Teropong Niskala, Nelayan Tenggelam Sudah Meninggal
AMLAPURA, NusaBali - Berdasarkan hasil teropong secara niskala, nelayan I Made Kasih,58, dari Banjar/Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, yang hilang di perairan Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Minggu (5/11), dinyatakan meninggal. Namun, belum dipastikan dimana posisi mayat nelayan tersebut.
"Saya berkoordinasi dengan keluarga korban dan telah ngawacakang (mohon petunjuk niskala). Hasilnya, nelayan tersebut dinyatakan telah meninggal dan kondisinya mengambang. Hanya saja posisinya nelayan itu masih misterius," jelas Kelian Banjar Bunutan I Wayan Wingan, kepada NusaBali di Pantai Banjar/Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, Senin (6/11).
Sementara itu, petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem di bawah koordinasi I Gusti Ngurah Eka Widnyana, melakukan pencarian korban pada hari kedua, di perairan Desa Bunutan, Kecamatan Abang. Namun hasilnya nihil.
Nelayan yang hilang itu, diduga terpelanting saat bentangkan bidak, hendak menuju ke pantai sepulang menangkap ikan. Nelayan lain yang melaut saat itu hanya menemukan jukung tanpa awak, dan para nelayan mengenali pemilik jukung itu. "Kami kembali melakukan pencarian di hari kedua, cuaca cerah, angin berhembus ke arah selatan, hanya saja belum menemukan jejak-jejak korban," jelas Ngurah Eka.
Nelayan ini dipastikan hilang berawal dari temuan saksi I Made Soro, menemukan jukung tanpa awak. Dia kemudian mengabarkan melalui media sosial. Lanjut, nelayan lain, I Made Yasa, 48, dari Banjar Lebah, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, dan I Komang Sudarma, 39, dari Banjar/Desa Bunutan, mendekati lokasi kejadian.
Jukung yang berisi mesin tempel merk Yahama kekuatan 15 PK, dievakuasi oleh nelayan I Made Mertayasa ke darat. Atas kejadian itu Kelian Banjar Bunutan I Wayan Wingan, melapor ke Perbekel Bunutan I Made Suparwata, kemudian I Made Suparwata melaporkan ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem. Turut melakukan pencarian empat putra korban, I Komang Sudarma, I Komang Sutama, I Kadek Sudirta dan I Kadek Gita.
Ngurah Eka mengatakan rubber boat milik Pos Pencarian dan Pertolongan yang dioperasikan, tidak berani jauh-jauh. Karena tidak ada mesin cadangan. "Rubber boat itu hanya memiliki satu mesin berkekuatan 85 PK. Jika mesin itu mati di tengah laut, sulit mendarat. Sebab, tidak ada mesin cadangan, makanya operasinya yang dekat-dekat pantai," jelasnya.7k16
Komentar