Hari Laut Sedunia, WWF Ajak Masyarakat Lindungi Bahari
DENPASAR, NusaBali.com - Sekitar 9.634,35 kilometer persegi perairan mengeliling Pulau Dewata. Perairan dengan keanekaragaman hayatinya ini telah menghidupi masyarakat Bali secara sosial, budaya, ekonomi, dan pariwisata. Namun, sudahkah kita berterima kasih?
Penyelundupan lintas pulau biota air yang dilindungi masih sering terjadi di lapangan, khususnya biota penyu. Kemudian, masih ditemukan praktik-praktik konsumsi hewan yang dilindungi dan pembuatan produk turunannya dengan tameng adat dan budaya.
Di samping itu, masih ditemukan pula praktik perikanan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Misalkan, ikan yang ditangkap berusia produktif dan aksi-aksi mendobrak kawasan laut yang perlu dilindungi atas nama pengembangan fasilitas pariwisata.
Melihat situasi ini, Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dan Marine Buddies mengajak masyarakat memerangi aksi-aksi yang merusak bahari melalui peringatan World Ocean Day (Hari Laut Sedunia), Sabtu (8/6/2024).
Bertempat di amphitheater mal Living World, Denpasar, WWF Indonesia didukung Bakti BCA dan Faber Castell mengedukasi pengunjung mal tentang kondisi bahari tanah air saat ini. Serta, perlunya keterlibatan aktif masyarakat demi langkah nyata aksi untuk laut yang inklusif.
Muhammad Erdi Lazuardi, National Coordinator for Marine Science and Knowledge Yayasan WWF Indonesia menuturkan, kawasan konservasi perlu dikelola secara inklusif yakni melibatkan masyarakat setempat. Pemerintah selaku regulator saja tidak cukup tanpa rasa saling memiliki dari penduduk setempat.
"Yang ingin kami dorong adalah inclusive conservation atau konsevasi yang tidak bersifat eksklusif. Konservasi yang inklusif melibatkan masyarakat untuk mengelola kawasan konservasi," tutur Erdi Lazuardi ketika ditemui di sela acara, Sabtu petang.
Pengelolaan kawasan konsevasi yang inklusif, kata Erdi, dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas sustainable livelihood masyarakat setempat. Sustainable livelihood ini menjadi basis penduduk ketika memanfaatkan sumber daya perikanan dan pariwisata bahari.
Pengelolaan kawasan konservasi yang inklusif juga dapat menghilangkan anggapan bahwa penetapan kawasan konservasi memarginalkan penduduk di kawasan. Dengan adil aktif dari penduduk menjaga ekologi dan sumber daya di kawasan konservasi, bahari terlindungi dari segala lini.
Menurut WWF Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan 29,3 juta hektare luas kawasan konservasi hingga 2024 ini. Sebanyak 18,3 persen di antaranya didukung proses penetapannya oleh WWF Indonesia.
Di Pulau Dewata sendiri, WWF Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali (Pemprov Bali) bekerja sama untuk membangun kawasan konservasi di Jembrana. Kawasan konservasi di Bali Barat ini diprioritaskan untuk perlindungan biota penyu.
"Sekarang kawasan konservasi di Jembrana ini masih berproses dan mungkin tahun ini akan ditetapkan," imbuh Erdi Lazuardi.
Sementara itu, peringatan Hari Laut Sedunia di Living World, Denpasar, berlangsung selama 12 jam dari pukul 10.00 WITA. Berbagai kegiatan menarik dan edukatif digelar seperti booth edukasi, lomba menggambar dan mewarnai, mural, lukis wajah, talk show, pemutaran film WWF: Untangled, penampilan Wayang Samudera, dan ditutup Dialog Dini Hari.
Semuanya bertemakan laut dan keanekaragaman hayatinya guna menggugah masyarakat berhenti memunggungi laut. Mengingat kembali nenek moyang yang seorang pelaut dan hidup dari laut yang membutuhkan perlindungan, khususnya dari praktik perikanan dan pariwisata tidak bertanggung jawab. *rat
Di samping itu, masih ditemukan pula praktik perikanan dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Misalkan, ikan yang ditangkap berusia produktif dan aksi-aksi mendobrak kawasan laut yang perlu dilindungi atas nama pengembangan fasilitas pariwisata.
Melihat situasi ini, Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dan Marine Buddies mengajak masyarakat memerangi aksi-aksi yang merusak bahari melalui peringatan World Ocean Day (Hari Laut Sedunia), Sabtu (8/6/2024).
Bertempat di amphitheater mal Living World, Denpasar, WWF Indonesia didukung Bakti BCA dan Faber Castell mengedukasi pengunjung mal tentang kondisi bahari tanah air saat ini. Serta, perlunya keterlibatan aktif masyarakat demi langkah nyata aksi untuk laut yang inklusif.
Muhammad Erdi Lazuardi, National Coordinator for Marine Science and Knowledge Yayasan WWF Indonesia menuturkan, kawasan konservasi perlu dikelola secara inklusif yakni melibatkan masyarakat setempat. Pemerintah selaku regulator saja tidak cukup tanpa rasa saling memiliki dari penduduk setempat.
"Yang ingin kami dorong adalah inclusive conservation atau konsevasi yang tidak bersifat eksklusif. Konservasi yang inklusif melibatkan masyarakat untuk mengelola kawasan konservasi," tutur Erdi Lazuardi ketika ditemui di sela acara, Sabtu petang.
Pengelolaan kawasan konsevasi yang inklusif, kata Erdi, dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas sustainable livelihood masyarakat setempat. Sustainable livelihood ini menjadi basis penduduk ketika memanfaatkan sumber daya perikanan dan pariwisata bahari.
Pengelolaan kawasan konservasi yang inklusif juga dapat menghilangkan anggapan bahwa penetapan kawasan konservasi memarginalkan penduduk di kawasan. Dengan adil aktif dari penduduk menjaga ekologi dan sumber daya di kawasan konservasi, bahari terlindungi dari segala lini.
Menurut WWF Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan 29,3 juta hektare luas kawasan konservasi hingga 2024 ini. Sebanyak 18,3 persen di antaranya didukung proses penetapannya oleh WWF Indonesia.
Di Pulau Dewata sendiri, WWF Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali (Pemprov Bali) bekerja sama untuk membangun kawasan konservasi di Jembrana. Kawasan konservasi di Bali Barat ini diprioritaskan untuk perlindungan biota penyu.
"Sekarang kawasan konservasi di Jembrana ini masih berproses dan mungkin tahun ini akan ditetapkan," imbuh Erdi Lazuardi.
Sementara itu, peringatan Hari Laut Sedunia di Living World, Denpasar, berlangsung selama 12 jam dari pukul 10.00 WITA. Berbagai kegiatan menarik dan edukatif digelar seperti booth edukasi, lomba menggambar dan mewarnai, mural, lukis wajah, talk show, pemutaran film WWF: Untangled, penampilan Wayang Samudera, dan ditutup Dialog Dini Hari.
Semuanya bertemakan laut dan keanekaragaman hayatinya guna menggugah masyarakat berhenti memunggungi laut. Mengingat kembali nenek moyang yang seorang pelaut dan hidup dari laut yang membutuhkan perlindungan, khususnya dari praktik perikanan dan pariwisata tidak bertanggung jawab. *rat
Komentar