Program Merdeka Belajar Berdampak Positif bagi Guru-guru di Bali
DENPASAR, NusaBali - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui kebijakan Merdeka Belajar telah menjalankan program-program yang berdampak pada guru-guru Indonesia.
Program-program Merdeka Belajar juga terbukti berdampak bagi guru-guru di Provinsi Bali yang berbagi kisah tentang capaian program Guru Penggerak, pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar, dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Saat ini dengan hadirnya Kurikulum Merdeka, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal tersebut diakui oleh I Nengah Asrama Juta Ningrat, guru Pendidikan Agama di SMPN 1 Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Guru yang akrab disapa Juta itu juga aktif menggunakan Platform Merdeka Mengajar untuk meningkatkan kompetensi dan mencari ide-ide kreatif dalam pembelajaran.
Bagi Juta, Platform Merdeka Mengajar mempermudah guru untuk mengajar sesuai dengan kemampuan murid (pembelajaran berdiferensiasi), memperoleh pelatihan, serta berbagi karya untuk saling menginspirasi sesama guru. Dia melihat Platform Merdeka Mengajar bisa menjadi sahabat belajar bagi para guru sekaligus memberikan inspirasi kepada guru-guru di seluruh Indonesia.
Juta yang merupakan lulusan Guru Penggerak angkatan 3 itu kerap memanfaatkan beragam fitur yang tersedia di Platform Merdeka Mengajar dan berbagi praktik baik dalam komunitas belajar. “Kebetulan saya juga sebagai tim penyusun Kurikulum Merdeka juga, dalam hal ini penyusun capaian pembelajaran sehingga komunitas-komunitas juga menunggu informasi dari kita baik secara daring ataupun luring. Kalau kita mengadakan daring, peserta juga sampai 200-300 peserta. Nah, di sana terlihat teman-teman tertarik dengan beberapa hal, misalnya penyusunan perangkat pembelajaran,” tuturnya di SMPN 1 Bangli, Senin (4/12) seperti dikutip dari laman kemdikbud.go.id.
Menurutnya, saat ini masih banyak guru yang terkendala dengan perangkat ajar, terutama di awal implementasi Kurikulum Merdeka karena belum mampu mengoptimalkan Platform Merdeka Mengajar. Namun, setelah diberikan pendampingan dalam komunitas belajar di platform tersebut, hasilnya sangat luar biasa.
Dampak kebijakan Merdeka Belajar juga dirasakan oleh Kepala SDN 8 Peguyangan, Denpasar, Ketut Gede Artayasa, yang merupakan lulusan Guru Penggerak. Dia mengatakan bahwa banyak hal yang didapatnya dari pelatihan Guru Penggerak, mulai dari dari cara guru menangani siswa, hingga mendesain metode pembelajaran yang mampu mengetahui minat dan bakat siswa.
Saat masih menyelesaikan modul terakhir dalam pelatihan Guru Penggerak, Ketut mengaku mendapatkan panggilan dan ditugaskan untuk menjadi pelaksana tugas (plt) kepala sekolah di sebuah sekolah dasar, karena kepala sekolahnya telah pensiun telah pensiun. Tidak lama setelah itu, Artayasa lalu diangkat menjadi kepala sekolah di SDN 8 Peguyangan, Denpasar Utara.
Proses pengangkatan Guru Penggerak menjadi kepala sekolah memang lebih terbuka lebar. Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, disebutkan bahwa salah satu syarat yang wajib dipenuhi oleh guru untuk dapat diangkat jadi kepala sekolah yaitu dimilikinya sertifikat guru penggerak. Bahkan, di sejumlah daerah, waktu tunggu mereka untuk bisa diangkat menjadi kepala sekolah pun tak butuh waktu lama.
Artayasa menuturkan, Pemerintah Provinsi Bali hingga terus memberikan dukungan kepada para Guru Penggerak dan mendukung terbitnya permendikbudristek tersebut. “Ditambah lagi dukungan lainnya dari pemda itu adalah guru penggerak yang diangkat menjadi kepsek dapat mengikuti tes untuk perubahan jabatan menjadi pengawas. Jadi ada juga yang baru beberapa bulan sudah ada yang lolos menjadi pengawas,” ujarnya di SDN 8 Peguyangan, Selasa (5/12).
