Cuaca Tidak Menentu, Panen Cengkih Turun
Petani cengkih di Desa Subaya tidak bisa menikmati hasil yang menggembirakan. Panen cengkih sangat sedikit, bahkan ada pohon yang tidak berbuah.
BANGLI, NusaBali
Kondisi ini terjadi dua tahun belakangan ini. Hal tersebut disampaikan salah seorang petani I Nyoman Budiarta saat ditemui, Rabu (26/7). Dikatakannya, tahun lalu dirinya hanya memperoleh 700 kilogram cengkih kering. Tahun ini hasilnya dipastikan di bawah itu, karena sudah memasuki musim panen, tetapi cengkih tidak berbuah. Budiarta memiliki 150 pohon cengkih yang ditanam pada lahan seluas 57 are. “Dari semua pohon, yang berbuah hanya beberapa pohon, dan buahnya pun tidak banyak,” ucapnya.
Cengkih biasa dipanen satu tahun sekali, mulai dari Agustus hingga Oktober. Waktu panen berbeda, bila lokasi dekat pantai maka panen bisa lebih awal, sedangkan lokasi di perbukitan belakangan. Bila hasil panen bagus, Budiarta bisa mendapat hasil 1 ton cengkih kering.
Menurutnya, harga di pasaran cengkeh kering kualitas 1 mencapai Rp 177.000 per kilogram, sedangkan kelas II Rp 115.000 per kg. Hasil panen tersebut biasa dijual kepada pengepul di wilayah Singaraja.
Untuk memetik cengkih, petani menggunakan tenaga buruh. Ongkos untuk buruh harian Rp 90.000 per hari, buruh borongan dihitung per kilogram, satu kilogram Rp 3.500. Selain itu ada juga buruh tukang kepik (memisahkan buah dari tangkai), ongkos Rp 1.000 per kilogram
Rupanya tidak hanya buah cengkih yang bernilai jual, namun tangkainya pun dihargai Rp 10.000 – Rp 12.000 per kilogram. “Kalau buahnya sedikit, daun cengkeh kering pun laku, seperti tahun lalu harganya Rp 3.000 per kilogram,” tutur pria yang juga staf di Kantor Desa Subaya, ini.
Hasil panen dua tahun belakang menurun, karena sering terjadi hujan. Sedangkan tanaman cengkih tidak boleh berlebihan air. Dengan kondisi seperti ini pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Sebelum membudidayakan cengkih, warga Desa Subaya lebih banyak mengembangkan tanaman jagung.
Budirta mengatakan perawatan pohon cengkih tidak terlalu sulit. Setelah masa panen cukup dibersihkan areal di bawah pohon, kemudian diberikan pupuk. Biasa menggunakan pupuk organik ataupun NPK. Pohon sesekali ditebang dahannya agar tidak terlalu tinggi. “Kalau pintar merawat, pohon cengkih bisa bertahan puluhan tahun,” imbuhnya. Pohon cengkih mulai berbunga dan berbuah pada umur 5 tahun, pada lahan yang subur. *e
Cengkih biasa dipanen satu tahun sekali, mulai dari Agustus hingga Oktober. Waktu panen berbeda, bila lokasi dekat pantai maka panen bisa lebih awal, sedangkan lokasi di perbukitan belakangan. Bila hasil panen bagus, Budiarta bisa mendapat hasil 1 ton cengkih kering.
Menurutnya, harga di pasaran cengkeh kering kualitas 1 mencapai Rp 177.000 per kilogram, sedangkan kelas II Rp 115.000 per kg. Hasil panen tersebut biasa dijual kepada pengepul di wilayah Singaraja.
Untuk memetik cengkih, petani menggunakan tenaga buruh. Ongkos untuk buruh harian Rp 90.000 per hari, buruh borongan dihitung per kilogram, satu kilogram Rp 3.500. Selain itu ada juga buruh tukang kepik (memisahkan buah dari tangkai), ongkos Rp 1.000 per kilogram
Rupanya tidak hanya buah cengkih yang bernilai jual, namun tangkainya pun dihargai Rp 10.000 – Rp 12.000 per kilogram. “Kalau buahnya sedikit, daun cengkeh kering pun laku, seperti tahun lalu harganya Rp 3.000 per kilogram,” tutur pria yang juga staf di Kantor Desa Subaya, ini.
Hasil panen dua tahun belakang menurun, karena sering terjadi hujan. Sedangkan tanaman cengkih tidak boleh berlebihan air. Dengan kondisi seperti ini pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Sebelum membudidayakan cengkih, warga Desa Subaya lebih banyak mengembangkan tanaman jagung.
Budirta mengatakan perawatan pohon cengkih tidak terlalu sulit. Setelah masa panen cukup dibersihkan areal di bawah pohon, kemudian diberikan pupuk. Biasa menggunakan pupuk organik ataupun NPK. Pohon sesekali ditebang dahannya agar tidak terlalu tinggi. “Kalau pintar merawat, pohon cengkih bisa bertahan puluhan tahun,” imbuhnya. Pohon cengkih mulai berbunga dan berbuah pada umur 5 tahun, pada lahan yang subur. *e
Komentar