Palinggih Terbuat dari Batu Sungai, Diyakini Sebagai Tempat Nunas Taksu
Menelusuri Keunikan Pura Batur Kaja Klembang di Desa Rejasa, Kecamatan Penebel, Tabanan
Sisi unik lainnya, seluruh pepohonan yang ada di areal pura tak boleh ditebang menggunakan senjata tajam. Bila hal itu dilanggar yang menebang bisa sakit.
TABANAN, NusaBali
Pura Batur Kaja Klembang di Banjar Klembang, Desa Rejasa, Kecamatan Penebel, Tabanan adalah satu dari puluhan pura di Tabanan yang memiliki keunikan dan penuh mistis. Terletak di kaki Gunung Batukaru seluruh palinggih di pura ini terbuat dari susunan batu sungai tanpa perekat. Konon menurut cerita pura ini awalnya dibangun dari bubuan (rumah semut). Karena bentuk palinggihnya yang khas dan asli tanpa adanya pemugaran, sehingga kemudian diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kabupaten. Selain itu, pura yang diempon kurang lebih 100 kepala keluarga (KK) ini sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali.
Sisi unik lainnya, seluruh pepohonan yang ada di areal pura tak boleh ditebang menggunakan senjata tajam. Bila hal itu dilanggar yang menebang bisa sakit. Pohon yang ada di sekitaran palinggih ini juga anehnya tak sampai tumbuh besar meskipun sudah bertahun-tahun ditanam.
Tak sulit mencari Pura Batur Kaja Klembang. Dari arah Kota Tabanan, kira-kira memerlukan waktu hanya 30 menit. Cukup mengikuti Jalan Batukaru ke utara arah menuju Pura Tamba Waras. Nah pas di pertigaan hanya belok ke kiri. Pamedek akan melewati jalan beton yang kondisinya cukup baik. Sekitar kurang lebih 200 meter dari pertigaan maka akan sampai di Pura Batur Kaja Klembang ini.
Bendesa Adat Klembang I Nengah Sudiarta didampingi Jero Mangku Gede Pura Batur Kaja Klembang I Nengah Sadia dan Juru Pelihara Pura I Gusti Komang Sudiarta mengatakan sejarah pasti Pura Batur Kaja Klembang ini tak ada yang mengetahui. Namun menurut ceritanya palinggih dibuat dari bubuan semut.
"Sejarah tertulisnya tidak ada, hanya dari mulut ke mulut saja dibuat dari bubuan semut kemudian dibuat menggunakan batu sungai tanpa perekat. Terbukti semutnya sampai sekarang masih ada. Kadang-kadang sampai memenuhi areal bangunan. Tapi semutnya ini tidak menggigit hanya lewat begitu saja," tuturnya Bendesa Nengah Sudiarta saat ditemui, Senin (6/2). Menurutnya meskipun palinggih ini dibuat menggunakan batu sungai tanpa perekat, tak sampai membuat palinggih ini ambruk. Bahkan ketika ada gempa pun palinggih masih dalam keadaan kokoh. "Kalau kita lihat secara kasat mata batunya itu kayak mudah lepas, tapi kalau disenggol ataupun ada getaran keras tak jatuh dan masih utuh," terangnya.
Dengan keunikan ini pun Pura Batur Kaja Klembang selalu dilestarikan. Apalagi sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya oleh BPCB Bali, karena palinggih belum sempat dilakukan pemugaran. Selain itu, keunikan mistis pura ini terletak pada pepohonan yang tumbuh di areal palinggih yang tak boleh ditebang menggunakan senjata tajam. Pohon yang tumbuh ini seluruhnya pohon upakara mulai dari pohon nagasari, kayu sugih, puring, hingga andong.
"Dulu pernah ada yang menebang menggunakan senjata. Namun usai menebang pamangku setempat sakit beserta keluarga. Semisal tumbuhan mengganggu bangunan hanya dibersihkan menggunakan tangan. Tapi sejak dulu tumbuhan tak sampai merambat, segitu saja tidak pernah sampai menjulang tinggi dan besar. Kalaupun ada pohon tumbuhnya besar, maka akan roboh sendiri," tambah Juru Pelihara Pura, Gusti Sudiarta.
Diterangkan, Pura Batur Klembang ini milik sekaa. Ada 100 KK pangempon tersebar di sejumlah desa di Tabanan. Pujawali dari Pura Batur Klembang ini jatuh pada Buda Umanis Tambir. Pujawali dilakukan sehari penuh. "Menariknya lagi, untuk upakara yang dihaturkan di pura, harus menggunakan babi hitam tidak boleh babi putih. Pernah menggunakan babi putih daging babinya ini remuk tak bisa diolah. Kami pernah melihat remuk sekali. Artinya setiap pujawali harus babi hitam," tegasnya.
Di Pura Batur Kaja Klembang ini terdapat 8 palinggih, yakni Palinggih Ratu Wayan Made, Palinggih Ratu Nyoman, Palinggih Puseh, Palinggih Tamba Waras, Palinggih Siwa Batukaru, Palinggih Jero Gede Batur atau palinggih utama, Palinggih Dalem dan Palinggih Ulun Suwi Muncak Sari.
