Teknologi IoT Bantu Deteksi Kebocoran Pipa Air Bersih PDAM
DENPASAR, NusaBali .com - Teknologi Internet of Thing (IoT) kini dapat diterapkan untuk membantu distribusi air bersih menjadi lebih efisien. Kebocoran pipa distribusi yang selama ini jadi masalah utama perusahaan air bersih (PDAM), dapat dideteksi secara lebih akurat menggunakan teknologi sensor IoT.
Data dari sensor-sensor yang terpasang pada alat produksi hingga distribusi air bersih dapat diperoleh secara real-time, memungkinkan identifikasi, analisis, dan perumusan solusi kebocoran yang lebih cepat dan tepat.
Perlu diketahui, IoT merupakan konsep di mana berbagai perangkat, seperti sensor, perangkat elektronik, dan obyek lainnya, terhubung dan berkomunikasi melalui jaringan internet.
“Sensor IoT mendeteksi dengan cepat anomali seperti kebocoran, pecah pipa, atau penggunaan air ilegal, sehingga dapat mengurangi Non-Revenue Water (NRW) secara signifikan,” jelas Putri Respati selaku Direktur Bima Sakti Alterra (BSA), perusahaan IT berbasis di Denpasar, Minggu (19/5/2024).
Putri mengatakan, kebocoran pipa distribusi mengakibatkan perusahaan daerah penyedia air bersih tidak mampu melayani masyarakat secara maksimal. Pasalnya kebocoran mengakibatkan tekanan air menurun yang pada akhirnya tidak mampu menjangkau konsumen di lokasi terjauh.
“Biaya kebocoran yang dapat diatasi PDAM dapat dialihkan untuk meningkatkan layanan air bersih sampai ke pelosok,” sebut Putri.
Putri Respati mengungkapkan PDAM di seluruh Indonesia kini mulai melirik teknologi IoT sebagai solusi mendeteksi kebocoran pipa. Sebagian besar perusahaan air bersih (PDAM) di Bali dan di luar Bali juga telah mengadopsi teknologi IoT yang dikembangkan BSA sebagai langkah efisiensi.
Para ahli IT (Teknologi Informasi) di BSA mengembangkan sistem berbasis IoT bernama Smart Water Grid Management sebagai solusi mendeteksi kebocoran pipa distribusi yang dimiliki perusahaan-perusahaan daerah air minum atau PDAM.
“Smart Water Grid Management menjadi ekosistem dengan multi IoT berbasis sensor, data cepat, manajemen kewaspadaan, dan dikendalikan secara terpusat,” ungkap Putri.
Permasalahan kebocoran pipa distribusi air bersih dihadapi hampir semua PDAM di seluruh Indonesia. Tingkat kehilangan air bersih tahun 2023 di Indonesia tercatat sebesar 33,9 persen, sehingga menyebabkan adanya potensi kerugian pendapatan atas penjualan air bersih sebesar Rp9,7 triliun per tahun.
Isu ini pun sampai ke gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, yang berlangsung pada 18-25 Mei 2024. BSA menjadi salah satu praktisi yang hadir dalam ajang internasional tersebut dengan memperkenalkan solusi masalah kehilangan air hingga krisis air bersih di Indonesia.
“Tujuannya tak lain adalah demi meningkatkan efisiensi penggunaan air, menurunkan tingkat kehilangan air, serta memperluas akses terhadap air bersih, dan sanitasi yang layak bagi masyarakat,” kata Putri Respati.
1
Komentar