Karya Pura Puseh Desa Adat Tiga Batubulan
Tiga Hari Beruntun Berlangsung Peed
GIANYAR, NusaBali
Karya Padudusan Alit Mupuk Padagingan lan Rsi Gana digelar di Pura Puseh Desa Adat Tiga Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar pada Rahina Purnama Kadasa, Buda Umanis Prangbakat, Rabu (5/4).
Karya berlangsung sampai Saniscara Wage, Sabtu (8/4). Selama karya, tiga hari beruntun setiap sore krama melangsungkan prosesi Peed. Bendesa Adat Tegaltamu, I Nyoman Sudarta, 58, didampingi Bendesa Adat Jro Kuta I Made Suranata dan Bendesa Adat Delod Dlodtukad I Ketut Birawan menjelaskan, Pura Puseh ini cukup unik. "Diempon oleh tiga desa adat sehingga disebut Pura Puseh Desa Adat Tiga. Di antaranya Dlodtukad, Jro Kuta, dan Tegaltamu. Masing-masing desa adat ini hanya memiliki Pura Desa, Pura Bale Agung dan Pura Dalem. Pura Pusehnya cuma satu diempon bersama," terang Sudarta, Jumat (7/4).
Terkait Karya Padudusan Alit ini digelar setelah karya terakhir Tahun 1949. "Menurut cerita panglingsir kami, karya pertama Tahun 1949. Setelah itu belum ada, baru kali ini digelar kembali Padudusan Alit. Hampir sudah dua generasi," jelasnya.
Rangkaian karya, ada peed dari masing-masing desa adat. Diawali pada Umanis Karya, Kamis (6/4) oleh Desa Adat Dlodtukad. Iringan peed terdiri dari Lelontekan, Umbul-umbul, Canang Rebong, Banten Pulegembal, Pereman dan lain sebagainya diiringi remaja berhias khas Bali. "Paling ujung ada arakan sate tegeh," jelasnya. Rute yang ditempuh dari desa adat masing-masing menuju Pura Puseh dengan berjalan kaki. "Peed mapayas ini dan kemeriahan iringan merupakan wujud rasa bhakti krama," terang Sudarta.
Sate tungguh yang diusung oleh krama lanang merupakan simbol Ista Dewata. Tingginya bervariasi maupun kreatifitasnya. "Terakhir Desa Adat Tegal tamu. Peed mapayas, tidak ada batas usia. Sate tungguhnya setinggi 6 meter lebih," jelas Sudarta.
Pura Puseh Batubulan merupakan salah satu situs peninggalan sejarah purbakala. Bagian yang bernilai sejarah adalah Kori Agung Pura yang diyakini ada kombinasi arsitektur tradisi Bali dan Candi Borobudur. "Kori Agung ini memang jadi ikon pura. Selain itu ada patung atau arca Gajah yang diyakini sebagai kekuatan terbesar dalam pasukan," jelasnya. Dari ciri khas Pura Puseh ini pula menjadi daya tarik bagi wisatawan. "Salah satu daya tarik pariwisata, turis setelah nonton barong biasanya langsung foto-foto," imbuh Sudarta. *nvi
1
Komentar