nusabali

Tiga Kali Wakili Karangasem di PKB

Kiprah Sekaa Gong Dharma Cita Winangun, Bhuana Giri

  • www.nusabali.com-tiga-kali-wakili-karangasem-di-pkb

AMLAPURA, NusaBali - Sekaa Gong Dharma Cita Winangun di Banjar Cemara Tebel, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, tercatat telah tiga kali mewakili Kabupaten Karangasem untuk PKB. PKB Bali ke-46 tahun 2024 ini merupakan keikutsertaannya yang ketiga kali.

Hal itu menjadikan sekaa ini makin berpengalaman pentas di panggung PKB. Persiapan secara teknisnya pun tidak ada kendala selama ini. Seka aini berlatih tiga kali seminggu, Jumat, Sabtu, dan Minggu. 

"Memang secara teknis tidak ada kendala, secara intensif latihannya selama tiga kali seminggu, rencananya ada pembinaan, dari Provinsi Bali, Senin (13/5), bertempat di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat," jelas Kelian Gong Dharma Cita Winangun, I Wayan Jati dihubungi di sela-sela menjalani latihan di Bale Banjar Cemara Tebel, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem Karangasem, Sabtu (4/5) malam.

Ada tiga garapan yang telah dimantapkan persiapannya, garapan kreasi pepanggulan dengan judul Brahma Raja, pragmen tari dengan judul Kupu-Kupu Kuning, dan tari kreasi Solah Angrawit, yang nantinya mendapatkan jadwal pentas di PKB, Selasa (2 Juli 2024).

Sebelumnya telah berpengalaman pentas di PKB, tahun 2004 dan tahun 2012, Kali ini kembali dapat kepercayaan mewakili Karangasem. "Ketiga garapan itu telah optimal disiapkan, bahkan telah siap pentas. Sebab, banyak penabuh dan penari berpengalaman yang ikut PKB sebelumnya," tambahnya.

Tercatat dalam daftar Sekaa Gong Dharma Cita Winangun, ada 37 anggota, yakni: terompong I Ketut Pradana Adiana, kendang I Komang Vandia Mahendra Dinata dan I Komang Asta Bayu, cengceng AA Gede A Tresna Priya DS, petuk I Wayan Diarta, riong sebanyak 4 penabuh: I Wayan Anton Kurniawan, P Made Widnyana, I Gusti Nengah Juli Pratama dan I Wayan Tedi Wirawan, ugal ada dua penabuh I Kadek Dedi Bayu Permana dan P Wayan Wiranata Artama, penabuh gangsa ada empat P Bayu Angga Eka Priangga, P Made Sridhanendra, Agus Surananggana dan I Nyoman Agus Tiantara.

Penabuh kantil juga ada empat, I Gede Puspa, I Ketut Suka, I Ketut Merta dan I Komang Sunarta, penyahcah ada dua I Nyoman Sumerta dan I Wayan Pariana, jublag P Gede Arta Suarbawa dan I Wayan Agus Suprasista, jegog I Nyoman Paing dan I Putu Tuda Artama, kempur I Kadek Saputra Aditya, bende Ahong Bagus Pariana, rebab P Wayan Mahardi Nugraha dan I Made Alit Swadyaya, serta enam penabung seruling P Wayan Eka Adi Putra, I Gusti Lanang Agung Anom Wira Suta, I Kadek Wiriyata Putra, I Gusti Ngurah Arya, I Gusti Ngurah Jati Ada dan I Kadek Arnawa Putra.

Kelian Sekaa Gong Dharma Cita Winangun I Wayan Jati, sementara masih memikirkan kekurangan biaya jelang pentas. Sebab, Pemerintah Kabupaten Karangasem hanya memberikan dana Rp 211,5 juta, kekurangan sekitar Rp 150 juta.

Sekaa Gong Dharma Cita Winangun saat berlatih menjelang pentas pada PKB ke-46, di Bale Banjar Cemara Tebel, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sabtu (4/5). -IST

Sebab, setiap latihan, perlu ada biaya, selanjutnya ada pengadaan seragam dan keperluan lainnya. Meski kekurangan biaya, tetap optimal berlatih, untuk membawa nama Karangasem.

Menyadari, keberadaan gong kebyar di Banjar Cemara Tebal itu, merupakan bagian dari pelestarian seni tabuh, juga untuk mengisi salah satu sisi pembangunan di Desa Bhuana Giri, itulah yang memotivasi untuk terus bersemangat berlatih. 

Selain sebagai sarana untuk belajar melestarikan seni tabuh. Sebab, keberadaan sekaa gong memegang peranan penting selama ini, untuk mengiringi upacara keagamaan terutama untuk sarana ngayah, untuk kepentingan sosial dan untuk hiburan.

Berkat masekaa gong juga, bisa lebih intensif berkomunikasi antar krama. Bisa dikatakan sekaa gong itu sebagai salah satu alat komunikasi, sambil menabuh, juga bisa berkomunikasi sosial satu sama lainnya. 

Tabuh kreasi pepanggulan, Brahma Raja misalnya yang akan dibawakan di pentas PKB nanti, menceritakan seorang brahmana memiliki tingkat ilmu yang tinggi yang bergelar Mpu Brahmana, yang dipuja soroh pande.

Garapan itu menceritakan keagungan, dan kesaktian dari brahmana tersebut, yang diangkat dalam bentuk karya seni yang bertujuan untuk penghormatan kepada tokoh tersebut.

I Wayan Jati, optimis, di pentas nanti, akan mampu menyajikan tabuh-tabuh kreasi, yang mampu membius penonton. Terlebih lagi, mengawali latihan telah matur piuning, agar mendapatkan anugerah Dewa Iswara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai penguasa suara. Sehingga setiap nada yang dikeluarkan dari beragam jenis alat musik gong, melambangkan nada Brahman atau anda Tuhan, akan mampu menggetarkan setiap penonton yang menyaksikan.nantra

Komentar