AP I dan BPPD Bali Tandatangani MoU Tourism Counter
Angkasa Pura I (AP I) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai bersama Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali menandatangani memorandum of understanding (MoU), Rabu (3/1), di Ruang Jepun Gedung Wisti Sabha Bandara Ngurah Rai.
MANGUPURA, NusaBali
MoU terkait pengelolaan tourism information counter di Bandara Ngurah Rai. Ketua BPPD Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace, mengatakan tourism counter ini dibentuk bukan karena ada masalah aktivitas Gunung Agung. Rencana pembentukan tourism counter di bandara telah dirancang jauh sebelumnya. Tourism counter ini sifatnya permanen untuk promosi pariwisata Bali.
Diakuinya, dengan dibentuknya tourism counter di bandara juga sangat membantu wisatawan untuk memperoleh informasi terkini tentang Bali. Sehingga segala isu atau berita hoax bisa ditangkal sejak dini. Lebih daripada itu untuk memberikan informasi kepada wisatawan tentang objek wisata yang ada di Bali, karena tak semua wisatawan didampingi oleh pemandu.
Cok Ace berharap kelemahan yang terjadi dalam penanganan penumpang pada November 2017, saat operasional bandara ditutup sementara, bisa diperbaiki. Karena yang menjadi kekhawatiran wisatawan adalah penutupan bandara.
“Nanti secara teknis kami menempatkan orang sesuai kebutuhannya. Penjelasan yang akan diberikan adalah menyangkut situasi Bali terkini, bagaimana keadaan objek wisata, dan bagaimana transportasi yang ada di Bali. Sebab kami yakini tidak semua wisatawan didampingi pemandu. Yang jelas kami non profit. Kami mewakili destinasi tidak mewakili industri,” ujarnya.
Penandatanganan MoU itu disambut baik oleh General Manager Bandara Ngurah Rai Yanus Suprayogi. Yanus mengungkapkan pada saat penutupan bandara pada November 2017 lalu semua pihak telah terlibat dengan caranya masing-masing. Namun dengan adanya sinergi bersama BPPD Bali dapat membantunya dalam penanganan penumpang jika terjadi kejadian yang tak diinginkan.
Yanus mengatakan segala bentuk usaha untuk kemajuan pariwisata yang ditunjang oleh Bandara Ngurah Rai siap untuk diakomodirnya. Bandara Ngurah Rai adalah bandara bersama yang kebetulan dikelola oleh AP I. Dengan ditandatanganinya MoU ini, keduanya telah terikat oleh perjanjian. Diharapkan agar penanganan terhadap penumpang jika terjadi penutupan bandara berjalan lebih baik lagi. Selain itu diharapkan dengan adanya kerja sama ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali.
Pada kesempatan itu hadir juga perwakilan dari Airlines Operators Community (AOC) Nano Setiawan. Nano mengaku pihaknya terdiri 22 penerbangan telah merancang konsep pemecah penanganan penumpang. Pemecah itu dilakukan untuk memberi kemudahan pelayanan kepada penupang dengan membuka dua posko penanganan baru yakni di ITDC Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, dan di Hotel Grand Inna Sanur, Denpasar Selatan. Pembukaan dua posko ini agar tak terjadi penumpukan penumpang di bandara saat terjadi penutupan bandara.
Di masing-masing posko nantinya akan ditempatkan perwakilan airline untuk melayani seluruh penumpang. Selain itu pihaknya sudah membuat nomor call center yang bisa dihubungi calon penumpang. Teknisnya adalah pada saat ada penumpang yang melapor langsung ditangani oleh airline untuk didata ulang. Mereka pakai penerbangan apa dan jam berapa.
Data-data yang tercatat itu menjadi database airline untuk dilakukan penerbangan extraflight dari Surabaya. Intinya dengan data-data itu pihak airline bisa mengetahui jumlah penumpang yang akan dilayaninya. Misalnya Garuda ada berapa penumpang dari Denpasar menuju Surabaya. Jumlahnya itu nanti pihak airline melakukan koordinasi dengan pusat untuk disediakan extraflight dari Surabaya. Sehingga saat penumpang sampai di Surabaya tak bingung lagi nyari pesawat.