Selain Platform Merdeka Mengajar dan Guru Penggerak, Kemendikbudristek juga melanjutkan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG merupakan pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik dengan persyaratan keahlian khusus dalam menjadi guru. Program Pendidikan Profesi Guru dilaksanakan selama dua semester yang terdiri dari perkuliahan, praktik kerja lapangan, proyek kepemimpinan, dan pendampingan.
Ketut Sudiarsa, tenaga kependidikan di SMA Negeri Bali Mandara, Kabupaten Buleleng, adalah salah satu peserta program PPG tahun 2022. Meskipun dia merupakan sarjana pendidikan, Sudiarsa belum pernah merasakan menjadi guru dan mengajar di dalam kelas. Selama hampir sepuluh tahun sejak kelulusannya sebagai sarjana pendidikan, Sudiarsa menjalani pekerjaan sebagai tenaga administrasi keuangan di SMAN Bali Mandara dengan status pegawai kontrak. Namun panggilan jiwa sebagai seorang guru terus hadir dalam diri Ketut hingga ia memutuskan untuk mendaftar sebagai peserta PPG.
“Saya melihat istri saya yang seorang guru, dinamikanya sangat asyik, apalagi dia ikut program Calon Guru Penggerak dan Calon Pengajar Praktik. Saya ingin ikut merasakan dinamika guru yang sekarang,” tuturnya di SMAN Bali Mandara, Rabu (6/12).
Pada September 2022, Sudiarsa yang merupakan lulusan sarjana pendidikan jurusan ekonomi itu dinyatakan lulus sebagai peserta PPG. Dia lalu emngikuti PPG di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksa). Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang pertama kali dilakukannya adalah mengajar di SMAN 1 Singaraja. Kemudian mengikuti PPL kedua di SMAN 4 Singaraja. Pengalamannya sebagai lulusan PPG itu lalu meneguhkan keyakinannya untuk mengikuti seleksi Ikut seleksi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) untuk guru di Kabupaten Buleleng. 7
Saat ini dengan hadirnya Kurikulum Merdeka, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal tersebut diakui oleh I Nengah Asrama Juta Ningrat, guru Pendidikan Agama di SMPN 1 Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Guru yang akrab disapa Juta itu juga aktif menggunakan Platform Merdeka Mengajar untuk meningkatkan kompetensi dan mencari ide-ide kreatif dalam pembelajaran.
Bagi Juta, Platform Merdeka Mengajar mempermudah guru untuk mengajar sesuai dengan kemampuan murid (pembelajaran berdiferensiasi), memperoleh pelatihan, serta berbagi karya untuk saling menginspirasi sesama guru. Dia melihat Platform Merdeka Mengajar bisa menjadi sahabat belajar bagi para guru sekaligus memberikan inspirasi kepada guru-guru di seluruh Indonesia.
Juta yang merupakan lulusan Guru Penggerak angkatan 3 itu kerap memanfaatkan beragam fitur yang tersedia di Platform Merdeka Mengajar dan berbagi praktik baik dalam komunitas belajar. “Kebetulan saya juga sebagai tim penyusun Kurikulum Merdeka juga, dalam hal ini penyusun capaian pembelajaran sehingga komunitas-komunitas juga menunggu informasi dari kita baik secara daring ataupun luring. Kalau kita mengadakan daring, peserta juga sampai 200-300 peserta. Nah, di sana terlihat teman-teman tertarik dengan beberapa hal, misalnya penyusunan perangkat pembelajaran,” tuturnya di SMPN 1 Bangli, Senin (4/12) seperti dikutip dari laman kemdikbud.go.id.
Menurutnya, saat ini masih banyak guru yang terkendala dengan perangkat ajar, terutama di awal implementasi Kurikulum Merdeka karena belum mampu mengoptimalkan Platform Merdeka Mengajar. Namun, setelah diberikan pendampingan dalam komunitas belajar di platform tersebut, hasilnya sangat luar biasa.
