Full Kayu! Banjar Batanbuah Abiansemal Bikin Ogoh-Ogoh Bayi Jumbo Jabang Tetuka
Ogoh-ogoh big size ini baru pertama kali digarap oleh Banjar Batanbuah. Sebab, merupakan bentuk ‘balas dendam’ setelah tiga tahun vakum tanpa pengarakan ogoh-ogoh. Oleh karena itu, tahun ini dibuat lebih jor-joran utamanya dari segi ukuran.
Wakil Bidang Kesenian ST Windhu Sari, I Made Wahyu Nugraha, 25, menuturkan bahwa secara dimensi Jabang Tetuka cukup tinggi yakni berada di kisaran 5-7 meter setelah rampung. Namun, yang menjadi daya tarik adalah tambunnya postur ogoh-ogoh bayi raksasa ini.
“Kami sudah tiga tahun vakum tidak menggarap ogoh-ogoh karena pandemi. Tahun ini kami memutuskan untuk membuat karya yang lebih ekstrem. Di luar itu memang, sosok Gatotkaca yang tangkas dan tangguh di segala medan menjadi harapan dari masa depan sekaa teruna ini,” jelas Wahyu ketika dijumpai di sela-sela penggarapan ogoh-ogoh pada Senin (6/2/2023) malam.
Ogoh-ogoh bayi Gatotkaca ini didesain dengan pose duduk menyilangkan kaki selayaknya posisi duduk bayi manusia. Lebar kanan-kiri dibuat 4 meter, namun jarak antara pantat bayi dan ujung kaki yang bersilangan adalah 6 meter. Jarak depan-belakang ini hampir menyaingi tingginya sendiri.
Alasan Jabang Tetuka dibuat terhitung tidak super jangkung adalah kriteria lomba yang membatasi tinggi ogoh-ogoh. Oleh karena itu, kesan big size-nya dibuat melingkar dengan look yang super tambun alias gembrot selayaknya bayi yang terlahir sehat dan perkasa. Alih-alih jumbonya ogoh-ogoh bayi Gatotkaca ini, semuanya dibuat penuh tanpa modul.
“Semua konstruksi kerangkanya dibuat menggunakan kayu. Jadi karena ini posenya duduk, tidak perlu aeng-aeng memakai besi yang mahal juga,” sebut Ekayasa yang akrab disapa Eka Uf ketika dijumpai pada kesempatan yang sama.
Meskipun pose duduk dinilai kurang ekstrem, kerangka tetap dibuat super kokoh dengan komponen empat tiang kayu berposisi dua di depan dan dua lagi di belakangnya. Awalnya, empat tiang ini sama-sama dibuat berdiri lantaran pose awal Jabang Tetuka adalah duduk dengan posisi tegap.
Namun, untuk alasan medan pengarakan yang banyak kabel rendah, posisi duduk tegap dibuat sedikit menunduk. Empat tiang yang sebelumnya berdiri, akhirnya dua tiang di bagian belakang dipotong dan dijadikan semacam canggah wang penarik stabilisasi dua tiang kerangka di depannya.
“Dalam posisi sedikit menunduk ini, beban pindah ke depan. Itu pun tidak semua anatomi kena kerangka. Hanya badan dan kaki yang berada di atas saja yang kena kerangka, sisanya murni anyaman bambu saja,” tutur Eka Uf.
Eka Uf dan dua rekannya yang lain adalah legenda penggarap ogoh-ogoh di Batanbuah sejak mereka masih aktif di sekaa teruna. Meskipun sudah berpengalaman menggarap ogoh-ogoh baik di dalam maupun di luar banjar, membuat ogoh-ogoh gembrot semacam ini sangat sulit baginya. Sebab, untuk membuat bentuk tubuh yang proporsional dengan dimensi raksasa sangat menyulitkan.
Walaupun demikian, yang menjadi tantangan terberat nantinya adalah membuat tapel Jabang Tetuka. Sebab, membuat anatomi wajah bayi yang benar-benar terlihat seperti bayi sangat sulit dan tingkat kegagalannya cukup tinggi apabila dilihat dari ogoh-ogoh bayi yang sudah pernah ada.
Ketika rampung, Jabang Tetuka akan tampil tanpa podium atau panggung. Sebab, panggungnya sendiri sudah ‘tertelan’ pantat sang putra Bima. Oleh karena itu, dua kaki yang bersilangan di depan badan bayi Gatotkaca ini juga berada di luar panggung alias menyentuh sanan.
Untuk finishing-nya, kata Wahyu selaku Wakil Bidang Kesenian, akan dibuat seimbang antara ornamen dan penonjolan anatominya. Jabang Tetuka bakal digambarkan menggunakan mahkota bertanduk, gelang lengan, gelang kana, kamen, dan gelang kaki. Terdapat juga kalung ciri khas bayi Gatotkaca.
ST Windhu Sari sejauh ini sudah menganyam lebih dari 2.000 sebit bambu untuk ditempel ke kerangka ogoh-ogoh. Diperkirakan berat ogoh-ogoh ini setelah rampung mencapai 500 kilogram. Wahyu mengaku pengurus ST Windhu Sari sudah menyiapkan dana sebesar Rp 40 juta dengan antisipasi pembengkakan dana hingga Rp 60 juta.
Ogoh-ogoh Jabang Tetuka ini sendiri mengambil inspirasi cerita dari kisah kelahiran bayi sakti Gatotkaca dan kegaduhan alam dewata yang diobrak-abrik pasukan Prabu Pracona dan Patih Sakipu. Secara spesifik ada adegan pemotongan tali pusar putra sakti mandraguna sang Bima ini menggunakan sarung senjata Kuntawijayadanu.
Sarung senjata yang berhasil memotong tali pusar putra kesayangan Dewi Arimbi ini lantas tersedot ke dalam pusar Jabang Tetuka. Adegan inilah, kata Wahyu, bakal digambarkan oleh ogoh-ogoh karya ST Windhu Sari ini. Sebabnya, bakal ada figur sarung senjata menusuk pusar Jabang Tetuka.
“Mengingat ini jumbo, tanpa panggung, dan gapuran bale banjar juga jalan tidak terlalu lebar, sesepuh kami menyarankan agar sanannya dibuat memanjang ke depan tanpa sanan samping. Jadi kemungkinan, sanan di belakang pantat dibuat 2 meter sedangkan di depannya dibuat 7 meter,” tutur Wahyu.
Porsi sanan ke depan dibuat lebih panjang sebab ada kaki Jabang Tetuka yang panjang ke depan. Selain itu, titik beban ogoh-ogoh juga berapa di depan lantaran pose menunduknya itu.
Wahyu berharap ogoh-ogoh jumbo yang baru pertama kali dibuat oleh banjarnya ini berhasil rampung sebelum tanggal 1 Maret 2023. Sebab, masa penjurian lomba ogoh-ogoh di Kecamatan Abiansemal dimulai saat itu. Dengan demikian, ogoh-ogoh yang biasa dikerjakan oleh 20-an orang ini bisa memeroleh hasil yang memuaskan. *rat
Komentar