Terinspirasi Tenda Pengungsi, Ciptakan Rumah Tanggap Bencana
Pelajar SMAN 3 Denpasar Raih Perak di Ajang International Young Inventors Award
DENPASAR, NusaBali
Berawal dari mengamati tenda pengungsi saat bencana erupsi Gunung Agung, lima pelajar dari SMAN 3 Denpasar, Made Fajar Gautama, Ketut Utari Mustika Putri, Ni Komang Vera Meilani, Putu Desi Muliani, dan Ni Wayan Noni Artini berhasil menemukan penelitian tentang rumah respon bencana sebagai alternatif baru untuk pengungsian. Penelitian yang diberi judul ‘Sekadi House: Rumah Tanggap Bencana Biokomposit dari Serbuk Kayu dan Sekam Padi dengan Konsep Knockdown’ berhasil meraih medali perak di ajang International Young Inventors Award yang digelar di Inna Grand Bali Beach, Sanur, 19-22 September 2018.
Menurut tim peneliti muda Denpasar, rumah respons bencana ini bisa untuk menggantikan tenda pengungsi bencana alam. Dengan konsep knockdown, rumah sementara ini bisa dibongkar pasang. “Biasanya kalau pengungsi kan dikasi tenda, yang kita lihat rentan rusak dan berhubungan juga dengan kondisi kesehatan. Nah, mereka itu perlu sebuah bangunan rumah sementara, apalagi untuk orang tua, bayi, dan bilik cinta bagi pasangan. Inilah yang kami coba teliti,” terang Utari, baru-baru ini.
Sekadi House ini merupakan kombinasi dari serbuk gergaji kayu yang mengandung selulosa dan abu sekam padi yang mengandung silika. Bahan-bahan tersebut dicampur dan direkatkan dengan lem resin dan hardener. Setelah itu, mulailah proses pencetakan dan pengeringan. “Hasilnya nanti, bisa digunakan untuk seluruh bagian rumah, mulai dari lantai, tembok, hingga atap,” ujarnya.
Penelitian ini pun melalui empat tahap uji. Pertama, uji panas yang dilakukan mulai dari 0 derajat hingga 300 derajat baru meleleh, sedangkan bila dibandingkan tenda-tenda biasa pada panas derajat yang sama, bisa langsung terbakar. Kedua, uji serap air dilakukan dengan melakukan perbandingan dengan kayu atau kain. Ternyata daya serap air kayu dan kain lebih tinggi dari Sekadi House yang diteliti mereka.
Sementara uji ketiga adalah uji kekuatan. Dilihat dari prototype yang dengan ukuran 70 cm x 30 cm bisa menahan berat lebih dari 30 kilogram. Serta uji anti radiasi, Sekadi House bisa menyerap radiasi sebesar 38,82 persen. Tahapan uji dilakukan satu per satu. “Penelitian ini sebenarnya sudah pernah dilombakan di acara Wintex di Bandung sekitar bulan Maret lalu. Waktu itu, Gunung Agung masih aktif-aktifnya, dari situ ide kami tercetus,” ceritanya.
Penelitian di Wintex Bandung rupanya menghasilkan medali emas waktu itu. Namun, ketika ajang International Young Inventors Award yang digelar di Inna Grand Bali Beach, Sanur, tim ini mendapat medali perak. Awalnya, Utari dan kawan-kawan sempat ragu untuk ikut ajang kali ini. Meski demikian, mereka tetap bersyukur dan bangga. “Pas ada lomba ini, awalnya kayak nggak mau ikut. Tapi di akhir-akhir itu baru mikir, apa ya yang dikirim untuk lomba? Akhirnya kami putuskan kirim penelitian ini,” cerita Utari. *ind
Menurut tim peneliti muda Denpasar, rumah respons bencana ini bisa untuk menggantikan tenda pengungsi bencana alam. Dengan konsep knockdown, rumah sementara ini bisa dibongkar pasang. “Biasanya kalau pengungsi kan dikasi tenda, yang kita lihat rentan rusak dan berhubungan juga dengan kondisi kesehatan. Nah, mereka itu perlu sebuah bangunan rumah sementara, apalagi untuk orang tua, bayi, dan bilik cinta bagi pasangan. Inilah yang kami coba teliti,” terang Utari, baru-baru ini.
Sekadi House ini merupakan kombinasi dari serbuk gergaji kayu yang mengandung selulosa dan abu sekam padi yang mengandung silika. Bahan-bahan tersebut dicampur dan direkatkan dengan lem resin dan hardener. Setelah itu, mulailah proses pencetakan dan pengeringan. “Hasilnya nanti, bisa digunakan untuk seluruh bagian rumah, mulai dari lantai, tembok, hingga atap,” ujarnya.
Penelitian ini pun melalui empat tahap uji. Pertama, uji panas yang dilakukan mulai dari 0 derajat hingga 300 derajat baru meleleh, sedangkan bila dibandingkan tenda-tenda biasa pada panas derajat yang sama, bisa langsung terbakar. Kedua, uji serap air dilakukan dengan melakukan perbandingan dengan kayu atau kain. Ternyata daya serap air kayu dan kain lebih tinggi dari Sekadi House yang diteliti mereka.
Sementara uji ketiga adalah uji kekuatan. Dilihat dari prototype yang dengan ukuran 70 cm x 30 cm bisa menahan berat lebih dari 30 kilogram. Serta uji anti radiasi, Sekadi House bisa menyerap radiasi sebesar 38,82 persen. Tahapan uji dilakukan satu per satu. “Penelitian ini sebenarnya sudah pernah dilombakan di acara Wintex di Bandung sekitar bulan Maret lalu. Waktu itu, Gunung Agung masih aktif-aktifnya, dari situ ide kami tercetus,” ceritanya.
Penelitian di Wintex Bandung rupanya menghasilkan medali emas waktu itu. Namun, ketika ajang International Young Inventors Award yang digelar di Inna Grand Bali Beach, Sanur, tim ini mendapat medali perak. Awalnya, Utari dan kawan-kawan sempat ragu untuk ikut ajang kali ini. Meski demikian, mereka tetap bersyukur dan bangga. “Pas ada lomba ini, awalnya kayak nggak mau ikut. Tapi di akhir-akhir itu baru mikir, apa ya yang dikirim untuk lomba? Akhirnya kami putuskan kirim penelitian ini,” cerita Utari. *ind
Komentar