Dampak kebijakan Merdeka Belajar juga dirasakan oleh Kepala SDN 8 Peguyangan, Denpasar, Ketut Gede Artayasa, yang merupakan lulusan Guru Penggerak. Dia mengatakan bahwa banyak hal yang didapatnya dari pelatihan Guru Penggerak, mulai dari dari cara guru menangani siswa, hingga mendesain metode pembelajaran yang mampu mengetahui minat dan bakat siswa.
Saat masih menyelesaikan modul terakhir dalam pelatihan Guru Penggerak, Ketut mengaku mendapatkan panggilan dan ditugaskan untuk menjadi pelaksana tugas (plt) kepala sekolah di sebuah sekolah dasar, karena kepala sekolahnya telah pensiun telah pensiun. Tidak lama setelah itu, Artayasa lalu diangkat menjadi kepala sekolah di SDN 8 Peguyangan, Denpasar Utara.
Proses pengangkatan Guru Penggerak menjadi kepala sekolah memang lebih terbuka lebar. Berdasarkan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, disebutkan bahwa salah satu syarat yang wajib dipenuhi oleh guru untuk dapat diangkat jadi kepala sekolah yaitu dimilikinya sertifikat guru penggerak. Bahkan, di sejumlah daerah, waktu tunggu mereka untuk bisa diangkat menjadi kepala sekolah pun tak butuh waktu lama.
Artayasa menuturkan, Pemerintah Provinsi Bali hingga terus memberikan dukungan kepada para Guru Penggerak dan mendukung terbitnya permendikbudristek tersebut. “Ditambah lagi dukungan lainnya dari pemda itu adalah guru penggerak yang diangkat menjadi kepsek dapat mengikuti tes untuk perubahan jabatan menjadi pengawas. Jadi ada juga yang baru beberapa bulan sudah ada yang lolos menjadi pengawas,” ujarnya di SDN 8 Peguyangan, Selasa (5/12).
Selain Platform Merdeka Mengajar dan Guru Penggerak, Kemendikbudristek juga melanjutkan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG merupakan pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik dengan persyaratan keahlian khusus dalam menjadi guru. Program Pendidikan Profesi Guru dilaksanakan selama dua semester yang terdiri dari perkuliahan, praktik kerja lapangan, proyek kepemimpinan, dan pendampingan.
Ketut Sudiarsa, tenaga kependidikan di SMA Negeri Bali Mandara, Kabupaten Buleleng, adalah salah satu peserta program PPG tahun 2022. Meskipun dia merupakan sarjana pendidikan, Sudiarsa belum pernah merasakan menjadi guru dan mengajar di dalam kelas. Selama hampir sepuluh tahun sejak kelulusannya sebagai sarjana pendidikan, Sudiarsa menjalani pekerjaan sebagai tenaga administrasi keuangan di SMAN Bali Mandara dengan status pegawai kontrak. Namun panggilan jiwa sebagai seorang guru terus hadir dalam diri Ketut hingga ia memutuskan untuk mendaftar sebagai peserta PPG.
“Saya melihat istri saya yang seorang guru, dinamikanya sangat asyik, apalagi dia ikut program Calon Guru Penggerak dan Calon Pengajar Praktik. Saya ingin ikut merasakan dinamika guru yang sekarang,” tuturnya di SMAN Bali Mandara, Rabu (6/12).
Pada September 2022, Sudiarsa yang merupakan lulusan sarjana pendidikan jurusan ekonomi itu dinyatakan lulus sebagai peserta PPG. Dia lalu emngikuti PPG di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksa). Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang pertama kali dilakukannya adalah mengajar di SMAN 1 Singaraja. Kemudian mengikuti PPL kedua di SMAN 4 Singaraja. Pengalamannya sebagai lulusan PPG itu lalu meneguhkan keyakinannya untuk mengikuti seleksi Ikut seleksi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) untuk guru di Kabupaten Buleleng. 7
Komentar