Dari Trah Raja, Tokoh Kalangan Militer, hingga Mantan Ketua Dewan
IGN Anom Patjung sandang predikat sebagai Bupati Badung pertama periode 1959-1964, sementara AA Gde Agung bukukan prestasi PAD Rp 3,7 triliun buat Gumi Keris.
Sejak Era Pra Kemerdekaan, 11 Penguasa Silih Berganti Pimpin Kabupaten Badung
MANGUPURA, NusaBali
Kabupaten Badung termasuk salah satu daerah di Bali yang mengalami pergantian pemimpin paling sering sejak era pra kemerdekaan hingga reformasi. Setidaknya, ada 11 penguasa yang pernah memimpin Gumi Keris, yang berasal dari berbagai kalangan, mulai trah raja, tokoh militer, hingga politisi yang mantan Ketua DPRD Badung.
Sebelas (11) pemimpin Badung tersebut tidak termasuk Wayan Subawa (birokrat asal Denpasar yang mengisi kekosongan beberaoa bulan di tahun 2005 sebelum Pilkada 2015) dan Nyoman Harry Yudha Saka (birokrat Pemprov Bali yang jadi Penjabat Bupati Badung selama 7 bulan untuk isi kekosongan terkait Pilkada 2015 serentak). Figur terakhir yang terpilih jadi Bupati Badung 2016-2021 adalah I Nyoman Giri Prasta, politisi PDIP asal Desa Pelaga, Kecamatan Petang. Giri Prasta yang terpilih melalui Pilkada Badung 2015 baru saja dilantik menjadi Bupati, 17 Februari 2016 lalu.
Dalam catatan, dua penguasa pertama Gumi Keris sejak 1928 hingga terbentuknya Daerah Tingkat II Badung tahun 1958 adalah raja dari Puri Pemecutan, Denpasar. Pertama, Tjokorda Alit Ngurah, raja dari Puri Pemecutan yang memimpin Badung selama 19 tahun sejak 1928 hingga 1947. Kedua, Tjokorda Ngurah Gede Pemetjutan, tokoh Puri Pemecutan yang berkuasa memimpin Badung selama 12 tahun periode 1947-1959.
Menurut sejarawan dari Unud, Dr I Putu Gede Suwitha SU, kepemimpinan penguasa pertama Badung yakni Tjokorda Alit Ngurah, memang belum menonjol dari aspek pembangunan fisik. Namun, karakter kepemimpinannya sangat menonjol dalam hal semangat perjuangan, karena keberaniannya melawan penjajah Belanda hingga Jepang.
“Tjokorda Alit Ngurah adalah pemimpin muda yang berani berjuang melawan penjajah Belanda. Istilahnya, nindihin gumi (membela tanah air), itu kelihatan sekali pada pribadi beliau,” beber Suwitha kepada NusaBali, belum lama ini.
Setelah lengsernya Tjok Alit Ngurah tahun 1947, tampuk kepemimpinan di Badung dipegang Tjokorda Ngurah Gede Pemetjutan, yang juga raja dari Puri Pemecutan. Tjok Ngurah Gede Pemetjuan berkuasa selama 12 tahun sejak 1947 hingga 1959. Kepemimpiannnya tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, Tjok Alit Ngurah. Tidak ada pembangunban fisik yang menonjol, karena pemerintahan masih transisi pasca kemerdekaan.
Pada 1959, naiklah I Gusti Ngurah Anom Patjung sebagai Bupati Badung pertama pasca terbentuknya Daerah Tingkat II Badung. Tokoh dari Puri Carangsari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung ini menjabat sebagai Bupati Badung periode 1959-1964. Bupati IGN Anom Patjung ini masih keluarga dari Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai dan sesepuh Partai Golkar, I Gusti Ngurah Alit Yudha.
Menurut Suwitha, gaya kepemimpinan tradisional masih kental diperagakan IGN Anom Patjung, yang menjadi Bupati Badung pertama. “Ada plus minusnya, karena tidak seperti sekarang dengan adanya demokrasi langsung. Namun, gaya kepemimpinannya bagus,” ujar Suwitha, sejarawan Unud asal Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Kepemimpinan IGN Anom Patjung kemudian dilanjutkan AA Gede Agung, yang hanya setahun menjabat Bupati Badung periode 1964-1965. Kemudian, muncul I Wayan Dhana sebagai Bupati Badung 1965-1975. Wayan Dhana adalah tokoh asal Denpasar, yang juga dikenal sebagai salah satu sesepuh Golkar.
Menurut Suwitha, kepemimpinan Bupati Wayan Dhana terbilang sukses. Dialah yang memulai digalakkannya pembangunan Gumi Keris Badung, hingga bisa berkembang sebagai daerah terkaya di Bali seperti sekarang. “Meski memimpin pasca revolusi (peristiwa G 30 S/PKI), mulai kelihatan pembangunan. Orangnya sangat jujur, saya kenal beliau,” ujar Suwitha yang kesehariannya dosen pengajar di Fakultas Sastra Unud.
Setelah berlalunya era kepemimpinan Wayan Dhana, Badung secara bergantian dipimpin tiga tokoh kalangan militer. Mereka masing-masing I Dewa Gde Oka (Brigjen TNI Purn asal Bangli yang menjadi Bupati Badung 1975-1985), Pande Made Latra (perwira TNI asal Gianyar yang menjadi Bupati Badung 1985-1990), dan I Gusti Bagus Alit Putra (Brigjen TNI Purn asal Tabanan yang menjadi Bupati Badung 1990-1999).
Dewa Gde Oka dan Pande Made Latra kemudian sama-sama menkadi kader Golkar. Dewa Gde Oka bahkan sempat menjabat Ketua DPD I Golkar Bali, setelah lebih dulu menjadi Wakil Gubernur Bali di era Prof Dr IB Oka. Sedangkan IGB Alit Putra kemudian menjadi kader Demokrat, bahkan sempayt menjabat Ketua DPD Demokrat Bali, setelah lebih dulu memangku jabatan Wakil Gubernur Bali. Saat ini, IGB Alit Putra manjadi Wakil Ketua DPRD Bali 2014-2019.
Menurut Suwitha, di era kepemimpinan trio Dewa Gde Oka, Pande Made Latra, dan IGB Alit Putra, masih belaku Dwi Fungsi ABRI. Dewa Gde Oka dan Pande Made Latra dikenal sangat tegas dalam memimpin, karena sosok militer.
Selanjutnya...
Komentar