan banyak siswa, yang daftar ulang hanya 20 siswa,” ungkap Putu Astawa. Sementara Kasek SMK Widya Wisata Graha Amlapura Ni Nyoman Supadmi mengaku hanya dapat 30 siswa. *k16
Komentar