ST Dharma Subhiksa Punya ‘Cepaka Gadang’, Shanti Yowana Luncurkan ‘Belahanjong’
ST Dharma Subhiksa
Cepaka Gadang
Shanti Yowana
Belahanjong
Ogoh-ogoh
Yang Batu Kangin
Sekaa Teruna (ST)
Pangerupukan
Rahina Nyepi
DENPASAR, NusaBali - Para Sekaa Teruna (ST) di Denpasar sudah siap mengarak karya ogoh-ogoh pada malam pangerupukan menyambut Rahina Nyepi Caka 1946, pada Redite Umanis Langkir, Minggu (11/3) mendatang.
Dharma Subhiksa, Banjar Sasih, Kelurahan Panjar, Kecamatan Denpasar, mempersembahkan ogoh-ogoh unik bertema ‘Cepaka Gadang’ yang diambil dari cerita Lontar Cempaka Wilis, karya Ida Bagus Nyoman Rai dari Griya Banjarangkan, Klungkung. Sementara ST Shanti Yowana, Banjar Yangbatu Kangin, siapkan ogoh-ogoh berjudul ‘Belahanjong’ yang berarti Pecahan Perahu.
Anggota STT Dharma Subhiksa Banjar Sasih, sekaligus Ketua Panitia pembuatan ogoh-ogoh, Made Ade Kartana, 28, mengatakan bahwa konsep ogoh-ogoh dari cerita Lontar Cempaka Wilis ini menggambarkan manusia berkepala binatang menyerang Dewi Ratna. Ada beberapa karakter binatang yang diambil kemudian dituangkan dalam seni ogoh-ogoh. Unsur binatang yakni kepala babi, burung, singa dan kambing serta ayam. Yang menarik, bahan-bahan untuk membuat ogoh-ogoh ini adalah bahan-bahan ramah lingkungan.
Kata Ade Kartana, proses pembuatan ogoh-ogoh ‘Cepaka Gadang’ ini dimulai sejak akhir November 2023 dan selesai pada 15 Februari 2024, dengan menelan biaya sekitar Rp 30 jutaan. “Biaya tersebut diperoleh dari sebagian anggaran STT Dharma Subhiksa, Bantuan Keuangan Khusus sebesar Rp 10 juta, dan pihak eksternal Banjar Sasih Panjer,” ujar Ade Kartana.
Ade Kartana menekankan bahwa tujuan utama pembuatan ogoh-ogoh bukanlah untuk mengejar juara, melainkan untuk menjaga dan melestarikan adat budaya Bali. Kata dia, ogoh-ogoh Banjar Sasih selalu menjadi perhatian publik, terutama karena prestasinya tahun lalu. “Tahun lalu, ogoh-ogoh Banjar Sasih, Kelurahan Panjer berhasil meraih Juara III se-Kota Denpasar, Juara III se-Provinsi Bali, dan Juara I se-desa adat Panjer,” beber Ade Kartana.
Foto: Karya ogoh-ogoh Cepaka Gadang dari ST Dharma Subhiksa, Banjar Sasih, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Sabtu (17/2). -ADI PUTRA
Menurut Ade Kartana, cerita ogoh-ogoh ‘Cepaka Gadang’ mencerminkan konsekuensi dari penyalahgunaan pengetahuan atau kekuatan yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi. I Cepaka Gadang, yang menjalankan pangeleakan, aji ugig, dan desti, menjadi simbol dari kesengsaraan dunia akibat dari penggunaan pengetahuan yang keliru.
Dibeber dia, dalam kepercayaan Hindu, pengetahuan merupakan cerminan dari Ida Sang Hyang Widhi atau kesadaran mutlak. Manusia dianggap memiliki akses ke pengetahuan ini melalui proses introspeksi, meditasi, dan pengamatan alam semesta. “Namun, penggunaan pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi baik buruknya suatu tindakan, sesuai dengan pola pikir dan kegelapan hati manusia,” ujar Ade Kartana.
Ogoh-ogoh Banjar Sasih telah siap dinilai dalam Kesanga Fest di Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung (Lapangan Puputan Badung) Desa Dauh Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Barat, mulai 1 hingga 3 Maret 2024 mendatang.
Sementara itu, ST Shanti Yowana, Banjar Yang Batu Kangin, Kelurahan Dangin Puri Klod, Kecamatan Denpasar Timur, mempersembahkan ogoh-ogoh unik yang mengangkat cerita ‘Belahanjong’ yang terinspirasi dari prasasti di Pura Blanjong yang diperkirakan berusia 1.110 tahun.
Belahanjong, yang berarti ‘pecahan perahu’ dalam bahasa Bali dan Jawa Kuno mengisahkan peristiwa bersejarah saat perahu milik marga Mongolia, I Renggan dan I Renggin, pecah di Sungai Ayung, yang sekarang dikenal dengan nama Blanjong.
Ketua ST Shanti Yowana, Wayan Gede Yogantara, 25, menjelaskan ogoh-ogoh ini menggambarkan penyerangan terhadap seorang tokoh yang berusaha menumpas para penjahat di atas perahu. Akibat penyerangan tersebut, perahu hancur sesuai dengan cerita ‘Belahanjong’. Tak hanya hebat secara visual, ogoh-ogoh ini juga dilengkapi dengan mesin penggerak menggunakan teknologi.
Proses pembuatan ogoh-ogoh ini dimulai sejak 16 Desember 2023 dan selesai pada Sabtu (17/2), dengan biaya sekitar Rp 30 juta. Biaya tersebut berasal dari kas ST Shanti Yowana, Bantuan Keuangan Khusus (BKK) sebesar Rp 10 juta, serta sumbangan dari pihak eksternal Banjar Yang Batu Kangin.
Gede Yogantara mengatakan ST Shanti Yowana Banjar Yang Batu Kangin sebelumnya mendapatkan Juara II se-Kecamatan Denpasar Timur. Untuk tahun ini dia berharap mendapatkan prestasi lebih baik lagi. “Ada keinginan mencari juara lagi, tapi kalau dapat ya syukur kalau tidak dapat yang tidak apa-apa, rekan anggota pemuda lainnya juga sangat antusias dalam pembuatan ogoh-ogoh ini, rekan lainnya juga memiliki jiwa kompetitif dan ingin lagi menjuara,” ujar Yogantara saat ditemui di Balai Banjar Yang Batu Kangin, Sabtu (17/2).
Yogantara menegaskan bahwa tidak ada persaingan di antara banjar-banjar. Yang ada hanyalah rasa saling menghormati dan bangga atas keberagaman budaya yang dijaga bersama-sama. Kata dia, semua pemuda berusaha semaksimal mungkin, dengan tujuan memperkaya tradisi dan memberikan yang terbaik bagi Bali. “Tidak ada rasa persaingan dengan ogoh-ogoh banjar lain, yang ada rasa respek dan rasa bangga karena semua mau ikut andil dalam perayaan Nyepi ini,” kata Yogantara.cr79
1
Komentar