Dari delapan palinggih ini dua palinggih memiliki fungsi unik dan mistis, yakni Palinggih Ratu Wayan Made dipercaya untuk nunas taksu agar mahir menjadi balian, maupun nunas taksu agar mahir dalam berkesenian. Kemudian Palinggih Ulun Suwi Muncak Sari ini dipercaya pangempon bila batu berbentuk segitiga bergeser maka akan terjadi kebrebehan (bencana) di lingkungan Pura.
"Pernah dulu batunya bergeser ternyata ada masalah tentang subak. Sementara untuk yang nunas taksu ini juga banyak krama dari luar nangkil," imbuh Jero Mangku Gede I Nengah Sadia. *des
Sisi unik lainnya, seluruh pepohonan yang ada di areal pura tak boleh ditebang menggunakan senjata tajam. Bila hal itu dilanggar yang menebang bisa sakit. Pohon yang ada di sekitaran palinggih ini juga anehnya tak sampai tumbuh besar meskipun sudah bertahun-tahun ditanam.
Tak sulit mencari Pura Batur Kaja Klembang. Dari arah Kota Tabanan, kira-kira memerlukan waktu hanya 30 menit. Cukup mengikuti Jalan Batukaru ke utara arah menuju Pura Tamba Waras. Nah pas di pertigaan hanya belok ke kiri. Pamedek akan melewati jalan beton yang kondisinya cukup baik. Sekitar kurang lebih 200 meter dari pertigaan maka akan sampai di Pura Batur Kaja Klembang ini.
Bendesa Adat Klembang I Nengah Sudiarta didampingi Jero Mangku Gede Pura Batur Kaja Klembang I Nengah Sadia dan Juru Pelihara Pura I Gusti Komang Sudiarta mengatakan sejarah pasti Pura Batur Kaja Klembang ini tak ada yang mengetahui. Namun menurut ceritanya palinggih dibuat dari bubuan semut.
"Sejarah tertulisnya tidak ada, hanya dari mulut ke mulut saja dibuat dari bubuan semut kemudian dibuat menggunakan batu sungai tanpa perekat. Terbukti semutnya sampai sekarang masih ada. Kadang-kadang sampai memenuhi areal bangunan. Tapi semutnya ini tidak menggigit hanya lewat begitu saja," tuturnya Bendesa Nengah Sudiarta saat ditemui, Senin (6/2). Menurutnya meskipun palinggih ini dibuat menggunakan batu sungai tanpa perekat, tak sampai membuat palinggih ini ambruk. Bahkan ketika ada gempa pun palinggih masih dalam keadaan kokoh. "Kalau kita lihat secara kasat mata batunya itu kayak mudah lepas, tapi kalau disenggol ataupun ada getaran keras tak jatuh dan masih utuh," terangnya.
Dengan keunikan ini pun Pura Batur Kaja Klembang selalu dilestarikan. Apalagi sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya oleh BPCB Bali, karena palinggih belum sempat dilakukan pemugaran. Selain itu, keunikan mistis pura ini terletak pada pepohonan yang tumbuh di areal palinggih yang tak boleh ditebang menggunakan senjata tajam. Pohon yang tumbuh ini seluruhnya pohon upakara mulai dari pohon nagasari, kayu sugih, puring, hingga andong.
"Dulu pernah ada yang menebang menggunakan senjata. Namun usai menebang pamangku setempat sakit beserta keluarga. Semisal tumbuhan mengganggu bangunan hanya dibersihkan menggunakan tangan. Tapi sejak dulu tumbuhan tak sampai merambat, segitu saja tidak pernah sampai menjulang tinggi dan besar. Kalaupun ada pohon tumbuhnya besar, maka akan roboh sendiri," tambah Juru Pelihara Pura, Gusti Sudiarta.
Diterangkan, Pura Batur Klembang ini milik sekaa. Ada 100 KK pangempon tersebar di sejumlah desa di Tabanan. Pujawali dari Pura Batur Klembang ini jatuh pada Buda Umanis Tambir. Pujawali dilakukan sehari penuh. "Menariknya lagi, untuk upakara yang dihaturkan di pura, harus menggunakan babi hitam tidak boleh babi putih. Pernah menggunakan babi putih daging babinya ini remuk tak bisa diolah. Kami pernah melihat remuk sekali. Artinya setiap pujawali harus babi hitam," tegasnya.
Di Pura Batur Kaja Klembang ini terdapat 8 palinggih, yakni Palinggih Ratu Wayan Made, Palinggih Ratu Nyoman, Palinggih Puseh, Palinggih Tamba Waras, Palinggih Siwa Batukaru, Palinggih Jero Gede Batur atau palinggih utama, Palinggih Dalem dan Palinggih Ulun Suwi Muncak Sari.
Dari delapan palinggih ini dua palinggih memiliki fungsi unik dan mistis, yakni Palinggih Ratu Wayan Made dipercaya untuk nunas taksu agar mahir menjadi balian, maupun nunas taksu agar mahir dalam berkesenian. Kemudian Palinggih Ulun Suwi Muncak Sari ini dipercaya pangempon bila batu berbentuk segitiga bergeser maka akan terjadi kebrebehan (bencana) di lingkungan Pura.
"Pernah dulu batunya bergeser ternyata ada masalah tentang subak. Sementara untuk yang nunas taksu ini juga banyak krama dari luar nangkil," imbuh Jero Mangku Gede I Nengah Sadia. *des
Komentar