“Dengan cara seperti yang direncanakan ini maka data penumpang bisa diakomodir untuk dilakukan penerbangan extraflight. Selain itu pihak airline juga akan mendirikan posko di Bandara Juanda. Sehingga calon penumpang yang datang dari Bali langsung didata setelah sampai di Juanda. Diharapkan cara seperti ini bisa memecah penumpang yang menumpuk di Bandara Ngurah Rai,” jelasnya. *p
Diakuinya, dengan dibentuknya tourism counter di bandara juga sangat membantu wisatawan untuk memperoleh informasi terkini tentang Bali. Sehingga segala isu atau berita hoax bisa ditangkal sejak dini. Lebih daripada itu untuk memberikan informasi kepada wisatawan tentang objek wisata yang ada di Bali, karena tak semua wisatawan didampingi oleh pemandu.
Cok Ace berharap kelemahan yang terjadi dalam penanganan penumpang pada November 2017, saat operasional bandara ditutup sementara, bisa diperbaiki. Karena yang menjadi kekhawatiran wisatawan adalah penutupan bandara.
“Nanti secara teknis kami menempatkan orang sesuai kebutuhannya. Penjelasan yang akan diberikan adalah menyangkut situasi Bali terkini, bagaimana keadaan objek wisata, dan bagaimana transportasi yang ada di Bali. Sebab kami yakini tidak semua wisatawan didampingi pemandu. Yang jelas kami non profit. Kami mewakili destinasi tidak mewakili industri,” ujarnya.
Penandatanganan MoU itu disambut baik oleh General Manager Bandara Ngurah Rai Yanus Suprayogi. Yanus mengungkapkan pada saat penutupan bandara pada November 2017 lalu semua pihak telah terlibat dengan caranya masing-masing. Namun dengan adanya sinergi bersama BPPD Bali dapat membantunya dalam penanganan penumpang jika terjadi kejadian yang tak diinginkan.
Yanus mengatakan segala bentuk usaha untuk kemajuan pariwisata yang ditunjang oleh Bandara Ngurah Rai siap untuk diakomodirnya. Bandara Ngurah Rai adalah bandara bersama yang kebetulan dikelola oleh AP I. Dengan ditandatanganinya MoU ini, keduanya telah terikat oleh perjanjian. Diharapkan agar penanganan terhadap penumpang jika terjadi penutupan bandara berjalan lebih baik lagi. Selain itu diharapkan dengan adanya kerja sama ini dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali.
Pada kesempatan itu hadir juga perwakilan dari Airlines Operators Community (AOC) Nano Setiawan. Nano mengaku pihaknya terdiri 22 penerbangan telah merancang konsep pemecah penanganan penumpang. Pemecah itu dilakukan untuk memberi kemudahan pelayanan kepada penupang dengan membuka dua posko penanganan baru yakni di ITDC Nusa Dua, Kuta Selatan, Badung, dan di Hotel Grand Inna Sanur, Denpasar Selatan. Pembukaan dua posko ini agar tak terjadi penumpukan penumpang di bandara saat terjadi penutupan bandara.
Di masing-masing posko nantinya akan ditempatkan perwakilan airline untuk melayani seluruh penumpang. Selain itu pihaknya sudah membuat nomor call center yang bisa dihubungi calon penumpang. Teknisnya adalah pada saat ada penumpang yang melapor langsung ditangani oleh airline untuk didata ulang. Mereka pakai penerbangan apa dan jam berapa.
Data-data yang tercatat itu menjadi database airline untuk dilakukan penerbangan extraflight dari Surabaya. Intinya dengan data-data itu pihak airline bisa mengetahui jumlah penumpang yang akan dilayaninya. Misalnya Garuda ada berapa penumpang dari Denpasar menuju Surabaya. Jumlahnya itu nanti pihak airline melakukan koordinasi dengan pusat untuk disediakan extraflight dari Surabaya. Sehingga saat penumpang sampai di Surabaya tak bingung lagi nyari pesawat.
“Dengan cara seperti yang direncanakan ini maka data penumpang bisa diakomodir untuk dilakukan penerbangan extraflight. Selain itu pihak airline juga akan mendirikan posko di Bandara Juanda. Sehingga calon penumpang yang datang dari Bali langsung didata setelah sampai di Juanda. Diharapkan cara seperti ini bisa memecah penumpang yang menumpuk di Bandara Ngurah Rai,” jelasnya. *p
Komentar