Januari-Maret Kedatangan 9.302 Pengunjung, Sebagian Besar WNA
Saat Museum Bali Menjadi Salah Satu Tujuan Wisman Kapal Pesiar yang Singgah ke Pulau Bali
Wisatawan asing yang datang umumnya berusia lanjut, mereka sangat mengapresiasi keunikan budaya Bali yang terlihat dari sejumlah koleksi Museum Bali
DENPASAR, NusaBali
Museum Bali yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu No 1 Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar ikut kecipratan dengan semakin banyaknya kunjungan kapal pesiar ke Pulau Dewata. Pada awal tahun ini, khususnya di bulan Maret 2024, jumlah pengunjung museum milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali ini naik signifikan.
Kepala Seksi (Kasi) Edukasi dan Preparasi UPTD Museum Bali, Paeno mengatakan selama bulan Januari-Maret 2024 tercatat Museum Bali kedatangan 9.302 pengunjung. Secara rinci di bulan Januari sebanyak 2.200 pengunjung, Februari 2.174, dan di bulan Maret 4.928 pengunjung.
Peningkatan jumlah pengunjung di bulan Maret sebagian besar disumbang wisatawan mancanegara (Wisman) dari kapal pesiar yang berkunjung atau singgah ke Bali. Paeno menuturkan ada 2.528 pengunjung WNA selama Maret 2024, naik lebih dari dua kali lipat dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Wisatawan asing yang datang umumnya berusia lanjut,” ungkap Paeno saat ditemui di Museum Bali, Selasa (16/4).
Paeno mengatakan wisatawan asing sangat mengapresiasi keunikan budaya Bali yang terlihat dari sejumlah koleksi Museum Bali. Koleksi Museum Bali tersebar di empat gedung, yakni Gedung Timur, Gedung Karangasem, Gedung Buleleng, dan Gedung Tabanan. Penataan koleksi Museum Bali telah dilakukan sedemikian rupa per gedung yang menonjolkan aspek khusus di masing-masing gedung. Gedung Timur banyak berkaitan dengan koleksi sejarah dan pra-sejarah, serta puncak-puncak kebudayaan Bali.
Gedung Buleleng memamerkan perkembangan alat tukar sebelum dan sesudah uang kepeng di Bali, hal ini ditinjau dari sejarah kabupaten Buleleng yang merupakan tonggak awal perekonomian di Bali. Gedung Karangasem memamerkan tentang Cili sebagai lambang kesuburan yang dipercaya sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat Bali dan dipakai di beberapa bidang seperti pada ritual agama sampai seni bangunan. Gedung Tabanan digunakan untuk memamerkan perkembangan keris sebagai mahakarya Nusantara, sejarah, bentuk serta penggunaanya sehari-sehari dalam kehidupan masyarakat Bali, baik dalam upacara keagamaan maupun alat perlindungan diri.
Foto: Kunjungan wisman kapal pesiar di Museum Bali pada 15 Maret 2024 lalu. -IST
Selain bertugas mengoleksi, Museum Bali juga mengumpulkan, meneliti, merawat, dan memamerkan benda-benda budaya untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan rekreasi atau pariwisata. Paeno mengatakan Museum Bali melakukan pameran temporer setiap tahun sekali. Secara bergantian koleksi di Museum Bali dipamerkan dengan mengangkat tema tertentu. Hal ini, ujarnya, untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat khususnya masyarakat Bali. Diakuinya minat masyarakat mengunjungi museum masih relatif rendah. “Bulan Mei rencananya ada seminar dan lomba story telling,” kata Paeno.
Bali merupakan salah satu destinasi wisata kapal pesiar yang populer di Asia Tenggara. Setiap tahun, ratusan kapal pesiar bersandar di Pelabuhan Benoa, Denpasar. Potensi wisata kapal pesiar di Bali cukup besar. Hal ini didukung oleh keindahan alam dan budaya Bali yang menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara.
Untuk meningkatkan potensi wisata kapal pesiar di Bali, pemerintah dan stakeholder terkait terus berupaya meningkatkan konektivitas dan infrastruktur di Pelabuhan Benoa. Selain itu, juga dilakukan promosi dan branding Bali sebagai destinasi wisata kapal pesiar. Pemerintah juga menargetkan jumlah wisatawan kapal pesiar yang berkunjung ke Bali meningkat menjadi 1 juta orang pada tahun 2024.
Sementara dikutip dari https://disbud.baliprov.go.id/ Museum Bali merupakan museum umum yang pada awalnya merupakan museum etnografi yang didirikan oleh W F J Kroon, asisten residen untuk Bali Selatan untuk melindungi dan melestarikan benda-benda budaya pada tahun 1910. Pemikiran ini atas dasar usulan dari Th.A. Resink dan mendapat sambutan yang baik dari kalangan ilmuwan, seniman, budayawan, dan seluruh raja-raja di Bali.
Kroon kemudian memerintahkan Kurt Gundler, arsitek berkebangsaan Jerman yang sedang berada di Bali untuk meneliti agar membuat perencanaan bersama dengan para ahli bangunan tradisional Bali atau disebut undagi antara lain I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel. Pembuatan bangunan tradisional juga menggunakan lontar asta kosala-kosali dan aspek keagamaan lainnya yang dijadikan sebagai pegangan utama oleh para undagi. Setelah pembangunan museum selesai, museum diresmikan pada tanggal 8 Desember 1932 dengan nama Bali Museum yang dikelola Yayasan Bali Museum. Bali Museum kemudian diambil alih oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. 7 a
1
Komentar