TPA Suwung Tutup Bertahap Mulai Maret
Saat Ini Masih Terima Kiriman Sampah hingga 1.200 Ton Sehari
Terkait masa depan TPA Suwung setelah dilakukan penutupan total, saat ini sedang dilakukan kajian oleh tim dari Bappenas dan Kemenko Marves.
DENPASAR, NusaBali
Sejalan dengan akan beroperasinya tiga TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di Kota Denpasar, pihak Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali akan menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung di Desa Suwung Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar secara bertahap. Penutupan akan dimulai pada bulan Maret tahun ini.
"Arahan pimpinan kami (Gubernur Bali, Red) akan ditutup, ini teman-teman sedang bersiap. Maret ini harus sudah kita lakukan. Sekarang kita dorong teman-teman di TPST Kota Denpasar untuk secara maksimal menyelesaikan prosesnya sehingga bisa beroperasi benar," ujar Kadis KLH Provinsi Bali, I Made Teja saat ditemui di kantornya, Jalan DI Panjaitan, Niti Mandala, Denpasar, Rabu (22/2).
Dikatakan, koordinasi akan terus dilakukan dengan pihak kabupaten/kota khususnya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung mengenai kesiapan mereka mengolah sampah secara penuh melalui fasilitas TPS3R maupun TPST.
Made Teja menambahkan, untuk mendukung beroperasinya TPST di Kota Denpasar maupun di Kabupaten Badung masyarakat diharapkan disiplin dalam menerapkan pemilahan sampah dari sumbernya (rumah tangga), seturut dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
Dia mengajak seluruh pihak mulai dari tingkat banjar dan desa terus mengingatkan masyarakatnya memilah sampah sebelum dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) atau TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle). Pun, Teja mendukung edukasi terkait pemilahan sampah menyasar generasi muda dan dilakukan di sekolah-sekolah.
"Kalau belum jalan maksimal pasti. Ini perlu penyadaran termasuk kita-kita sendiri rumah tangga," tambahnya. "Jadi diharapkan, nanti minimal 60 persen sampah itu dikelola di TPS3R sisanya itu baru bisa masuk TPST. Itulah harapan kita semua supaya semua bisa bergerak," kata Teja. Terkait masa depan TPA Suwung nantinya setelah ditutup total, Teja menyatakan saat ini sudah dilakukan kajian oleh pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves).
"Kita masih minta tolong kajian dari Bappenas maupun Kemenko Marves. Sedang dikaji, akan dilihat seperti apa maunya ke depan. Paling tidak untuk ruang hijau perlu penataan lebih lanjut supaya lebih cantik," sebut Teja. Teja mengatakan saat ini TPA Suwung masih bisa menerima kiriman sampah hingga 1.200 ton setiap harinya. Namun demikian disebabkan sejumlah kendala, antrean truk yang membawa sampah ke TPA Suwung tidak dapat dihindari.
Salah satu penyebab yang menjadi kendala adalah rusaknya ekskavator sebagai alat pengangkut sampah di TPA Suwung. Ada empat ekskavator yang silih berganti rusak mengakibatkan pengaturan sampah tidak berjalan maksimal. Pun dengan kondisi hujan yang kerap terjadi belakangan mengakibatkan gundukan sampah yang mencapai ketinggian 30 meter menjadi licin dan membatasi gerak eskavator. "Karena harus kita buat jalan dulu ngasahin biar tempatnya rapi apalagi tempatnya tinggi. Harus sabar semua kalau nggak sabar ya gimana," keluh Teja. *cr78
"Arahan pimpinan kami (Gubernur Bali, Red) akan ditutup, ini teman-teman sedang bersiap. Maret ini harus sudah kita lakukan. Sekarang kita dorong teman-teman di TPST Kota Denpasar untuk secara maksimal menyelesaikan prosesnya sehingga bisa beroperasi benar," ujar Kadis KLH Provinsi Bali, I Made Teja saat ditemui di kantornya, Jalan DI Panjaitan, Niti Mandala, Denpasar, Rabu (22/2).
Dikatakan, koordinasi akan terus dilakukan dengan pihak kabupaten/kota khususnya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung mengenai kesiapan mereka mengolah sampah secara penuh melalui fasilitas TPS3R maupun TPST.
Made Teja menambahkan, untuk mendukung beroperasinya TPST di Kota Denpasar maupun di Kabupaten Badung masyarakat diharapkan disiplin dalam menerapkan pemilahan sampah dari sumbernya (rumah tangga), seturut dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
Dia mengajak seluruh pihak mulai dari tingkat banjar dan desa terus mengingatkan masyarakatnya memilah sampah sebelum dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) atau TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle). Pun, Teja mendukung edukasi terkait pemilahan sampah menyasar generasi muda dan dilakukan di sekolah-sekolah.
"Kalau belum jalan maksimal pasti. Ini perlu penyadaran termasuk kita-kita sendiri rumah tangga," tambahnya. "Jadi diharapkan, nanti minimal 60 persen sampah itu dikelola di TPS3R sisanya itu baru bisa masuk TPST. Itulah harapan kita semua supaya semua bisa bergerak," kata Teja. Terkait masa depan TPA Suwung nantinya setelah ditutup total, Teja menyatakan saat ini sudah dilakukan kajian oleh pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves).
"Kita masih minta tolong kajian dari Bappenas maupun Kemenko Marves. Sedang dikaji, akan dilihat seperti apa maunya ke depan. Paling tidak untuk ruang hijau perlu penataan lebih lanjut supaya lebih cantik," sebut Teja. Teja mengatakan saat ini TPA Suwung masih bisa menerima kiriman sampah hingga 1.200 ton setiap harinya. Namun demikian disebabkan sejumlah kendala, antrean truk yang membawa sampah ke TPA Suwung tidak dapat dihindari.
Salah satu penyebab yang menjadi kendala adalah rusaknya ekskavator sebagai alat pengangkut sampah di TPA Suwung. Ada empat ekskavator yang silih berganti rusak mengakibatkan pengaturan sampah tidak berjalan maksimal. Pun dengan kondisi hujan yang kerap terjadi belakangan mengakibatkan gundukan sampah yang mencapai ketinggian 30 meter menjadi licin dan membatasi gerak eskavator. "Karena harus kita buat jalan dulu ngasahin biar tempatnya rapi apalagi tempatnya tinggi. Harus sabar semua kalau nggak sabar ya gimana," keluh Teja. *cr78
Komentar