Tingkat Hunian Hotel Sentuh Angka 100 Persen
Selama Berlangsungnya WWF ke-10 di Bali
PHRI Badung sampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas penyelenggaraan WWF ke-10 di Bali. Acara berdampak positif terhadap pariwisata dan perekonomian Bali.
MANGUPURA, NusaBali - Selama berlangsungnya World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, tingkat hunian atau okupansi hotel di kawasan Badung Selatan menyentuh angka 100 persen. Bahkan dari data tersebut, penginapan di Gumi Keris bagian selatan itu disebut-sebut fully booked atau sudah habis terjual.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas penyelenggaraan WWF ke-10 di Bali. Acara internasional ini tidak hanya berdampak positif terhadap pariwisata tetapi juga memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian Bali.
“Kami mengucapkan apresiasi dan terima kasih karena WWF ke-10 diadakan di Bali. Tentu ini berdampak sangat positif terhadap pariwisata dan ekonomi Bali,” ujar Suryawijaya, Senin (20/5).
Menurutnya, dari perspektif PHRI tingkat hunian hotel di kawasan Nusa Dua khusus tercatat mencapai 100 persen. Mengingat delegasi yang hadir mencapai 35 negara dengan total sekitar 30 ribu peserta. Sementara di sekitar atau luar Nusa Dua mencapai 80 persen.
“Okupansi ini juga berdampak pada hotel-hotel di Denpasar, dan Gianyar, yang turut mendapatkan tingkat hunian 80 persen. Banyak tamu yang tidak mendapatkan penginapan di kawasan selatan pindah ke Denpasar,” kata Suryawijaya.
Situasi fully booked ini, lanjut Suryawijaya, memberikan dampak positif terhadap perekonomian Bali, khususnya pada kuartal kedua tahun ini. “Kami berharap dampak positif ini akan berlanjut pada kuartal ketiga di bulan Juni hingga Agustus,” imbuhnya.
Menurut dia, penyelenggaraan WWF ini sangat penting bukan hanya untuk Bali tetapi juga untuk dunia. Topik yang dibahas dalam forum ini mencakup berbagai isu penting seperti konservasi air, sanitasi yang baik, ketahanan pangan dan energi, serta mitigasi bencana. Dengan demikian, WWF ke-10 di Bali bukan hanya memberikan dampak ekonomi yang signifikan tetapi juga menekankan pentingnya isu konservasi air yang sangat krusial bagi kehidupan manusia di seluruh dunia.
“Air sangat esensial bagi kehidupan manusia. Kami menyadari adanya perubahan di seluruh dunia, sehingga WWF ini sangat penting bagi Bali. Kondisi air perlu dijaga dengan baik, karena saat ini levelnya menurun,” kata Suryawijaya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menanggapi situasi ini dengan menyoroti perlunya pemerataan kegiatan Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions (MICE) di seluruh Bali. “Selama acara WWF ini, kami melihat tingkat hunian hotel yang sangat tinggi di kawasan Badung Selatan, khususnya di Nusa Dua. Sampai-sampai kami kesulitan mendapatkan kamar, dan beberapa delegasi harus tinggal jauh dari lokasi acara,” ujarnya.
Dia menegaskan pentingnya penyebaran kegiatan MICE ke wilayah lain di Bali. Tujuannya tentu untuk menghindari penumpukan di satu area saja. “Ke depan kami harus pastikan kegiatan MICE ini bukan hanya berpusat di Bali Selatan, tetapi juga di wilayah lain di Bali,” tegasnya. 7 ol3
Komentar