Tak Perlu Panik, Monyet di Pura Uluwatu Bali Termasuk ‘Smart Monkey’
MANGUPURA, NusaBali.com – Tak lengkap rasanya jika datang ke Bali belum mengunjungi destinasi wisata Pura Luhur Uluwatu yang terletak di wilayah Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Pura Uluwatu ini terletak di ujung barat daya Pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut. Tak hanya itu daya tarik wisatawan pun muncul karena keberadaan monyet ekor panjang yang menghuni lingkungan sekitar Pura Uluwatu.
Monyet-monyet di sana tak bisa dibilang sebagai satwa liar nan nakal, melainkan lebih tepat disebut sebagai smart monkey.
“Dianggap smart monkey karena pintar, ketika barang-barang pengunjung diambil oleh monyet, tidak usah panik. Karena ketika kita berikan makanan pengganti, maka barang itu akan dikembalikan. Namun kalau ada cedera atau pengunjung tak sengaja dicakar, maka kami akan tanggung jawab berupa perawatan. Kalau terjadi sesuatu kami langsung bawa pengunjung ke UGD dengan mobil ambulans serta segala biaya akan kami tanggung,” ujar Manajer Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, I Wayan Wijana.
Di kawasan Pura Uluwatu, kata I Wayan Wijana, terdapat kurang lebih 650 ekor populasi monyet yang sudah dilakukan perawatan vaksin secara periodik selama 6 bulan sekali.
Kawanan monyet di kawasan Pura Uluwatu sudah mendapatkan sertifikat vaksin rabies. Bahkan perawatan gigi juga dilakukan dengan menggandeng Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Wisatawan pun diingatkan untuk selalu hati-hati. Sedangkan kepada para pemandu wisata, petugas, serta para pecalang yang bertugas juga ditugaskan untuk memberitahu para pengunjung agar tetap waspada.
Yang jelas setiap pengunjung dilarang memberikan makanan sembarang kepada monyet-monyet. Kalaupun ingin memberikan makanan kepada kawanan monyet harus dalam pengawasan pawang monyet yang ada di lokasi.
Aturan ini dimaksudkan agar monyet-monyet tersebut tidak terbiasa meminta makanan kepada pengunjung dan agar sampah tidak berserakan.
“Di sini tidak menjual makanan monyet, kami memang tiadakan hal itu karena sudah berikan pakan tiga kali sehari,” ujar I Wayan Wijana.
Adapun jumlah pawang di destinasi ini ada 15 orang yang bergantian bertugas memberikan pakan sesuai shift. Tetapi jumlah pawing bisa bertambah manakala ada kunjungan VIP di kawasan Pura Luhur Uluwatu.
Makanan-makanan monyet pura Uluwatu pun tidak hanya berasal dari pihak pengelola saja, melainkan banyaknya donatur yang juga berpartisipasi memberikan pakan monyet berupa pisang atau umbi-umbian.
Bahkan warga Bali yang sedang melakukan kegiatan upacara keagamaan di Pura Uluwatu atau daerah sekitar tak jarang memberikan buah-buahan hasil lungsurannya untuk dibawa ke Pura Uluwatu untuk dibagikan kepada para monyet.
“Ketika ada upacara di sekitar sini, kalau ada lungsuran yang tidak terpakai biasanya dibawa ke sini, dibungkus dan dibawakan untuk monyet-monyet kita. Budaya ini adalah budaya untuk saling menghormati saling menghargai hubungan manusia dengan lingkungan, salah satunya dengan hewan. Ini juga merupakan tanggung jawab kita bersama, kita punya pola seperti itu sehingga ada rasa memiliki,” tutur Wijana.
I Wayan Wijana pun berharap setiap pengunjung bisa mengikuti peraturan yang telah ditetapkan pihak pengelola seperti tidak memberi makan monyet sembarangan dan lainnya yang telah diimbau melalui pengumuman tertulis ataupun lisan.
Diingatkan juga apabila terjadi sesuatu, para pengunjung diharapkan tidak panik dan tetap menghubungi para petugas.
“Harapan kita yang namanya monyet atau satwa itu menempati lebih dahulu di sini daripada kita, karena di sini ada hutan. Kita harus maklum dan harus menyadari hal itu, sebagai sesuatu kekuatan saja, bahwa kelucuan mereka kita gunakan sebagai potensi. Namun kenakalan mereka kita anggap suatu hal yang tidak terlalu mengganggu,” pesan I Wayan Wijana. *ris
Komentar